41
pada  para  filsuf,  terlebih  filsuf  eksistensialis  yang  selalu mempertanyakan  dan  mencoba  menjawab  persoalan  eksistensi
hidup  manusia.  Orang  yang  inteligensi  eksistensialnya  menonjol umumnya berkemampuan untuk:
a Peka dalam menjawab persoalan eksistensi diri manusia;
b Melakukan refleksi diri;
c Kontemplasi diri.
3.  Media Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Ganda
Salah  satu  dari  tiga  metode  belajar  dalam  rangka  pembentukan karakter adalah mengamati dan meniru Klausmeier dalam Sani, 2014:30.
Dalam  proses  mengamati,  siswa  membutuhkan  suatu  model  yang  dapat secara nyata diamati. Hal ini berkaitan dengan pendapat Sani 2014:46-47
yang  mengatakan  bahwa  pengetahuan  yang  harus  dimiliki  oleh  siswa  SD hanya merupakan pengetahuan faktual yang mencakup lingkungan rumah,
sekolah  dan  tempat  bermain.  Berdasarkan  penjabaran  tersebut,  sudah dipastikan  media  menjadi  aspek  penting  yang  dapat  membantu
menfasilitasi  siswa  dalam  memperoleh  pengetahuan  faktual  seputar lingkungan belajarnya.
Gardner  dalam  Ula  2013:82  mengungkapkan  bahwa  setiap manusia memiliki kecerdasan yang tidak selalu sama satu dengan yang lain
atau yang lebih dikenal dengan konsep kecerdasan ganda. Hal ini menuntut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
semua lapisan
pemerintahan dalam
bidang pendidikan
untuk memaksimalkan
kemampuan setiap
peserta didik
berdasarkan kecerdasannya  masing-masing.  Menurut  Daryanto  2014:1,  secara
konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat  dan  bangsa  dalam  membangun  generasi  muda  bangsanya.
Berkaca pada pendapat Daryanto tersebut, sudah selayaknya implementasi kurikulum  merujuk  pada  pengembangan  kemampuan  dan  kecerdasan
generasi muda untuk mengahadapi tuntutan zaman. Kurikulum  2013  sebagai  kurikulum  terbaru  yang  diterapkan
pemerintah  menekankan  pada  kompetensi  berbasis  sikap,  keterampilan, dan pengetahuan Kurniasih  Sani, 2014:22. Meskipun kurikulum 2013
menjadikan media sebagai komponen penting dalam pembelajaran, namun pengintegrasian  konsep  kecerdasan  ganda  dalam  pengembangan  media
pembelajaran  masih  sangat  minim.  Selain  itu,  belum  banyak  buku  yang membahas  mengenai  pengadaan  media  pembelajaran  berbasis  kecerdasan
ganda. Meskipun  dalam  kurun  waktu  sepuluh  tahun  terakhir  konsep
kecerdasan ganda  mulai lebih dikenal di Indonesia, tetapi baik pemerintah maupun  masyarakat  umum  belum  begitu  serius  mendalami  konsep
tersebut.  Penerapannya  dalam  proses  pembelajaran  di  sekolah  pun  masih minim, bahkan banyak kalangan guru yang sama sekali belum memahami
konsep  kecerdasan  ganda.  Hal  inilah  yang  menyebabkan  perangkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pembelajaran,  termasuk  media  pembelajaran  belum  begitu  terlihat kehadiran  media  yang  menggunakan  konsep  atau  berbasis  kecerdasan
ganda. Menurut  Djamarah  dan  Zain  2006:124-125  media  terdiri  atas
audio,  visual,  maupun  audio-visual.  Akan  sangat  baik  apabila pembuatannya  didasarkan  pada  beberapa  kecerdasan  yang  berhubungan
dengan audio dan visual seperti kecerdasan musikal, kecerdasan linguistik, hingga  kecerdasan  ruang-visual.  Selain  itu,  media  berfungsi  sebagai
sumber  belajar  dan  alat  bantu  dalam  pebelajaran  Djamarah    Zain, 2006:121-123. Sebagai alat bantu, media akan lebih efektif jika dipadukan
dengan  kecerdasan  ganda,  sehingga  anak  akan  merasa  kemampuan  dan kecerdasannya terfasilitasi.
B.  Penelitian yang Relevan
Mencari  dan  menemukan  penelitian  lain  yang  relevan  dengan penelitian  yang  dilakukan  oleh  peneliti  merupakan  salah  satu  persyaratan
dalam  mengembangkan  penelitian  ini.  Penelitian  yang  dilakukan  adalah Pengembangan  Media  Pembelajaran  Konvensional  Berbasis  Kecerdasan
Ganda Pada Sub Tema Tugasku Sehari-hari di  Rumah Untuk Siswa Kelas  II Sekolah Dasar. Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan penelitian yang
releven dengan penelitian yang dilakukan penulis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI