Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
204
A Pertahanan Tubuh Nonspesifik
Apakah Anda pernah sakit? Sakit, dalam hal ini lebih merupakan istilah untuk perubahan aktivitas metabolisme yang terjadi dalam tubuh. Banyak
penyakit yang diderita, terlebih dahulu diawali dengan proses infeksi. Infeksi adalah masuknya organisme patogen organisme yang menyebabkan
penyakit ke dalam tubuh inang. Inang sendiri merupakan induk atau sel yang menjadi tumpangan organisme patogen.
Jika masuknya organisme patogen Gambar 11.1 atau benda-benda asing
ke dalam tubuh diandaikan sebagai sebuah peperangan maka kita dapat menyebut sistem pertahanan tubuh sebagai garis-garis pertahanan kita terhadap musuh.
Secara garis besar, sistem pertahanan tubuh dibedakan atas sistem
pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik. Sistem pertahanan tubuh nonspesifik tidak membedakan mikroorganisme patogen satu dengan
lainnya. Sistem ini merupakan pertahanan pertama terhadap infeksi. Adapun sistem pertahanan tubuh spesifik bekerja hanya jika patogen tertentu
memasuki tubuh dan telah melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal Campbell, 1998: 852.
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik terbagi atas dua jenis, yaitu eksternal dan internal. Sistem pertahanan tubuh nonspesifik eksternal
meliputi jaringan epitel, mukosa, dan sekresi jaringan tersebut. Sementara itu, sistem pertahanan nonspesifik internal meliputi pertahanan tubuh yang
dipicu oleh sinyal kimia kemotaksis dan menggunakan protein antimikroba serta sel fagosit.
1. Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik Eksternal
Pertahanan tubuh terbesar dan paling mudah dilihat yang menjaga tubuh
dari infeksi adalah kulit Gambar 11.2. Permukaan kulit mencegah mikroorganisme patogen memasuki tubuh. Kulit yang utuh, secara normal
tidak dapat dimasuki bakteri atau virus. Namun, kerusakan yang kecil dapat menjadi jalan bagi bakteri dan virus memasuki tubuh. Membran mukosa
pada saluran pencernaan, pernapasan, dan saluran kelamin, berfungsi juga sebagai penghalang mikroorganisme memasuki tubuh.
Selain sebagai penghalang secara fisik, jaringan epitel dan jaringan mukosa menghalangi mikroorganisme patogen dengan pertahanan kimiawi. Sekresi oleh
kelenjar lemak dan kelenjar keringat pada kulit membuat keasaman pH permukaan kulit pada kisaran 3–5. Kondisi tersebut cukup asam dan mencegah
banyak mikroorganisme berkoloni di kulit.
a b
c
Sumber: Biology Concepts Connections
, 2006
Gambar 11.1
Beberapa jenis patogen yang umum menyerang sistem
pertahanan tubuh kita, yaitu a corona virus penyebab
SARS, b virus Ebola, dan c bakteri penyebab TBC.
• Infeksi
• Patogen
• Pertahan tubuh
nonspesifik •
Pertahanan tubuh spesifik
Kata Kunci
1. Bagaimana bibit penyakit
masuk ke dalam tubuh? 2.
Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
Pramateri
Soal
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sistem Pertahanan Tubuh
205
Air liur, air mata dan sekresi mukosa mukus yang disekresikan jaringan epitel dan mukosa, melenyapkan banyak bibit penyakit yang potensial.
Sekresi ini mengandung lisozim, suatu enzim yang dapat menguraikan dinding sel bakteri. Selain itu, bakteri flora normal tubuh pada epitel dan
mukosa dapat juga mencegah koloni bakteri patogen.
2. Sistem Pertahan Tubuh Nonspesifik Internal
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal bergantung pada sel-sel fagosit. Sel-sel fagosit tersebut berupa beberapa jenis sel darah
putih, yaitu neutrofil dan monosit. Selain sel-sel fagosit, terdapat protein antimikroba yang membantu pertahanan tubuh nonspesifik
internal. Sistem pertahanan tubuh nonspesifik internal ini menyerang semua mikroba atau zat asing yang dapat melewati pertahanan terluar
tubuh.
a. Sel Fagosit
Neutrofil dalam darah putih merupakan yang terbanyak, sekitar 60-70. Sel neutrofil mendekati sel yang diserang mikroba dengan adanya sinyal
kimiawi kemotaksis. Neutrofil dapat meninggalkan peredaran darah menuju jaringan yang terinfeksi dan membunuh mikroba penyebab infeksi. Namun,
setelah sel neutrofil menghancurkan mikroba, mereka pun akan mati. Perhatikan Gambar 11.3.
Sel monosit, meski hanya sebanyak 5 dari seluruh sel darah putih, memberikan pertahanan fagosit yang efektif. Setelah mengalami pematangan,
sel monosit bersirkulasi dalam darah untuk beberapa jam. Setelah itu, bergerak menuju jaringan dan berubah menjadi makrofag. Sel mirip Amoeba
ini mampu memanjangkan pseudopodia untuk menarik mikroba yang akan dihancurkan enzim perncernaannya. Namun, beberapa mikroba telah
berevolusi terhadap cara makrofag. Misalnya, beberapa bakteri memiliki kapsul yang membuat pseudopodia makrofag tidak dapat menempel. Bakteri
lain kebal terhadap enzim pelisis fagosit dan bahkan dapat bereproduksi dalam sel makrofag. Beberapa makrofag secara permanen berada di organ-
organ tubuh dan jaringan ikat.
Selain neutrofil dan monosit, terdapat juga eosinofil yang berperan dalam sistem pertahan nonspesifik internal. Sekitar 1,5 sel darah putih merupakan
eosinofil. Eosinofil memiliki aktivitas fagositosit yang terbatas, namun mengandung enzim penghancur di dalam granul sitoplasmanya. Eosinofil
Epidermis Dermis
Jaringan Kelenjar minyak
Sel-sel kulit
Gambar 11.2
Penampang kulit.
Sumber: Biology: Discover ing Life
, 1991
Sumber: Biology Concepts
Connections , 2006
Gambar 11.3
Sebuah sel fagosit. Sel fagosit ini sedang mengumpulkan
bakteri untuk dihancurkan. Kelenjar keringat
bakteri
• Monosit
• Lisozim
• Makrofag
Kata Kunci
Di unduh dari : Bukupaket.com
Praktis Belajar Biologi untuk Kelas XI
206
berperan dalam pertahanan tubuh terhadap cacing parasit. Eosinofil memposisikan diri di permukaan cacing dan menyekresikan enzim dari
granul untuk menghancurkan cacing tersebut.
b. Protein Antimikroba
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik
disebut sistem komplemen. Protein tersebut dapat secara langsung membunuh mikroorganisme ataupun mencegah reproduksinya. Terdapat
sekitar 20 jenis protein yang termasuk dalam sistem ini. Histamin dan interleukin termasuk protein ini.
Protein komplemen bersirkulasi dalam darah dalam bentuk tidak aktif. Jika beberapa molekul dari satu jenis protein komplemen aktif, hal tersebut
memicu gelombang reaksi yang besar. Mereka mengaktifkan banyak molekul komplemen lain. Setiap molekul yang teraktifkan, akan mengaktifkan jenis
protein komplemen lain dan begitu seterusnya. Aktivasi protein komplemen terjadi jika protein komplemen tersebut berikatan dengan protein yang
disebut antigen. Antigen telah dimiliki oleh patogen. Aktivasi dapat terjadi ketika protein komplemen berikatan langsung dengan permukaan bakteri.
Beberapa protein komplemen dapat bersatu membentuk pori kompleks yang menginduksi lisis kematian sel pada patogen. Beberapa protein
komplemen yang teraktifkan juga menyebabkan respons pertahanan tubuh nonspesifik yang disebut peradangan inflamasi. Selain itu, “menarik” sel-
sel fagosit menuju sel atau jaringan yang rusak.
3. Respons Tubuh pada Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik