Kesalahan Umum Videografer Pemula
Direktorat Pembinaan SMK 2008
234
Merekam Gempa Bumi dan Pentas Dangdut
Gempa bumi tidak setiap saat terjadi. Namun, setiap peristiwa
atau adegan yang direkam seolah- olah selalu berlangsung pada saat
terjadi gempa bumi. Atau seolah terjadi di seputar pentas dangdut.
Semua serba goyang, termasuk videografernya.
Gambar-gambar yang selalu bergoyang, tidak stabil,
terkadang tidak
fokus dan
cenderung acak-acakan. Ini adalah bentuk kesalahan mendasar dan
kebiasaan merekam
tanpa rencana, sehingga merekam apa
saja yang ada di depan kamera, namun tidak jelas apa yang
menjadi subyeknya.
Bahkan mungkin si videografer sendiri tidak
tahu apa yang direkamnya.
Merekam Sambil Jogging
Kebiasaan merekam video sambil berjalan,
jika tidak
dilakukan dengan cara yang benar dan
sesuai dengan
kebutuhan, umumnya
akan menghasilkan
rekaman video yang tidak nyaman untuk dinikmati.
Subyek seolah memantul naik turun,
disertai goyangan
tak beraturan.
Merekam gambar
dengan pergerakan seperti ini sebetulnya sangat menarik dan
memberikan efek
dramatis. Syaratnya, stabilitas pergerakan
horizontal harus lebih diutamakan sambil
sebisa mungkin
meminimalisir pergerakan vertikal.
Tidak Bisa
Membedakan Antara Merekam Video dan
Menembak Meski
sama-sama dilakukan
dengan cara membidik, merekam video berbeda dengan menembak.
Menempatkan subyek tepat di tengah-tengah
bingkai gambar
frame akan sangat bagus dan tepat sasaran pada saat Anda
menembak dengan
senapan. Tetapi dalam hal videografi, ini
adalah cara pengambilan gambar yang
tidak diajurkan,
karena hasilnya
akan cenderung
membosankan. Ini adalah salah satu kesalahan mendasar dalam
hal pembingkaian framing dan komposisi.
Mengikat Diri di Tiang Bendera
Kebiasaan merekam video dengan berdiri terpaku di satu titik, tanpa
berpindah posisi, seolah merekam di tengah upacara, dalam kondisi
terikat di tiang bendera. Ini akan menciptakan gambar-gambar yang
statis dan monoton, karena tidak menawarkan variasi sudut pandang
atau komposisi lain yang mungkin jauh lebih menarik. Juga kebiasaan
hanya merekam sebatas level pandangan mata standing eye
level, meski sebetulnya akan lebih menarik jika suatu subyek diambil
dari sudut alternatif high angle atau low angle. Bukan sebuah
kesalahan fatal, namun sekali lagi cenderung
membosankan. Ini
adalah contoh kebiasaan salah yang berkaitan dengan sudut
pengambilan gambar angle.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
235
Tidak Bisa
Membedakan Antara Merekam Video dan
Menyetrika Zoom adalah fasilitas dasar yang
sangat membantu
dan memudahkan
dalam pengoperasian
kamera video.
Dengan zooming,
kita bisa
mendekati subyek
tele atau
menjauhi obyek wide tanpa harus berpindah
tempat. Namun
penggunaan fungsi zoom yang berlebihan dan dengan cara yang
tidak semestinya,
akan menghasilkan rekaman video yang
tidak nyaman ditonton. Subyek tiba-tiba mendekat, lalu menjauh,
lalu mendekat lagi. Maju, mundur, maju lagi, mundur lagi, persis
seperti setrika. Ini adalah contoh kesalahan penggunaan fasilitas
kamera.
Merekam Video di Zebra Cross
Bayangkan seseorang yang akan menyeberang jalan di zebra cross.
Tengok kanan, tengok kiri. Merasa belum yakin, tengok kanan lagi,
tengok kiri lagi. Bahkan setelah berjalan di zebra cross pun orang
masih
melakukannya untuk
memastikan apakah jalan benar- benar aman. Tengok kanan kiri
adalah kebiasaan
bagus jika
seseorang akan
menyeberang jalan raya. Tapi merekam video
dengan cara serupa, tidak akan menghasilkan
rekaman yang
menarik untuk ditonton. Terlalu banyak panning dalam satu shot
satu ambilan gambar dalam satu rekaman, baik ke kiri ke kanan
atau ke atas ke bawah tilt adalah contoh kebiasaan buruk dalam
merekam gambar. Terlebih jika digabungkan dengan zoom in dan
atau zoom out. Sebuah contoh kesalahan
dalam pergerakan
kamera camera movement.
Tidak Bisa
Membedakan Antara
Merekam Video
dengan Memotret
Berbeda dengan kamera foto yang merekam sebuah momen, kamera
video merekam sebuah proses dinamis
atau aksi
action, sehingga menghasilkan gambar
bergerak dan
bersuara. Kebiasaan mengabadikan sebuah
momen pada
saat memotret,
acapkali terbawa
pada saat
mempergunakan kamera video. Hasilnya adalah hasil rekaman
video dengan durasi yang terlalu pendek dalam setiap shot satu
ambilan
gambar dalam
satu rekaman. Shot yang terlalu pendek
tidak nyaman untuk dinikmati, karena tidak memberikan waktu
yang cukup bagi penonton untuk memahami detil subyek yang
ditampilkan. Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan
kesulitan dalam proses pasca produksi editing.
Direktorat Pembinaan SMK 2008
236
Merekam Tokoh Misterius
Menempatkan subyek
penting umumnya manusia pada bagian
depan dengan latar belakang yang lebih
kuat pencahayaannya.
Kebiasaan atau ketidaksadaran dengan situasi backlight seperti ini
dan tidak
segera melakukan
antisipasi, akan menciptakan siluet dan
sosok-sosok misterius.
Rekaman video yang terlalu sering atau terlalu lama dalam kondisi
backlight, sudah Sebuah contoh kesalahan
umum dalam
hal pencahayaan lighting. pasti tidak
akan nyaman ditonton dan.
Ukuran mengambil
shot minimal 10 detik
Serin terjadi
dan cukup
menjengkelkan. Yakni,
ketika merekam video, mereka cuma
merekam 3 detik, lalu off record. Kemudian
sekali lagi,
ON merekam, cuma 3 detik kemudian
off record
lagi. Mata
manusia sesungguhnya
hanya mampu menyimak sebuah tayangan jika itu melebihi 6 detik.
Hitungan 10 detik adalah hitungan paling masuk akal apalagi jika
video ini nantinya akan diedit. Jika cuma merekam 3 detik, dijamin
mata akan pusing. Adakalanya merekam lebih dari 10 detik karena
didepan mata muncul peristiwa bagus yg bisa menghabiskan waktu
hingga 30 detik, yaa gakpapa teruskan saja. Namun jangan lebih
dari 1 menit untuk satu adegan yg sama karena membuat kebosanan.
Hal-hal yang sering digunakan dalam mengambil gambar adalah :
Direktorat Pembinaan SMK 2008
237
Long Shot atau Full Shot, keseluruhan
Wide Shot atau Cover Shot, keseluruhan
obyek dalam
adegan Close Shot atau Tight Shot,
kelihatan detail Shooting Groups of people,
bisa single shot, two shot, three shot dan seterusnya sebagai
gambaran keseluruhan.
Level suara Audio Level
Jangan abaikan audio level pada kamera karena selain kualitas
gambar, kualitas suara juga tidak kalah pentingnya. Ingat Televisi
adalah gabungan antara gambar dan suara. Ada gambar tanpa
suara yang bagus akan sangat mengganggu
pemirsa bahkan
informasi yang akan disampaikan tidak sampai kepada penonton.
Atur audio level jangan sampai under ataupun over peak.