Hidrologi Tahap Riset dan Analisis

5.6.2 Landscape Philosophy

Landscape philosophy merupakan sebuah filosofi dalam lanskap yang digunakan untuk mengembangkan ide desain dan konsep yang telah dibuat dengan mencari dan mengaplikasikan ide tersebut ke dalam tapak yang akan didesain. PT. Tropica Greeneries selalu menggunakan landscape philosophy dalam mendesain lanskap terutama untuk tapak yang ingin menonjolkan kekhasan tersendiri dengan prinsip bahwa taman merupakan kebutuhan fikiran, tubuh dan jiwa manusia. Dengan kata lain, tujuan dari desain lanskap ini tidak hanya memaksimalkan fungsi ruang untuk tempat hunian, tetapi juga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fikiran, tubuh dan jiwa manusia. Oleh karena itu, desain lanskap GPR harus dapat memenuhi kebutuhan manusia akan ketiganya. Dalam pembuatan desain lanskap GPR ini yang menjadi acuan utama adalah daerah Bali yang menjunjung nilai-nilai budaya dan kearifan alam dalam kehidupannya. Seperti dalam lontar Bhagawad Gita Bab IX sloka 26 yang berbunyi “Pattram puspam phalam toyam Yo me Bhakty-prayacchati Tad aham bhaktyupahrtam Asn-mi prayat-tmanah ” yang artinya adalah siapapun dengan kesujudan hati mempersembahkan padaKu daun, bunga, buah-buahan atau persembahan yang didasari oleh cinta dan lubuk hati yang suci, aku terima. Dari filosofi tersebut, dapat diketahui bahwa kehidupan Bali sangat dekat dengan alam dimana tumbuhan dan hewan memiliki peranan penting. Seperti yang tercantum dalam Yadur veda XXIX.35; Plants advantages including flowers could be as neutralizer of any negative impact created by macrocosmos and microcosmos. Vanaspatih samite Plants remove negatives influences. Inilah kearifan alam yang selalu dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali. PT. Tropica Greeneries kemudian menggunakan dasar filosofi tersebut dalam mendesain lanskap GPR dengan elemen desain berupa empat senses yang meliputi: 1. Sight atau penglihatan. Sense ini dapat diperlihatkan melalui warna-warna alami pada tanaman seperti bunga. 2. Touch atau sentuhan. Sense tersebut dapat dirasakan dalam penggunaan material hardscape seperti stepping stone atau material-material alami yaitu batu alamandesit. 3. Smell atau penciuman. Sense penciuman dapat ditemukan dengan penggunaan tanaman yang mengeluarkan bau harum pada lanskap. 4. Taste atau rasa. Sense ini dapat ditemukan dengan penggunaan tanaman yang dapat menghasilkan dan dimanfaatkan hasilnya seperti tanaman buah. Elemen desain yang digunakan oleh PT. Tropica Greeneries tidak memasukkan unsur pendengaran hearing. Pada awalnya unsur pendengaran ini sempat diaplikasikan pada area penerimaan yaitu main gate, namun karena konsep yang diajukan belum sesuai dengan keinginan klien maka unsur tersebut dihilangkan dan diganti dengan konsep area penerimaan yang lebih sederhana dan sesuai dengan yang diminta oleh klien. Dari keempat sense tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fikiran, tubuh dan jiwa. Filosofi desain ini terkait juga dengan elemen desain yang dikemukakan oleh Vandyke 1990 yaitu titik, garis, massaruang, tekstur, warna dan cahaya. Titik dan garis ditunjukkan oleh pola desain pada tapak. Massaruang ditunjukkan oleh desain area jalur jalan yang terdiri dari tiga elemen pembentuk ruang yaitu atap, dinding dan alas. Tekstur dan warna ditunjukkan oleh penggunaan material softscape dan hardscape sedangkan cahaya ditunjukkan oleh penggunaan elemen pendukung tapak berupa lighting. Dengan kata lain, lanskap dapat dijadikan sebagai sarana untuk menghilangkan stress dan kelelahan dengan adanya keindahan dan kesejukan yang ditampilkan pada lanskap GPR ini.

5.6.3 Tahap Pengembangan Konsep

Pengembangan konsep ini dibagi menjadi tiga konsep utama yaitu konsep ruang, konsep tata hijau dan konsep sirkulasi.

5.6.3.1 Konsep Ruang

Konsep pengembangan ruang merupakan konsep yang paling penting dalam mendesain suatu tapak. Konsep ruang yang dimaksud disini adalah konsep lanskap yang dibagi menjadi beberapa ruang pada pengembangannya. Hal ini bertujuan agar mempermudah dalam memahami karakter lanskap. Konsep ruang