Perancangan Lanskap TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Taman Lingkungan

Menurut Nurisjah dan Pramukanto 1995, fungsi taman lingkungan bagi pemakainya adalah sebagai tempat rekreasi aktif dan pasif, untuk tempat beristirahat atau tempat untuk menghirup udara segar, untuk meningkatkan rasa bertetangga sosialisasi, dan merupakan sarana fisik untuk memecahkan kehidupan sehari-hari yang monoton dan menjemukan. Untermann dan Shall 1984 berpendapat bahwa taman perumahan adalah taman yang terletak di suatu kawasan permukiman yang diperuntukkan bagi beberapa blok rumah dan taman yang dibuat untuk memenuhi jumlah penduduk yang lebih besar dan dilengkapi dengan fasilitas disebut community park taman lingkungan. Sedangkan menurut Eckbo 1964, lingkungan permukiman yang ideal adalah kawasan lingkungan ketetanggaan yang memiliki fasilitas taman, bersama-sama membentuk sebuah blok permukiman dan taman tersebut dibuat seluas 2-4 ha, dimanfaatkan secara intensif oleh penduduk sekitarnya. Menurut Simonds 1983, taman lingkungan memiliki dua kategori luasan yaitu: 1. Taman lingkungan antar tetangga neighborhood park merupakan ruang terbuka hijau yang ditata sebagai area bermain, rekreasi dan taman yang berada di lingkungan kecil antar tetangga dengan luasan sekitar ±1,2 ha; 2. Taman lingkungan antar komunitas community park merupakan ruang terbuka hijau yang ditata selain sebagai area bermain dan rekreasi juga sebagai tempat berolahraga dengan luasan ± 2 ha, berada di lingkungan yang cukup besar dengan rata-rata 20 m² jiwa.

2.4 Perancangan Lanskap

Laurie 1986 menyatakan bahwa desain lanskap merupakan sebuah perluasan dari perencanaan tapak. Perencanaan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan Nurisjah dan Pramukanto, 1995. Secara ringkas dikatakan bahwa perencanaan adalah proses pemikiran dari suatu ide ke arah suatu bentuk nyata. Lebih lanjut diungkapkan bahwa dalam bidang arsitektur lanskap, merencana merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan diataspada lahan tersebut. De Chiara dan Koppelman 1990 menyatakan bahwa proses perencanaan tapak dimulai dengan pengumpulan data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah sekitarnya. Data ini harus meliputi hal-hal seperti rencana induk dan penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar dan udara, survai, data topografi, informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang terbuka yang ada. Setelah semua informasi yang ada diperoleh, maka informasi tersebut harus diperiksa dan dianalisis untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak. Selanjutnya, desain lanskap merupakan proses pemberian kualitas spesifik kepada ruang diagramatik rencana tapak dan merupakan level lain dimana arsitektur lanskap didiskusikan atau dikritik. Selain itu, yang harus dipertimbangkan dalam perancangan adalah dimensi suatu obyek desain agar mempermudah dalam pemeliharaan. Simonds 1983 menyatakan bahwa perancangan lanskap menuntut kemampuan merancang yang imajinatif untuk menghasilkan bentuk-bentuk yang inovatif dan kreatif berdasarkan hasil analisis. Booth 1983 menyatakan bahwa proses desain umumnya memiliki tahap- tahap sebagai berikut: 1. Penerimaan proyek 2. Riset dan analisis termasuk mengunjungi tapak a. Persiapan rencana dasar b. Inventarisasi tapak dan analisis c. Wawancara dengan pemilik client d. Pembentukan program 3. Desain a. Diagram fungsi ideal b. Diagram fungsi keterhubungan tapak c. Concept plan rencana konsep d. Studi tentang komposisi bentuk e. Desain awal f. Desain skematik g. Master plan rencana utama h. Pembuatan desain 4. Gambar-gambar konstruksi a. Layout plan rencana tata ruang b. Grading plan rencana pembentukan lahan c. Planting plan rencana penanaman d. Detil konstruksi 5. Pelaksanaan 6. Evaluasi setelah konstruksi 7. Pemeliharaan Selain itu Booth 1983 menyatakan pula bahwa tahapan-tahapan pada proses desain menggambarkan peristiwa yang terangkai secara ideal. Beberapa tahapan tersebut dapat melengkapi satu dengan lainnya sehingga kerapihan pada gambar sedikit terlihat jelas dan nyata. Selanjutnya, beberapa tahapan dapat serupasejajar satu dengan lainnya dalam hal waktu dan muncul secara bersamaan. Dengan kata lain, tidak ada satupun tahapan dari proses desain yang muncul secara terpisah dari lainnya.

2.5 Kontraktor dan Konsultan Lanskap