terdahulu seperti Amani Organic Island, Agatho Organic, Bukit Organik, Kem Farm,
Berkah Organik, Real Organic, dan lain-lain. Ditambah dengan pendatang baru yang menawarkan produk yang lebih superior dibandingkan produk yang
telah ada. Situasi persaingan semakin lama akan semakin canggih sophisticated bahkan menjadi kacau chaos.
Situasi-situasi tersebut mengharuskan PT GiGa melakukan audit pemasaran untuk mendapatkan profil lingkungan bisnis dan profil faktor-faktor
internal yang mempengaruhi perusahaan. Audit pemasaran dapat memberikan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan di masa yang akan datang.
Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan maka perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
1 Bagaimana profil internal PT GiGa yang meliputi strategi, taktik, dan nilai
perusahaan? 2
Bagaimana profil lingkungan bisnis PT GiGa yang meliputi pelanggan, pesaing, dan perubahan?
3 Bagaimana kesesuaian strategi pemasaran PT GiGa dengan situasi
persaingan? 4
Sejauh mana efektifitas pemasaran yang dimiliki PT GiGa.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah:
1 Menganalisis profil internal perusahan PT GiGa.
2 Menganalisis profil lingkungan bisnis PT GiGa.
3 Menganalisis kesesuaian bentuk perusahaan dengan situasi persaingan.
4 Menganalisis efektifitas pemasaran PT GiGa.
1.4. Kegunaan Penelitian
1 Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen PT GiGa dalam
mengevaluasi strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan cukup sesuai dengan kondisi persaingan.
2 Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan menjadi kesempatan dalam mengamalkan ilmu yang diperolehnya di kuliah dan belajar menganalisis permasalahan dan
menyelesaikan persoalan manajemen dalam dunia bisnis yang sebenarnya. 3
Bagi Pembaca Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca mengenai audit pemasaran dan sayuran organik serta menjadi acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup pemasaran yang dilakukan PT GiGa periode Februari hingga Mei 2009. Definisi atau prinsip pada masing-masing elemen
pemasaran Strategic Marketing Plus 2000 berdasarkan Kartajaya 2002 dan atribut Marketing Effectiveness Review berdasarkan Philip Kotler.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pertanian
Pengertian pertanian menurut adalah suatu proses produksi yang khas yang didasarkan atas proses-proses pertumbuhan tanaman dan hewan Mosher
1965, diacu dalam Nasoetion 1990. Nasoetion 1990 menyebutkan bahwa pertanian adalah suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang
bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Sedangkan Sutanto 2002 mengartikan pertanian sebagai kegiatan menanami tanah dengan tanaman yang
nantinya menghasilkan sesuatu yang dapat dipanen, dan merupakan campur
tangan manusia terhadap tetumbuhan asli dan daur hidupnya. 2.2. Pengertian Pertanian Organik
Pertanian organik menurut IFOAM International Federation of Organic Agriculture Movements
adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pertanian
organik menurut Departemen Pertanian adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas
agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. SNI No. 01-6729-2002 mendefinisikan
pertanian organik sebagai kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi prapanen sampai proses pengolahan hasil pascapanen yang bersifat
ramah lingkungan dan dikelola secara alami tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika, sehingga menghasilkan produk yang sehat dan
bergizi.
2.2.1. Tujuan Pertanian Organik
Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan
konsumennya serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, dalam proses budidaya pertanian organik harus selaras dengan alam sehingga tercipta
keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonian dengan iklim dan lingkungan sekitar. Cara yang ditempuh untuk mewujudkan sistem produksi
pertanian organik adalah dengan mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan agrokimia bahan-bahan kimia sintetis untuk pertanian.
Tujuan pertanian organik terbagi menjadi dua yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang yang akan dicapai pada pengembangan pertanian organik:
1 Melindungi dan melestarikan keragaman hayati serta fungsi keragaman dalam
bidang pertanian. 2
Memasyarakatkan kembali budaya organik yang sangat bermanfaat dalam mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan sehingga menunjang
kegiatan budidaya pertanian yang berkaitan penelitian pertanian organik kelanjutan.
3 Membatasi terjadinya pencemaran lingkungan hidup akibat residu pestisida
dan pupuk serta bahan kimia lainnya. 4
Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan dari luar yang berharga mahal dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
5 Meningkatkan usaha konservasi tanah dan air, serta mengurangi masalah
erosi akibat pengolahan tanah yang intensif. 6
Mengembangkan dan mendorong kembali munculnya teknologi pertanian organik yang telah dimiliki petani secara turun menurun, merangsang
kegiatan penelitian pertanian organik oleh lembaga penelitian dan universitas. 7
Membantu meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara menyediakan produk pertanian bebas pestisida, residu pupuk, dan bahan kimia peranian
lainnya. 8
Meningkatkan peluang pasar produk organik, baik domestik maupun global dengan jalan menjalin kemitraan antara petani dan pengusaha yang bergerak
dalam bidang pertanian. Tujuan jangka pendek yang akan dicapai melalui pengembangan pertanian
organik adalah sebagai berikut: 1
Ikut serta mensukseskan program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pemanfaatn peluang pasar dan ketersediaan lahan petani yang
sempit. 2
Mengembangkan agribisnis dengan jalan menjalin kemitraan antara petani sebagai pengusaha dan para pengusaha.
3 Membantu menyediakan produk pertanian bebas residu bahan kimia
pertanian lainnya dalam rangka ikut meningkatkan kesehatan masyarakat. 4
Mengembangkan dan meningkatkan minat petani pada kegiatan budidaya organik baik sebagai mata pencaharian utama maupun sampingan yang
mampu meningkatkan pendapatan tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan.
5 Mempertahankan dan melestarikan produktivitas lahan, sehingga lahan
mampu berproduksi secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.
2.2.2. Prinsip Pertanian Organik
IFOAM International Federation of Organic Agriculture Movements menyusun empat prinsip dasar sebagai normatif atau etika dalam pengembangan
pertanian organik. Prinsip-prinsir dasar pertanian organik ini diharapkan dapat mengilhami tindakan dalam mewujudkan visi pertanian organik menjadi nyata.
Keempat prinsip tersebut merupakan satu kesatuan dan digunakan secara berkesinambungan. Keempat prinsip pertanian tersebut adalah sebagai berikut:
1 Prinsip kesehatan
Pertanian organik sebaiknya meningkatkan kesehatan tanah, hewan, dan manusia sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2 Prinsip ekologi
Pertanian organik harus didasarkan pada sistem dan siklus ekologi yang hidup, bekerja dengannya, menyesuaikan, dan mendukungnya. Produksi
didasarkan pada proses-proses ekologi dari asupan-asupan internal, makanan dan kesejahteraan melalui ekologi dari lingkungan produksi yang khusus.
3 Prinsip keadilan
Pertanian organik harus menciptakan hubungan kesetaraan, saling menghormati, keadilan, dan saling memelihara antarmanusia dan makhluk
hidup lainnya.
4 Prinsip kepedulian
Mengacu pada sikap manusia yang saling memberi perhatian dan peka terhadap situasi serta lingkungan.
2.2.3. Standardisasi Pertanian Organik
Organisasi pertanian organik dunia mempunyai peraturan yang berhubungan dengan proses produksi dan prosedur pengolahan hasil. IFOAM
International Federation
of Organic
Agriculture Movement
telah mengembangkan standar baku pertanian organik yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi petani dan pelaku lain dalam menjalankan usahanya di bidang ini. Standar baku IFOAM juga merupakan pedoman dalam penyusunan program
sertifikasi sesuai standar nasional dan regional. Di Indonesia Badan Sertifikasi Nasional BSN telah mengeluarkan SNI Standar Nasional Indonesia 01-6729-
2002 tentang Sistem Pangan Organik yang dapat menjadi acuan bagi para pelaku pertanian organik di Indonesia.
2.3. Supplier Sayuran Organik
Supplier sayuran organik memiliki tiga kegiatan utama yang
mengintegrasikan subsistem hulu hingga hilir pertanian organik. Kegiatan tersebut meliputi pengadaan sayuran organik, penanganan pasca panen, dan
distribusi sayuran organik. 2.3.1. Pengadaan Sayuran Organik
Berdasarkan ISO 9000:2000, definisi dari supplier adalah organisasi atau orang yang menyediakan produk berupa barang atau jasa. Aktivitas penyediaan
barang dapat terjadi apabila terdapat pihak lain yang ingin lebih fokus pada bisnis inti yang sedang dijalankan.
Supplier sayuran organik adalah pihak yang menjembatani kegiatan
produksi dan konsumsi sayuran organik dari produsen mitra tani kepada konsumen reseller. Supplier merupakan pembeli bagi mitra tani. Kerjasama antara
supplier dan mitra tani dapat dituangkan dalam sebuah konrak kerjasama yang
mengatur kualitas, kuantitas, tatacara pemesanan, tatacara pembayaran, dan lain- lain.
2.3.2. Penanganan Pasca Panen
Komoditas sayuran memiliki sifat dan karakteristik unik yaitu mudah mengalami kerusakan perishable, meruah voluminious atau bulky sehingga
susah dan mahal diangkutnya, maka perlu mendapat penanganan khusus dalam proses distribusi. Oleh karena itu diperlukan proses penanganan pasca panen
untuk mencegah sayuran mengalami kerusakan dan tetap menjaga mutunya. Sayuran yang telah mengalami penanganan dapat memenuhi standar perdagangan
yang ditetapkan dan menarik para konsumen untuk membeli. Penanganan pasca panen terbagi menjadi:
1 Penyortiran. Pekerjaan penyortiran adalah pemisahan sayuran ke dalam
golongan yang keadaannya besar, sedang, dan kecil saja, juga mencakup pemisahan sayuran yang rusak atau tidak rusak.
2 Pencucian atau pembersihan. Sayuran-sayuran yang telah disortir selanjutnya
dicuci atau dibersihkan agar tidak ada kotoran-kotoran, cendawan-cendawan ataupun telur hama dan penyakit tanaman yang menempel. Setelah bersih dan
ditiriskan agar terbebas dari sisa-sisa air yang mungkin masih menempel, ditempatkan pada tempat-tempat tertentu menurut golongannya.
3 Grading. Suatu operasi memisah-misahkan sayuran berdasarkan kelas
mutunya, ukurannya baik volume maupun ukuran panjang, tingkat kematangan, warna, dan sebagainya.
4 Pengemasan. Pengemasan sayuran pertama-tama dilakukan dengan
membungkus sayuran satu persatu atau per ikat sesuai kebutuhan. Kemudian dilanjutkan dengan kemasan dengan plastik.
5 Pendinginan. Perlakuan pendinginan dapat diartikan sebagai usaha
pengurangan dan mempertahankan temperatur sehingga lebih rendah dibanding dengan temperatur dan kelembaban sekelilingnya.
2.3.3. Distribusi Sayuran Organik
Kegiatan supplier selanjutnya adalah melakukan pendistribusian sayuran organik kepada konsumen. Sayuran dikirimkan dengan menggunakan armada
transportasi yang memadai sehingga setibanya dihadapan konsumen masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu supplier diperkenankan menaikkan harga jual atau
mengambil keuntungan sebagai balas jasa karena nilai produk akan meningkat setelah mengalami perpindahan kepemilikan dari produsen ke konsumen
.
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu
Maulana 2007 dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Audit
Pemasaran dari MarkPlus 2000 pada Industri Sayur Organik di Jabotabek kasus pada PT Amani Mastra, Caman, Jatibening, Bekasi menunjukkan persaingan
yang dihadapi perusahaan sampai pada tingkat 3C Complicated dengan bentuk perusahaan Selling Oriented Company. Nilai CAI lebih besar daripada CSI
sehingga terjadi kesenjangan negatif sebesar 0,49. Kondisi ini mengharuskan perusahaan merubah orientasinya lebih ke arah pemasaran Marketing Oriented
Company . Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
dilakukan yaitu penelitian terdahulu tidak menggunakan alat analisis Marketing Effectiveness Review
untuk mengetahui efektivitas kinerja sumberdaya pemasaran.
Penelitian Uli 2008 yang berjudul “Audit Pemasaran pada PT.
Godongijo Asri di Sawangan Depok, Jawa Barat” menunjukkan bahwa perusahaan merupakan Marketing Oriented Company 3C yang menuju Market
Driven Company 3,5C dan menghadapi situasi persaingan yang canggih
sophisticated. Nilai MEI sebesar 24,4 menunjukkan bahwa efektivitas sumberdaya pemasaran PT Godongijo tergolong sangat baik. Perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian terdahulu hanya menggunakan responden internal dalam pengisian kuesioner, sedangkan
penelitian yang dilakukan menggunakan responden internal maupun eksternal. Holilah 2008
dalam penelitian berjudul “Audit Pemasaran Produk Sayuran Pada CV.Bimandiri, Lembang-
Bandung” menunjukkan persaingan yang dihadapi adalah Complicated dengan tipe perusahaan Selling Oriented Company
menuju Marketing Oriented Company. Analisis kesenjangan menunjukkan bahwa strategi pemasaran CV. Bimandiri mempunyai kesenjangan negatif sebesar 0,4
ketinggalan dengan situasi persaingan yang akan dihadapi untuk lima tahun ke depan. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan
yaitu penelitian terdahulu hanya melibatkan responden internal dalam pengisian kuesioner dan tidak menggunakan alat analisis Marketing Effectiveness Review.
Sedangkan penelitian ini melibatkan responden internal maupun eksternal dan menggunakan alat analisis Marketing Effectiveness Review.
Penelitian Rosita 2008 yang berjudul Analisis Strategi Usaha Sayuran Organik di PT Anugrah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur
menyatakan bahwa kekuatan utama perusahaan adalah ramah lingkungan sedangkan kelemahan utama adalah volume produksi yang masih rendah. Peluang
utama perusahaan adalah pangsa pasar sayuran organik yang akan terus meningkat dan loyalitas konsumen dan distributor untuk sayuran organik cukup
tinggi. Ancaman utama bagi perusahaan yaitu pangsa pasar pesaing semakin luas, adanya hama penyakit yang menyerang tanaman serta perubahan iklim dan gejala
alam. Prioritas strategi alternatif yang tepat berdasarkan hasil analisis matrik QSP Quantitative Strategic Planning adalah mengoptimalkan dan meningkatkan
volume produksi dengan cara perencanaan lahan yang lebih teliti, penyediaan sarana produksi yang lebih lengkap dan memanfaatkan lahan yang masih kosong
atau belum ditanam serta memproduksi sayuran yang bernilai ekonomis. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukanyaitu
penelitian terdahulu menggunakan analisis SWOT dan QSPM, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan Strategic Marketing Plus 2000.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari 2008 mengenai “Strategi Promosi
Sayuran Organik pada Institut Pertanian Organik IPO “Aie Angek” di Kawasan Agropolitan Koto Baru Sumatera Barat menggunakan Analisis Hierarki Proses
AHP. Tujuan utama Aie Angek melakukan kegiatan promosi yaitu untuk menginformasikan dan meningkatkan keberadaan produk sayuran organik di
Indonesia. Faktor yang paling mempengaruhi penyusunan strategi promosi yaitu karakteristik produk, berikutnya mutu produk. Alternatif strategi promosi yang
menjadi prioritas utama yaitu hubungan masyarakat dan publisitas. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan yaitu penelitian
terdahulu menggunakan Analisis Hierarki Proses, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan Strategic Marketing Plus 2000.
Penelitian “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beberapa Sayuran Organik Studi kasus di PT Amani Mastra, Bekasi” yang dilakukan oleh
Barus 2005 menggunakan analisis regresi berganda dengan dua model linier
dan linier log untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wortel, tomat, dan brokoli organik. Variabel bebas yang secara individu
berpengaruh nyata terhadap permintaan wortel organik adalah pendapatan, usia dan frekwensi pembelian. Variabel bebas yang secara individu berpengaruh nyata
terhadap permintaan tomat organik adalah pendapatan dan usia. Variabel bebas yang secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan brokoli organik
adalah pendapatan dan frekwensi pembelian. Variabel jumlah anggota keluarga, lama pendidikan formal, harga, jenis kelamin, sumber informasi tidak
berpengaruh nyata terhadap pembelian wortel, tomat, dan brokoli organik. Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan yaitu
penelitian terdahulu menggunakan analisis regresi berganda dengan dua model linier dan linier log, sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan
Strategic Marketing Plus 2000.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian tentang audit pemasaran dan sayuran organik telah banyak dilakukan. Dari penelitian yang telah ada,
perusahaan yang bergerak di bidang pertanian umumnya berada pada posisi Selling Oriented Company
atau Marketing Oriented Company dengan situasi persaingan Complicated. Selain itu, perusahaan yang bergerak di bidang pertanian
umumnya mengalami ketertinggalan strategi perusahaan dengan situasi persaingan yang terjadi dengan kesenjangan antara 0,3-0,5.
PT Gilland Ganesha Divisi Agrobisnis dengan komoditas sayuran organik belum pernah melakukan penelitian audit pemasaran. Penelitian mengenai audit
pemasaran yang dilakukan diharap dapat memberikan informasi mengenai profil lingkungan bisnis dan profil faktor-faktor internal yang mempengaruhi
perusahaan. Audit pemasaran juga dapat memberikan alternatif strategi untuk menghadapi persaingan di masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu
bertahan dalam menghadapi persaingan dalam industri sayuran organik yang semakin ketat.
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pemasaran
The American Marketing Association mendefinisikan pemasaran sebagai
satu fungsi
organisasi dan
seperangkat proses
untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para
pemilik sahamnya. Kotler dan Lane 2007 menyatakan pemasaran adalah suatu proses sosial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Pemasaran bukan sekedar perluasan dari penjualan, pemasaran sama sekali
bukan aktivitas khusus, tetapi merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yaitu dari sudut pelanggan. Dalam setiap
bisnis hanya pemasaran dan inovasi yang menciptakan pendapatan yang lain hanya menciptakan biaya Ducker 1954, diacu dalam Kartajaya 2002.
Definisi pemasaran mengalami perkembangan dari waktu ke waktu yang menyesuaikan
diri dengan
situasi persaingan.
Konsultan pemasaran
MarkPlusCo menyusun Ultimate Philosophy of Marketing atau filosofi pemasaran untuk menghadapi pemasaran sebagai konsep yang adaptif di masa
depan. Filosofi tersebut menyebutkan terdapat tiga unsur dalam pemasaran.
Pertama, Visi; pemasaran haruslah sebuah konsep bisnis strategis yang ditujukan
untuk menjamin kepuasan yang berkelanjutan kepada tiga stakeholder utama dalam setiap perusahaan yaitu pelanggan, karyawan, dan shareholder. Kedua,
Misi
; pemasaran harus menjadi jiwa bukan hanya satu bagian tubuh bagi sebuah perusahaan, dan karenanya setiap orang dalam perusahaan akan menjadi seorang
pemasar. Ketiga, Nilai; terdapat tiga prinsip yang dianut setiap perusahaan yaitu
merek lebih berharga bagi pelanggan daripada produk, shareholder harus memperlakukan bisnis sebagai bisnis servis, dan setiap orang dalam organisasi
harus terlibat dalam proses pemuasan pelanggan, baik secara langsung maupun tidak dan tidak pada sebuah fungsi tertentu Kartajaya 2002.
3.2. Audit Pemasaran
Lingkungan bisnis berubah dengan sangat cepat. Untuk mencapai kesuksesan perusahaan harus menanggapi perubahan ini secara cermat yaitu
dengan melakukan peninjauan ulang secara berkala di lingkungan bisnis dan mendesain strategi berdasarkan perubahan-perubahan di lingkungan bisnis
tersebut. Audit pemasaran merupakan salah satu aktivitas penting untuk mencapai
sukses bagi perusahaan. Sebelumnya kata audit merujuk pada masalah keuangan dimana hal ini dilakukan berdasarkan suatu prosedur standar akuntasi yang sangat
jelas dan mudah dimengerti. Dalam konteks pemasaran, audit relatif lebih komplek dan bergantung kepada judgement dari suatu peraturan standar
Kartajaya 2002. D
efinisi audit pemasaran sebagai berikut: “Audit pemasaran adalah pemeriksaan terhadap suatu perusahaan atau unit bisnis secara komprehensif,
sistematis, independen, dan berkala. Unsur-unsur yang dilibatkan dalam audit adalah lingkungan, obyek, strategi, dan aktivitas pemasaran untuk melihat
masalah dan kesempatan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja pemasaran dari perusahaan at
au unit bisnis” Kotler et al, diacu dalam Kartajaya 2002. Lebih lanjut dikemukakan empat karakteristik audit pemasaran:
1 Komprehensif. Audit pemasaran tersebut harus mencakup aktivitas
pemasaran yang relevan dan bukan sekedar melihat masalah pemasaran dalam ruang lingkup yang sempit. Dengan demikian, audit pemasaran tidak
dimaksudkan untuk mencoba mengetahui bagaimana suatu perusahaan mengatasi masalah yang berhubungan dengan masalah pemasaran secara
spesifik, misalnya masalah penetapan harga. 2
Sistematis. Audit pemasaran tersebut harus melibatkan tahapan diagnosis yang telah disusun sesuai dengan logika atau merupakan suatu rangkaian
langkah yang terintegrasi dengan baik. 3
Independen. Audit pemasaran yang baik harus dilakukan secara obyketif dan tidak bias. Oleh karena itu, walaupun audit pemasaran dapat dilakukan secara
internal oleh para manajernya, obyektifitas audit tersebut harus dipertahankan.
4 Periodik. Agar audit pemasaran benar-benar berguna untuk memperbaiki
kinerja perusahaan tersebut, audit harus dilakukan secara berkala. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk terus dapat memonitor posisi mereka
terhadap pesaing dan perubahan lingkungan bisnis dari industri di mana mereka berada di dalamnya.
Audit pemasaran, pada dasarnya selalu dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi suatu perusahaan. Oleh karena itu, audit pemasaran dapat
dikatakan sebagai langkah awal suatu perencanaan pemasaran. Perencanaan bisnis selalu berusaha menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu: pertama, di mana posisi
perusahaan sekarang ini; kedua, akan dibawa ke manakah perusahaan ini di masa yang akan datang; dan ketiga bagaimana perusahaan tersebut akan
mengalokasikan sumber dayanya untuk membawa perusahaan tersebut ke arah tujuan yang telah diformulasikan McDonald 1989, diacu dalam Kartajaya 2002.
McDonald lebih lanjut mengatakan bahwa audit pemasaran berusaha memberikan jawaban terhadap pertanyaan pertama.
Model audit pemasaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Competitive Audit
yang dirumuskan oleh konsultan pemasaran MarkPlusCo. Competitive Audit
merupakan bagian dari konsep Strategic Marketing Plus 2000 yang disusun berdasarkan riset-riset yang telah dilakukan ahli pemasaran pada
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Competitive audit
melibatkan empat unsur yaitu Company, Customer, Competitive,
dan Change atau dikenal sebagai 4C secara terintegrasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan profil lingkungan bisnis yang mempengaruhi
perusahaan dan profil faktor-faktor internal perusahaan. Hasil audit dari Company akan menghasilkan profil internal perusahaan atau Company Alignment Profile
CAP. Sedangkan hasil audit dari Customer, Competitive, Change akan menghasilkan profil lingkungan bisnis atau Competitive Setting Profile CSP.
Keunggulan Competitive Audit dibandingkan dengan cara-cara audit lainya yaitu instrument audit yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Pertama, instrumen
yang bersifat kuantitatif pada umumnya lebih mudah dievaluasi realibility dan validity
-nya. Kedua, hasil audit yang bersifat kualitatif memberikan kemudahan bagi para praktisi pemasaran untuk melakukan benchmarking. Benchmarking