11
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012
Rayon 114 Unesa
Kompetensi Guru Mata Pelajaran :
1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah
Indikator Esensial :
1.8.2. Mengidentifikasi dampak kerusakan lingkungan terhadap keberadaan komponen ekosistem
Beberapa bulan yang lalu, Ulat bulu menjadi masalah di beberapa daerah di Pulau Jawa seperti di Probolinggo dan Jombang, Jawa Timur dan Kendal, Jawa Tengah serta
beberapa kota di Bali. Warga sejumlah daerah lainnya juga melaporkan ulat bulu, seperti Tanjung Duren, Jakarta Barat yang menyerang pepohonan. Tidak hanya itu, ulat bulu pun
masuk ke rumah warga. Akibatnya sejumlah warga pun resah. Mengapa tiba-tiba ada wabah ulat bulu? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
A. Lingkungan sebagai Komponen Ekosistem
Ekosistem pada dasarnya adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik. Lingkungan yang dimaksud dalam hal ini
dapat berupa lingkungan biotik maupun abiotik. Dengan demikian komponen penyusun ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik termasuk
tumbuhan, hewan dan manusia serta komponen abiotik berupa cahaya, suhu, kelembaban, tanah, air dan udara.
B. Ulat Bulu sebagai Komponen Biotik Ekosistem
Ulat bulu termasuk salah satu komponen biotik dalam ekosistem. Keberadaanya di alam tidak lepas dari suatu bentuk respon akibat hubungan timbal balik dari sesama
komponen biotik maupun komponen abiotik yang bisa dilihat dari mekanisme aliran energy melalui rantai makanan ataupun jaring-jaring makanan yang ada. Fenomena
wabah Ulat bulu menunjukkan bahwa ada dinamika peningkatan jumlah populasinya di lingkungan.
C. Perubahan Komponen Ekosistem
Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen- komponennya tersebut dalam keadaan seimbang. Jika keberadaan ekosistem dalam
kondisi yang seimbang maka ekosistem akan dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.
12
13
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012
Rayon 114 Unesa
Gambar 18.2.3. Ulat bulu detik.com
Gambar 18.2.4. Siklus hidup ulat bulu detik.com Secara umum, rata-rata siklus hidup telur, larva bentuk ulat hingga menjadi kupu-
kupu malam ngengat adalah sekitar 30 hari. Namun siklus hidup ulat bulu yang ada sekarang lebih cepat 3-4 hari dari biasanya. Siklus pendek ini merupakan gambaran
umum dari perubahan ekosistem Ubaidillah dalam detik.com.,Rabu:1342011.
14
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012
Rayon 114 Unesa
Siklus yang lebih pendek ini, menurutnya terjadi manakala terpenuhinya host plant atau inang sehingga menyediakan suplai makanan bagi makhluk tersebut. Fase telur
membutuhkan waktu 6-7 hari. Pada fase larva ada 4 tahapan instar yang masing- masing instar membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah itu, masuk fase pre-pupa yang
butuh waktu 2 hari. Lalu di tahapan pupa butuh waktu 7 hari, sehingga perkembangannya umumnya sekitar 26-30 hari.
Dinamika peningkatan populasi ulat bulu penyebabnya ada perubahan ekosistem, baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik. Pada dasarnya rangkaian
perubahan ekosistem berpengaruh terhadap komponen ekosistem. Komponen ini berubah ketika ada hal-hal di alam yang berubah.
Perubahan ekosistem menyebabkan hilangnya faktor keseimbangan alami untuk sementara waktu. Sebagai suatu sistem, alam juga memiliki komponen-komponen
yang menciptakan keseimbangan. Saat salah satu komponen mengalami gangguan, keseimbangan itu akan terganggu. Begitu juga dengan yang terjadi dengan famili
Limantriidae ulat bulu saat ini.
Fenomena meningkatnya populasi ulat bulu, salah satunya disebabkan oleh faktor biotik misalnya berkurangnya pemangsa alaminya, seperti burung, kelelawar, dan
semut rangrang, dan musuh alaminya, misalnya parasitoid. Berkurangnya pemangsa alami dan peningkatan ulat bulu juga dipengaruhi unsur abiotik. Perubahan iklim global
menjadi faktor utama. Akibat adanya perubahan iklim, terjadi perubahan suhu dan kelembaban udara. Pada dasarnya semua makhluk hidup punya kemampuan adaptasi
terhadap perubahan alam yang terjadi. Perubahan suhu dan kelembaban udara bisa saja mengakibatkan pemangsa alami
ulat bulu berkurang, sebaliknya hal ini mengakibatkan populasi ulat bulu menjadi meningkat. Tetapi, ini tidak akan berlangsung lama karena alam punya mekanisme
penyeimbang. Pemangsa alami dan faktor penyeimbang hayati lainnya akan kembali berfungsi normal dan dinamika populasi ulat bulu akan kembali normal sebagaimana
sebelumnya. Populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen
berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya. Hal ini disebabkan ada perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai
komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun drastis, sehingga ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa karena musuh
utamanya sudah tidak ada. Sebagai contoh di wilayah Malang, populasi predator
15
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012
Rayon 114 Unesa
berupa burung liar pemakan ulat serangga tersebut juga sudah hampir punah. Jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar-besaran dan
terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi. Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali. Hujan yang terus menerus
mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama Braconid dan Apanteles tidak mampu bertahan hidup, sehingga musuh alami itu tidak bisa
mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan berkembangbiak dengan cepat, bahkan menyebar ke lingkungan penduduk.
Selain faktor di atas ada alasan lain yaitu dulu habitat ulat bulu sudah ada pada lingkungan tertentu karena serangga ini adalah bagian dari ekosistem yang memiliki
manfaat bagi lingkungannya. Yang lazim terjadi adalah peningkatan populasi, bukan serangan ulat bulu. Sebab, jenis ini tidak memiliki kemampuan menyebar secara luas,
sebagaimana wereng. Kecuali jika ia terbawa secara tidak sengaja. Dulu serangga jenis ngengat atau kupu-kupu malam ini terkonsentrasi di beberapa
kawasan hutan. Famili Lymantridae umumnya hidup di hutan dataran rendah, Saat ini keberadaan hutan dataran rendah yang banyak terdapat di Jawa dan Sumatera, sudah
banyak berkurang dan berubah. Selain itu terdapat penanaman pohon secara homogen, yakni jenis mangga-manggaan atau dari suku suku Anacardiaceae yang
menjadi makanan bagi larva jenis Lymantridae. Hanya serangga yang tersedia makanannya secara homogen yang populasinya meledak. Kompas.com., Rabu, 11
April 2011
16
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru 2012
Rayon 114 Unesa
Kompetensi Guru Mata Pelajaran :
1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah
Indikator Esensial :
1.8.4. Mengaplikasikan pengetahuan tentang karakter suatu ekosistem dalam suatu contoh
A. PENGERTIAN EKOSISTEM