Peningkatan Keterampilan Menulis Buku Harian dengan Metode
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menulis buku harian setelah dilakukan pembelajaran menulis buku harian dengan metode
pembelajaran langsung dan teknik modeling digunakan data tes yang diperoleh dari tes pada siklus I dan siklus II. Hasil tes pada siklus I akan dibandingkan dengan siklus
II untuk mengetahui perubahan keterampilan siswa dari kondisi awal hingga setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menulis buku harian dengan metode
pembelajaran langsung dan teknik modeling. Pada siklus I dan siklus II ditargetkan nilai rata-rata kelas keseluruhan indikator atau nilai komulatif sebesar 70.
Berikut ini uraian peningkatan keterampilan menulis buku harian dengan metode pembelajaran langsung dan teknik modeling pada siklus I dan siklus II.
Tabel 26. Perbandingan Peningkatan Keterampilan Menulis Buku Harian Siklus I dan II
No. Kategori
Siklus I Siklus 2
Frekuensi Bobot
Frekuensi Bobot
1. Sangat Baik
2 187
2. Baik
12 896
38 2949
3. Cukup
26 1691
4. Kurang
2 106
Jumlah 40
2693 40
3136
Nilai rata-rata
2693 40
= 67,32 3136
40 = 78,4
Berdasarkan tabel 26 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 67,32. Nilai rata-rata kelas tersebut termasuk dalam kategori cukup. Setelah
pembelajaran menulis buku harian dengan metode pembelajaran langsung dan teknik
modeling pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 78,4 dan termasuk
dalam kategori baik. Terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas atau nilai komulatif setelah pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Peningkatan nilai rata-rata
kelas atau nilai komulatif dengan persentase sebesar 16,44.
Tabel 27. Perbandingan Nilai Tiap Indikator Siklus I dan II
No. Indikator
Nilai rata-rata Peningkatan
Siklus I Siklus II
1. Kualitas isi
74 80,5
8,8 2.
Kelengkapan unsur buku harian
60,5 79
30,6 3.
Ejaan dan tanda baca 78,5
81 3,18
4. Pilihan kata
69 80
33,3 5.
Keefektifan kalimat 48,5
74 7,30
6. Kohesi dan koherensi
64,5 70
6,90 7.
Kerapian tulisan 79,5
87 8,60
Berdasarkan tabel 27 di atas dapat diketahui peningkatan yang terjadi pada tiap indikator. Pada indikator kualitas isi, hasil tes keterampilan awal siswa menunjukkan
nilai rata-rata keterampilan awal siswa pada siklus I sebesar 74, sedangkan pada siklus II 80,5. Berdasarkan hasil tersebut terlihat peningkatan keterampilan siswa
pada indikator ini sebesar 8,8.
Awalnya siswa kurang mengerti kualitas isi yang harus ada dalam buku harian. Mereka hanya tahu kalau buku harian hanyalah pencurahan isi hati saja tanpa
memperhatikan kualitas isi topik yang menarik untuk dibaca. Pada tahap siklus I, kebanyakan siswa belum bisa membuat topik buku harian yang menarik. Saat
pembelajaran siklus II, siswa dibantu model buku harian kedua yang akan dijadikan sebuah majalah dinding sehingga siswa tertarik dan bisa membuat topik yang
menarik. Hasilnya, pada siklus II 40 siswa mampu menuliskan topik buku harian yang menarik. Nilai rata–rata siswa pada siklus ini masuk dalam kategori baik.
Pada Indikator yang kedua adalah kelengkapan unsur buku harian. Pada indikator ini, nilai rata–rata pada tahap siklus I adalah 60,5. Pada siklus II terjadi
peningkatan sebesar 8,8 atau dengan nilai rata-rata siswa mencapai 79. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik.
Pada tahap siklus I, dalam menulis buku harian siswa hanya mampu menyebutkan tiga unsur menulis buku harian. Sehingga mereka memeroleh nilai rata-
rata dalam kategori kurang. Setelah melakukan pengamatan terhadap contoh model
buku harian pada siklus II, peneliti memberi penjelasan tentang semua unsur-unsur buku harian sehingga siswa lebih mengerti dalam menuliskan unsur-unsur buku
harian. Hasilnya tulisan siswa pada siklus II masuk dalam kategori baik. Pada Indikator ejaan dan tanda baca untuk tahap siklus I nilai rata–ratanya
adalah 78,5, sedangkan pada siklus II nilai rata–rata siswa menacapai 81. Jadi, peningkatan keterampilan menulis buku harian pada indikator ini adalah 3,18.
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Banyak sekali terdapat kesalahan yang peneliti temukan dalam
lembar hasil kerja siswa. Kesalahan–kesalahan yang ada antara lain dalam pemakaian huruf kapital, kata hubung yang diletakkan di awal kalimat, serta pemakaian tanda
baca yang kurang tepat. Saat pembelajaran siklus II, peneliti menunjukkan kekurangan–kekurangan yang terjadi pada penulisan buku harian tahap siklus I. Hal
serupa juga peneliti lakukan pada siklus II. Akhirnya, pada akhir pembelajaran nilai rata–rata siswa dalam indikator ini masuk dalam kategori baik.
Pada Indikator yang keempat adalah pilihan kata. Pada indikator pilihan kata, nilai rata–rata pada tahap siklus I adalah 69, sedangkan pada siklus II terjadi
peningkatan nilai rata–rata siswa mencapai 80. Jadi, dapat dihitung besarnya persentase peningkatan pada indikator pilihan kata dari tahap siklus I sampai siklus II
sebesar 33,3.
Hasil menulis buku harian siswa pada indikator pilihan kata tahap siklus I termasuk dalam kategori cukup. Masih banyak dijumpai kata yang tidak sesuai
dengan situasi, kurang bervariasi, dan belum ekspresif dalam penulisan buku harian. Siswa dalam menggunakan pilihan kata sudah baik, namun siswa kesulitan dalam
memanfaatkan kata–kata yang variatif. Akibatnya, hasil tulisan siswa pada tahap siklus I belum mencapai dalam kriteria buku harian yang baik. Pada siklus II, peneliti
membagikan contoh model buku harian untuk diamati. Kegiatan pengamatan ini sangat efektif untuk mengembangkan perbendaharaan kosakata siswa. Kegiatan
pengamatan di kelas serta imbauan peneliti untuk banyak membaca buku harian di rumah menjadikan nilai siswa pada indikator ini masuk dalam kategori baik.
Pada indikator yang kelima adalah keefektifan kalimat. Hasil tes siklus I pada indikator ini menunjukkan tingkat keterampilan siswa pada indikator tersebut sebesar
48,5, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yang mencolok sebesar 74. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari siklus I sampai siklus II
sebesar 7,30. Siswa mengalami kesulitan dalam penulisan kalimat efektif karena mereka masih menggunakan kalimat yang panjang dan bertele-tele. Pada siklus II ini,
siswa sudah bisa menulis dengan menggunakan kalimat yang efektif dengan baik. Mereka sudah mulai bisa menulis kalimat yang singkat, padat, dan jelas serta
menarik. Sehingga hasil nilai rata-rata untuk indikator ini berada dalam kategori baik. Pada Indikator yang keenam adalah kohesi dan koherensi. Nilai rata-rata siswa
pada tahap siklus I berada dalam kategori cukup, yaitu 64,5, sedangkan pada siklus II
mencapai nilai rata-rata 70 dan termasuk dalam kategori baik. Jadi, persentase peningkatan hasil tes menulis buku harian pada indikator kohesi dan koherensi
adalah 6,90. Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan menentukan kohesi dan
koherensi dalam menulis buku harian. Hal ini ditandai dengan hasil nilai rata-rata siswa pada tahap siklus I yang masih dalam kategori cukup. Masih ada beberapa anak
yang belum melakukan keterpaduan antarkalimat dan antarparagraf yang jelas. Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran langsung dan teknik
modeling pada siklus II, kemampuan siswa dalam menentukan kohesi dan koherensi dalam menulis buku harian semakin meningkat. Siswa telah mampu menentukan
kohesi dan koherensi yang saling berkaitan. Sehingga pada siklus II ini memeroleh nilai rata-rata dalam kategori baik.
Pada indikator terakhir adalah kerapian tulisan. Nilai rata–rata siswa pada tahap siklus I berada dalam kategori baik, yaitu 79,5, sedangkan pada siklus II mencapai
nilai rata-rata 87 dan termasuk dalam kategori sangat baik. Jadi, persentase peningkatan hasil tes menulis buku harian pada indikator ini adalah 8,60.
Pada siklus I siswa masih mengalami kesulitan dalam merapikan tulisan karena dalam menulis buku harian masih banyak terdapat coretan. Namun pada lembar kerja
siswa secara keseluruhan hasil tulisan buku harian mereka sudah mencapai kategori baik. Setelah dilakukan pembelajaran dengan metode pembelajaran langsung dan
teknik modeling pada siklus II, kemampuan siswa dalam menentukan kerapian tulisan buku harian semakin meningkat. Siswa telah mampu belajar menulis buku harian
dengan rapi dan jelas tanpa ada coretan. Sehingga pada siklus II ini memeroleh nilai rata-rata dalam kategori sangat baik.
Dari hasil pembahasan di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis buku harian siswa kelas VII E SMP Negeri 30 Semarang
setelah dilakukan pembelajaran menulis buku harian dengan metode pembelajaran langsung dan teknik modeling.