Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
indikator adanya peristiwa belajar. Belajar juga harus memilki tes, Tes sebenarnya adalah salah satu wahana program penilaian pendidikan.”
74
Menurut Oemar Hamalik selain itu belajar adalah “modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing ”.
75
Menurut pengertian di atas, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya -mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Menurut S Nasution“Learning is experiencing. The process of learning is doing, reacting, uner’going, experiencing. Experiencing means living
through actual situations and reactingvigorously to various aspect of those situations for purposes apparent to the learner”.
Belajar adalah “mengalami sesuatu. Proses belajar adalah berbuat, beraksi, mengalami, menghayati.
Pengalaman belajar berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan bereaksi dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai aspek situasi itu demi
tujuan-tujuan yang nyata bagi pelajar.”
76
Menurut Winkel, belajar menurut manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan- pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Menurut Morgan belajar adalah
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau praktek.”
77
Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat stabilitas yang lain. Mengenai abilitas itu, menurut Bloom dalam
Sudijono melimuti tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh Bloom dkk.
74
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Bumi Aksara:Jakarta, 1995 h. 1
75
Oemar Hamalik, Op Cit h. 27.
76
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta:Bumi Aksara Get. 1, 1995 h. 99.
77
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta:PT Rineka Cipta, 2006, h.104.
Dikategorikan lebih terinci secara hierarki ke dalam emam jenjang kemampuan, yakni:
1. Hafalan C1
Jenjang hafalan ingatan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah
dipelajarinya.
2. Pemahaman C2
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis
atau sebaliknya,
meramalkan berdasarkan
kecenderungan tertentu eksploitasi dan interpolasi, serta mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata
sendiri.
3. Penerapan C3
Yang termasuk jenjang penerapan ialah kemampuan menggunakan prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau
pada situasi kongkrit.
4. Analisis C4
Jenjang analisis meliputi kemampuan-kemampuan menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya
sehingga struktur informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi jelas.
5. Sintesis C5
Yang termasuk jejaring sistesis ialah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk kedalamnya kemampuan merencanakan
eksperimen, menyusun
karangan laporan
praktikum, artikel, rangkuman, menyusun cara baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa dan informasi lainnya.
6. Evaluasi C6
Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu pentataan uraian, pekerjaan,
berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan.”
78
Hasil belajar efektif berkaitan sikap dan nilai, yang berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil
belajar ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa
hormat kepada guru, dan sebagainya.
78
Ahmad Sofyan, et. ol., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006, h. 15-18