Hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

(1)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,705>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,488>tTabel 0,05 sebesar 2,0086).


(2)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING

ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty

of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.

The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.

To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement

multiple regression analysis technique with three variables were applied.

The findings are : 1) there is a positive and significant correlation between accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,694>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,883>tTabel 0,05 = 2,0086); 2) there is a positive and significant correlation between learning motivation and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,666>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,398>tTabel 0,05 = 2,0086); 3) there is a positive and significant correlation between leaning environment and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,705>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,488>tTabel 0,05 = 2,0086).


(3)

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma

Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh :

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma

Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh :

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz 051334008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan tetapi saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya. Saya mempersembahkan karya tulis ini kepada :

Tuhan yang maha kuasa yang selalu melindungi dan menyertai saya.

My lovely parents yang selalu menyayangi dan mendukung saya

dengan cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang membuat hidup saya menjadi lebih berarti. Tanpa mereka saya bukan siapa-siapa.

My special one (Silverio) yang selalu memotivasi saya dari jauh,

dengan cinta dan dukungan yang selalu menguatkan saya.

My two lovely sisters (Rosalia and Olandina) yang selalu

menyemangati saya dari jauh dengan canda dan tawa. Keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya dari jauh.

My Bro and Siz ( bina, lize, merry, jony, lila, minda, nety, metha, lala, quinha, lathy, Kk Sandra, quela, popo, nidio, quenock, etchok, zitho, lello, Adoy, Nuno, Mariano) specially my lovely bro “Ivo” yang selalu membantu dan menemani saya. Terima kasih atas

semua kebersamaan serta canda tawanya selama ini. Hope that


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2010 Penulis,


(9)

vi

MOTTO

Jangan biarkan kekurangan sebagai kelemahan kita tetapi jadikanlah kekurangan sebagai motivator kita untuk maju dan menjadi lebih baik

Hidup memerlukan pengorbanan, pengorbanan memerlukan perjuangan Perjuangan memerlukan ketabahan

Ketabahan memerlukan keyakinan, keyakinan pula menentukan kejayaan Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan

Dalam hidup terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan

Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita lebih bahagia

Sesuatu yang baik belum tentu benar Sesuatu yang benar belum tentu baik Sesuatu yang bagus belum tentu berharga Sesuatu yang berharga belum tentu bagus


(10)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KETEPATAN PENGGUNAAN METODE MENGAJAR DOSEN, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN

BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2007 Universitas Sanata Dharma Program Studi Pendidikan Akuntansi

Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz Universitas Sanata dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa, 2) motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa, dan 3) lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa.

Populasi dari penelitian ini yaitu mahasiswa program studi pendidikan akuntansi universitas Sanata Dharma. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2009. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 70 mahasiswa dengan menggunakan teknik sampel purposif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi dan wawancara.

Untuk mengetahui hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,694>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,883>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 2) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,666>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,398>tTabel 0,05 sebesar 2,0086), 3) Terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa (koefisien korelasi (R) sebesar 0,800 , koefisien determinasi ( R2) sebesar 0,639 dan rHitung sebesar 0,705>rTabel 0,05 sebesar 0,279 serta tHitung sebesar 2,488>tTabel 0,05 sebesar 2,0086).


(11)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIPS BETWEEN THE ACCURACY OF LECTURER’S TEACHING METHOD, LEARNING MOTIVATION, LEARNING

ENVIRONMENT AND STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT A Case Study at a 2007 Batch Students of Accounting Departement Faculty

of Education Sanata Dharma University Prodenciana A. DeJ. Gusmao Vaz

Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

The purpose of this research is to know the relationship between : 1) accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement; 2) learning motivation and student learning achievement; 3) learning environment and student learning achievement.

The population of this research was students of accounting education of Sanata Dharma University. It was conducted in May 2009. The samples were 52 students taken by purposive sampling method. The data collecting techniques were quetionnaire, documentary and interviews.

To know the correlation between accuracy of lecturer’s teaching method, learning motivation, learning environment and student learning achievement

multiple regression analysis technique with three variables were applied.

The findings are : 1) there is a positive and significant correlation between accuracy of lecturer’s teaching method and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,694>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,883>tTabel 0,05 = 2,0086); 2) there is a positive and significant correlation between learning motivation and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,666>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,398>tTabel 0,05 = 2,0086); 3) there is a positive and significant correlation between leaning environment and student learning achievement (correlation coefficient (R) = 0,800 and determination coefficient ( R2) = 0,639 and rObserved = 0,705>rTable 0,05 = 0,279 and tObserved = 2,488>tTabel 0,05 = 2,0086).


(12)

(13)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga saya bisa menyelesaikan perkuliahan sampai dengan penyelesaian tugas akhir ini dengan baik sebagai wujud pertanggngjawaban saya. Saya sangat bahagia akhirnya saya bisa menyelesaikan studi saya sesuai dengan harapan dan cita-cita. Semua usaha yang saya lakukan ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari orang-orang di sekitar saya. Oleh karena itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dekan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Bapak Drs. T.Sarkim.,M.Ed.,Ph.D., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas sanata Dharma.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Bapak Yohanes Harsoyo S.Pd.,M.Si yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melaksanakan penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi saya dengan baik.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Bapak Laurentius Saptono,.S.Pd.,M.Si, yang telah mengarahkan dan memberi bimbingan selama saya kuliah di Universitas sanata Dharma ini.

4. Dosen pembimbing, Bapak Drs.Bambang Purnomo. S.E., M.Si, yang telah membimbing dan mengarahkan saya selama penulisan dan penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen penguji, Bapak Drs. F.X Muhadi M.Pd. dan Ibu Rita Eny Purwanti S.Pd.,M.Si. yang telah menguji saya dalam pendadaran dan memberikan pengarahan dan masukan bagi skripsi saya.


(14)

x

6. Bapak Drs. A. Joko Wijoyo, S.Pd., M.S. yang telah membimbing saya dalam menerjemahkan abstrak dalam bahasa inggris.

7. Dosen-dosen Universitas Sanata Dharma khususnya jurusan pendidikan akuntansi yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada saya yang sangat saya perlukan kelak.

8. Karyawan, sekretariat dan petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memfasilitasi saya dari awal kuliah sampai penyelesaian tugas akhir ini.

9. Mahasiswa program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya Angkatan 2006 dan 2007 yang telah meluangkan waktu untuk menjadi responden saya.

10. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya baik moral maupun material yang sangat bermanfaat bagi saya.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangn sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini yang akhirnya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Akhirnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan dalam penyusunan skripsi ini.

Yogyakarta, 21 Januari 2010


(15)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

LEMBARAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Isi Skripsi... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar ... 9


(16)

xii

2. Motivasi Belajar ... 9

B. Minat ... 10

C. Prestasi Belajar ... 11

1. Prestasi ... 11

2. Belajar ... 11

3. Prestasi Belajar ... 12

D. Metode Mengajar ... 13

F. Macam-macam Metode Mengajar ... 15

1. Metode Ceramah ... 15

2. Metode Melatih (Drill) ... 18

3. Metode Tanya Jawab ... 19

4. Metode Diskusi ... 20

5. Metode Prileksi ... 22

6. Metode demonstrasi dan eksperiment... 23

7. Metode Pemecahan Masalah... 24

8. Metode Kerja Kelompok... 25

9. Metode Pembagian Tugas belajar Resistasi... 27

10. Metode Seminar ... 28

11. Metode mengajar Beregu(Team Teaching Method) ... 29

12. CL(Cooperative Learning)... 30

13. CTL (Contextual Teaching and Learning)... 31

14. TGT (Teams Games Tournament)... 34


(17)

xiii

F. Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Metode Mengajar ... 36

G. Alasan Dipakainya Bermacam-Macam Metode Mengajar ... 40

H. Pengaruh Lingkungan Belajar ... 42

1. Lingkungan Keluarga ... 42

2. Lingkungan Sekolah ... 45

3. Lingkungan Masyarakat ... 48

I. Kerangka Berpikir ... 49

J. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 52

D. Populasi, Sampel dan teknik penarikan sampel ... 52

E. Operasionalisasi Variabel ... 53

1. Variabel yang akan Diteliti ... 53

2. Kategori Kecenderungan Variabel... 54

3. Pengukuran Variabel... 55

F. Teknik Pengumpulan Data ... 57

1. Kuesioner ... 57

2. Dokumentasi ... 58

3. Wawancara... 58

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 58


(18)

xiv

2. Pengujian Realiabilitas... 64

H. Teknik Analisis ... 65

1. Uji prasyarat Analisis (Uji Normalitas) ... 65

I. Analisis Data ... 66

1. Analisis regresi Linier Ganda ... 66

2. Analisis Korelasi Ganda... 67

J. Pengujian Hipotesis dan Penarikan kesimpulan... 67

1. Pengujian Hipotesis Pertama... 68

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 68

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 69

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 70

1. Ketepatan Penggunaan Metode mengajar Dosen... 70

2. Motivasi Belajar ... 71

3. Lingkungan Belajar... 73

4. Prestasi Belajar... 74

B.Pengujian Persyaratan Analisis ... 75

Pengujian Normalitas ... 75

C. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 77

1. Hubungan Antara Penggunaan Metode Mengajar Dosen dengan Prestasi Belajar Mahasiswa... 78

2. Hubungan Antara Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa... 78


(19)

xv

3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar

Mahasiswa... 79 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ... 82 B. Keterbatasan Hasil penelitian ... 82 C. Saran ... 83


(20)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 54

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner ... 56

Tabel 3.3 : Jawaban dan Skor ... 57

Tabel 3.4 : Hasil Uji Validitas ... 60

Tabel 3.5 : Hasil Uji Reliabilitas... 64

Tabel 3.6 : Tingkat Keterandalan Variabel Penelitian ... 65

Tabel 4.1 : Pedoman PAP Ketepatan Penggunaan Metode Mengajar Dosen... 71

Tabel 4.2 : Pedoman PAP Motivasi Belajar ... 72

Tabel 4.3 : Pedoman PAP Lingkungan Belajar ... 73

Tabel 4.4 : Pedoman PAP Prestasi Belajar ... 74

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 76

Tabel 4.6 : Hasil Analisis Korelasi Product Moment Antara Variabel Bebas dengan Variabel Prestasi Belajar... 77


(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I. Kuesioner ... 87

LAMPIRAN II. Uji Reliabilitas dan Validitas... 99

LAMPIRAN III. Data Mentah ... 111

LAMPIRAN IV. Daftar Distribusi Frekuensi... 115

LAMPIRAN V. Penilaian Acuan Patokan Tipe II... 122

LAMPIRAN VI. Uji Normalitas... 127

LAMPIRAN VII. Uji Korelasi dan Regresi Ganda ... 128

LAMPIRAN VIII. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 139

LAMPIRAN IX. Daftar Tabel ... 133


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi belajar yang baik merupakan keinginan dan harapan yang diidam-idamkan oleh mahasiswa maupun dosen. Hal tersebut dikarenakan bahwa salah satu unsur yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi adalah prestasi belajar yang dicapai mahasiswa. Jika prestasi belajar yang dicapai mahasiswa baik maka dapat dikatakan bahwa pengajaran yang dilakukan oleh dosen berhasil dan sebaliknya, apabila prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa rendah maka dapat dikatakan pengajaran yang dilakukan oleh dosen belum berhasil dengan baik.

Dalam kegiatan belajar mengajar, hasil belajar seseorang dapat dilihat dari prestasi belajarnya, mengingat prestasi merupakan kecakapan yang dapat diukur dengan alat penilaian yang berwujud angka-angka atau simbol-simbol. Angka-angka tersebut menjadi penunjuk hasil yang dicapai mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar pada masa tertentu.

Setiap pengajar mempunyai cara tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat dimengerti karena setiap pengajar mempunyai kapasitas mengajar yang berbeda-beda, dan harus menyesuaikan dengan macam disiplin ilmu pengetahuan yang diberikan kepada mahasiswa. Mengajar ilmu-ilmu sosial mungkin berbeda dengan mengajar ilmu kedokteran bila dilihat dari teknik yang dipakai dalam mengajar.

Peranan seorang dosen dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Salah satu peran dosen adalah sebagai penyampai informasi sesuai dengan


(23)

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai penyampai informasi dosen menginginkan informasi tersebut sampai pada penerima informasi (mahasiswa). Supaya informasi tersebut dapat diterima oleh mahasiswa, dosen menggunakan strategi-strategi tertentu yang bisa menumbuhkan minat belajar mahasiswa dan memotivasi mahasiswa untuk mengetahui informasi tersebut sehingga bisa meningkatkat prestasi belajarnya.

Salah satu strategi dosen memotivasi dan membuat mahasiswa memiliki minat dalam proses belajar mengajar yaitu mencari dan menggunakan cara mengajar atau metode mengajar yang sesuai dengan cara belajar mahasiswa. Cara mengajar yang ‘baik’ belum tentu dapat dikatakan ‘benar’, karena pengajar tidak dapat mempraktekkan cara tersebut dengan apa yang semestinya dilakukan. Begitu pula halnya dengan cara mengajar yang ‘benar’ belum tentu dapat dikatakan ‘baik’. Cara mengajar yang baik dan benar adalah cara mengajar yang dapat dipraktekkan dan menghasilkan keluaran (output) seperti yang diharapkan (Soekartawi, 1995 : 16-17).

Sebagai contoh penerapan metode yang tidak memperhatikan situasi dan kondisi mahasiswa. Misalnya penyelenggaraan kuliah pada jam 14.00. Pada jam ini kebanyakan mahasiswa dalam keadaan mengantuk dan capek mungkin karena cuaca yang panas, karena ada yang kuliah dari pagi hingga siang atau karena ada yang baru selesai makan siang. Jika dosen menggunakan metode mengajar ceramah maka dapat membuat mahasiswa semakin mengantuk, malas dan capek. Apalagi gaya mengajarnya juga kurang antusias. Maka meskipun setelah memberi ceramah dan selanjutnya menggunakan metode tanya jawab, mahasiswa tidak akan pernah bertanya dan menjawab, karena awalnya mahasiswa sudah tidak memperhatikan dan tidak memahami apa yang disampaikan oleh dosen. Walaupun mahasiswa tersebut mengerti akan apa yang disampaikan, namun pengertian itu hanya bersifat sementara dan tidak membekas dalam pikirannya.


(24)

Akhirnya mahasiswa lebih cenderung mengejar nilai daripada manfaat mata kuliah tersebut dalam kehidupan mereka. Apalagi jika mahasiswa hanya memprioritaskan pemahamannya pada mata kuliah yang disukai. Maka nilai yang diperoleh mahasiswa akan lebih bagus pada mata kuliah yang disukai tersebut. Padahal semua mata kuliah menjadi syarat kelulusan bagi seorang mahasiswa.

Penelitian mengenai minat mengungkapkan bahwa siswa lebih memahami sebuah teks apabila teks itu memuat hal-hal yang menarik bagi mereka (Anderson, 1972 ; Estes & Vaughs, 1973). Dalam hal ini sudah barang tentu peran dosen sangat penting. Bagaimana dosen melakukan usaha-usaha yang dapat menumbuhkan minat dan memberikan motivasi agar mahasiswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

Persoalan bagi dosen sebagai pengajar adalah bagaimana caranya supaya mahasiswa tersebut menyukai dan mendapat nilai yang cukup untuk mata kuliah yang lainnya. Hal yang terpenting bagi dosen adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan mahasiswa melakukan aktivitas belajar yang kondusif dan antusias. Misalnya dosen bisa menggunakan metode kerja kelompok, metode mengajar beregu (team teaching method ) atau metode Tanya jawab, yang tujuannya menuntut mahasiswa untuk aktif dan antusias dalam mengikuti perkuliahan.

Shackleford dan Henak (1990) berpendapat bahwa cara pengajaran yang efisien akan terbentuk kalau pengajarnya juga bertindak efisien. Sebab pengajar bertindak sebagai manajer yang harus mengambil keputusan untuk aktivitas yang ia lakukan agar berjalan secara efisien. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa pengajar yang efektif didefinisikan sebagai berikut : ”Effective teachers are knowledgable about the theories of presentasion, learning, and learner characteristic”. Bahwa seorang pengajar yang efektif adalah memiliki kemampuan dalam penguasaan materi dalam mengajar , cara mengajar dan mengetahui karakter siswanya.


(25)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fransisca Lasmintorini (2005), menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar dan prestasi belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa dipengaruhi oleh motivasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, semakin tinggi pula prestasi belajar mahasiswa. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan motivasi yang baik pula.

Motivasi itu tidak akan dikatakan baik apabila tujuan yang diinginkan juga tidak baik. Sebagai contoh kalau motif yang timbul untuk suatu perbuatan belajar itu karena rasa takut akan hukuman, maka faktor-faktor yang kurang enak itu akan menyebabkan kegiatan belajar tersebut menjadi kurang efektif dan hasilnya kurang permanen atau tahan lama. (Sardiman, 1986:77). Selain itu prestasi belajar juga ditentukan oleh lingkungan mahasiswa, baik lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat. Seorang mahasiswa akan mendapatkan prestasi yang baik jika dia memiliki kebiasaan belajar yang baik dan sungguh-sungguh mempelajari apa yang hendak dipelajarinya. Supaya orang tersebut memiliki kebiasaan belajar, dia harus dibiasakan belajar sejak dini. Hal ini menjadi tanggungjawab besar dari keluarga untuk melatihnya. Tetapi tak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah mahluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa selain keluarga lingkungan kampus tempat dimana mahasiswa tersebut belajar dan lingkungan masyarakat sekitar juga ikut mempengaruhi. Misalnya ada mahasiswa yang merasa tidak nyaman belajar dengan temannya yang lain yang lebih pintar dan memiliki sikap yang tidak menyenangkan. Selain itu besarnya kesenjangan sosial antar mahasiswa akan menghambat proses belajar mengajar mahasiswa.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan belajar yang bersih, tenang, tidak ada gangguan dan tersedia sarana dan prasarana untuk belajar. Orang-orang


(26)

yang tinggal dalam lingkungan belajar yang baik akan memperoleh hasil atau prestasi yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang yang tinggal di lingkungan belajar yang tidak baik akan mendapatkan hasil belajar yang kurang baik. sebagaimana hasil penelitian Susana Indarti (2006), ditemukan bahwa lingkungan belajar berpengaruh secara positif terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa prestasi belajar bisa dipengaruhi oleh lingkungan belajar. Semakin baik dan nyaman lingkungan belajar mahasiswa, prestasi belajar mahasiswa akan semakin baik.

Atas dasar latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Ketepatan Penggunaan Metode

Mengajar Dosen, Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar dengan Prestasi Belajar Mahasiswa” karena sebagai seorang calon dosen (pengajar) penulis merasa hal ini sangat penting untuk dibahas sehingga dapat memberikan gambaran kepada penulis mengenai cara menyampaikan materi secara efektif dan efesien dengan menggunakan metode yang sesuai yang dapat membangkitkan motivasi dan minat mahasiswa sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar dan lingkungan belajar mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa.


(27)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?

2. Apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa?

3. Apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara ketepatan penggunaan metode mengajar dosen dengan prestasi belajar mahasiswa?

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa?

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa?

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain :

1. Bagi mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma supaya kelak menjadi dosen nanti dapat memilih cara mengajar yang sesuai dengan kebutuhan para mahasiswa dengan demikian


(28)

mahasiswa akan lebih termotivasi dan lebih aktif lagi dalam belajaryang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.

2. Bagi orang tua

Sebagai tambahan pengetahuan akan pentingnya pendidikan bagi anak dengan kemampuan yang ada supaya dapat mengusahakan hal-hal yang bisa membantu proses belajar anak.

3. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian diharapkan memberikan suatu inspirasi kepada mahasiswa lain di luar universitas dan mampu mendorong untuk meningkatkan lulusan mahasiswa yang berkualitas dengan prestasi yang baik.

4. Bagi universitas Sanata Dharma

Universitas dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk alat pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi penelitian yang relevan.

5. Bagi peneliti

Hasil penelitian diharapkan akan banyak memberi bekal kepada penulis untuk terjun dan lebih perhatian kedunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

F. Sistematika Isi Skripsi

Gambaran secara garis besar mengenai isi skripsi disajikan dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi penelitian, batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi, dimana semuanya merupakan landasan dalam penulisan skripsi ini


(29)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Didalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori yang berasal dari pendapat para ahli yang telah diakui kebenarannya, yang merupakan landasan sebagai syarat penunjang untuk memecahkan masalah yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengungkap masalah tentang ketepatan penggunaan metode mengajar dosen, motivasi belajar, lingkungan belajar dan prestasi belajar mahasiswa.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini mengemukakan beberapa metode atau cara yang digunakan dalam penelitian baik dari awal penyusunan kuesioner sampai pengambilan data menggunakan kuesioner tersebut serta beberapa metode untuk menganalisis perolehan data yang telah terkumpul.

BAB VI. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang penerapan metode-metode yang digunakan hingga ditemukannya suatu hasil yang dapat dipertanggungjawab. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat memberikan suatu pembahasan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini mengemukakan tentang kesimpulan yang telah kita tarik dari pembahasan. Kesimpulan tersebut dapat memberikan pengertian kepada pihak yang berkepentingan sehingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dengan sebaik-baiknya. Disini juga ditulis beberapa saran yang membangun berdasarkan hasil penelitian yang bermanfaat untuk beberapa pihak yang berkepentingan


(30)

9

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Motivasi Belajar

1. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti yang dikatakan Sartain dalam bukunya psychology Understanding of Human Hehavior : motif adalah suatu penyataan yang kompleks dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).

Pengertian motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan. Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu, sedikit banyaknya memilih kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Dalam pelajaran tentang motivasi kadang-kadang kebutuhan itu diberi arti yang khusus. Sartain menggunakan istilah kebutuhan hanya sebagai suatu istilah yang menunjuk pada suatu kekurangan tertentu di dalam suatu organisme.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar diartikan sebagai daya pendorong atau perangsang yang merangsang siswa untuk mau dan ingin melakukan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah sehingga tercapai prestasi yang memuaskan.

Dalam soal belajar, motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya. Hal demikian dapat berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia belajar dengan segenap tenaga dan pikirannya.


(31)

Menurut Winkel (1996 : 27-28) motivasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu :

a. Motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi ekstrinsik adalah belajar demi memperoleh pujian dari orang lain, belajar demi tuntutan yang akan diraih, belajar demi meningkatkan gengsi sosial dan belajar demi memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan.

b. Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Siswa yang mempunyai motivasi intrinsik akan terlihat dari ketekunannya untuk mengerjakan tugas-tugas belajar, keuletannya dalam memecahkan kesulitan dalam belajar dan senang mencari atau memecahkan soal-soal dalam buku pelajaran.

B. Minat

Persoalan motivasi dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang (biasa disertai dengan perasaan senang), karena merasa memiliki kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.


(32)

Jadi jelas bahwa soal minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, hal yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar mahasiswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar (Sardiman, 1986 :76).

C. Prestasi Belajar

1. Prestasi

Arti kata prestasi adalah hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Karena itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar.

2. Belajar

Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi belajar beberapa tokoh sebagaimana dirangkum oleh Muhhibbin Syah dalam bukunya ”Psikologi Belajar” adalah sebagai berikut :

a. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer).

b. Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan yaitu: pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

c. Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychologyof Learning and memory


(33)

organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

d. Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of psychology membatasi belajar menjadi dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Dari definisi-definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar,yaitu bahwa:

a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang di sebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Belajar pada manusia merupakan suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

3. Prestasi belajar

Atas dasar pengertian prestasi dan belajar di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah tingkah laku seseorang dari hasil aktualisasi diri yang dilakukan secara sadar dan nyata untuk menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Prestasi belajar siswa dapat dinyatakan dalam


(34)

bentuk angka, huruf, maupun simbol dan pada periode-periode tertentu, misalnya caturwulan atau semesteran.

Prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri (eksternal), adapun faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal yang meliputi :

1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya mahasiswa mempunyai kelemahan dalam menghitung atau mengingat materi pelajaran.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah faktor intelektif yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata dan non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu meliputi sikap, kebiasaan, minat, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik dan psikis b. Faktor eksternal yang meliputi :

1)Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.

2)Faktor budaya yang terdiri atas adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi. 3)Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas-fasilitas belajar

4)Faktor lingkungan keagamaan atau spiritual.

D. Metode Mengajar

Metode berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati) dan hodos

(jalan atau cara). Jadi, metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Mengajar adalah menyajikan atau menyampaikan bahan


(35)

pelajaran oleh seorang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkan bahan itu. Jadi, metode mengajar adalah suatu cara yang berfungsi sebagai alat yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran (Ulihbukit, dkk. 1979 : 5). Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai.

Khusus mengenai metode mengajar di dalam kelas selain dari faktor tujuan, faktor murid, faktor situasi dan faktor dosen ikut menentukan efektif tidaknya sebuah metode. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang dosen akan lebih mudah menetapkan metode manakah yang paling serasi untuk situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.

Ada berbagai metode mengajar karena dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya :

1) Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.

2) Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya. 3) Situasi yang berbagai-bagai keadaannya.

4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.

5) Pribadi dosen serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Karena itu, sulit untuk memberikan satu klasifikasi yang jelas mengenai setiap metode yang pernah dikenal di dalam pengajaran. Setiap usaha klasifikasi adalah arbitrer sifatnya. Lebih sulit lagi untuk menggolong-golongkan metode-metode itu di dalam nilai dan efektifitasnya, sebab metode yang ”kurang baik” di tangan seorang dosen dapat menjadi metode yang ”baik sekali” di tangan dosen yang lain, dan


(36)

metode yang baik akan gagal di tangan dosen yang lain yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.(Surakhmad, 1979 : 76).

Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu yang tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengadakan klasifikasi yang lebih jelas mengenai jenis-jenis metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan. Atas dasar itu, metode dapat digolongkan secara umum (ditinjau dari faktor dosen) :

1) Metode mengajar secara individual. 2) Metode mengajar secara berkelompok.

Atau dapat pula dibuat pembagian yang lain (ditinjau dari faktor mahasiswa) : 1) Metode mengajar terhadap individu.

2) Metode mengajar terhadap kelompok.

Di dalam kenyataannya, banyak faktor yang menyebabkan tidak selalu dapat dipergunakan metode yang dianggap paling sesuai dengan tujuan, situasi, dan lain-lain. Dosen seringkali terpaksa mempergunakan metode ”pilihan kedua” dan metode ”pilihan ketiga”. Yang penting diperhatikan oleh dosen dalam keadaan demikian ialah batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang dipergunakannya, untuk dapat merumuskan kesimpulan mengenai hasil evaluasi usahannya itu.

E. Macam-macam Metode Mengajar 1. Metode Ceramah (Lecturing Method)

Metode ceramah yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

lecturing method atau telling-method ialah suatu cara lisan penyajian bahan pelajaran yang dilakukan oleh seseorang (guru) kepada orang lain (pelajar atau mahasiswa) untuk mencapai tujuan pengajaran. Istilah lecturing berasal dari bahasa Yunani legere yang berarti to teach (mengajar). Dari kata legere


(37)

ditimbulkan kata lecture yang artinya memberi kuliah dengan kata-kata atau

memberi kuliah dengan penuturan. Dari kata lecture ditimbulkan atau

dimunculkan lagi kata lecturing yaitu cara penyajian bahan dengan lisan. Istilah

telling berasal dari kata to tell yang artinya menyatakan sesuatu kepada orang lain, selanjutnya berarti menyajikan keterangan-keterangan kepada orang lain agar ia mengerti apa yang disajikan itu.

Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, guru dapat menggunakan alat-alat pembantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama berhubungan guru dengan siswa adalah berbicara.

Kebaikan-kebaikan atau keuntungan-keuntungan dengan menggunakan Metode Ceramah antara lain adalah :

a. Ketertiban kelas mudah dijaga atau dengan perkataan lain guru mudah menguasai kelas.

b. Organisasi kelas sederhana, ini berarti bahwa guru berdiri di depan atau di tengah sambil menyajikan bahan sedangkan pelajar atau mahasiswa duduk atau berdiri mendengarkan sambil mencatat isi pelajaran yang menurutnya penting. c. Menghemat waktu maupun modal lainnya karena dalam waktu terbatas guru

dapat memberikan bahan yang banyak terhadap pelajar/ mahasiswa yang berjumlah banyak.

d. Melatih pelajar/mahasiswa untuk menggunakan pendengarannya dengan baik serta menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat dalam waktu singkat.

Kelemahan-kelemahan atau segi negatif apabila digunakan Metode Ceramah, antara lain adalah sebagai berikut :


(38)

a. Apabila ditinjau dari prinsip belajar, maka metode ini agak bertentangan dengan prinsip belajar (dengan metode ini hanya alat tertentu yang aktif yaitu terutama alat pendengaran dan pikiran).

b. Apabila ditinjau dari azas demokrasi maka metode ceramah kurang

memungkinkan pelajar/mahasiswa untuk mengemukakan pendapat-pendapatnya yang mana ini mungkin mengakibatkan tertekannya inisiatif dan daya kreasi.

c. Metode ceramah tidak akan menghasilkan pembentukan pribadi secara harmonis

d. Ditinjau dari azas-azas didaktik, maka metode ceramah kurang

memungkinkan terlaksananya anjuran-anjuran yang baik dari azas-azas didaktik (misalnya anjuran-anjuran dari azas peragaan atau azas kooperasi di mana peragaan langsung tidak/kurang terlaksana atau kerjasama antar pelajar/mahasiswa tidak juga terlaksana).

e. Kesalahan tafsir terhadap istilah tertentu misalnya genting dapat ditafsirkan atap rumah atau zaman berbahaya atau keadaan bahaya.

Usaha-usaha apa sajakah yang dapat ditempuh untuk menghindari kelemahan-kelemahan atau menanggulangi kelemahan-kelemahan metode ceramah ? Ada bermacam-macam usulan yang dapat ditempuh diantaranya adalah:

a. Gunakan alat peraga pada waktu berceramah, baik langsung maupun tidak langsung.

b. Jelaskanlah istilah-istilah yang kiranya sukar atau dapat ditafsirkan lain.


(39)

c. Berceramahlah dengan gaya yang menarik serta gunakanlah bahasa yang mudah ditangkap.

d. Selingilah penggunaan Metode Ceramah ini dengan metode lain misalnya Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode Diskusi, Metode Sosiodrama. e. Buatlah sistematika ceramah dan adakanlah penilaian dengan cukup.

2. Metode Melatih (Drill)

Metode melatih yang juga disebut metode drill atau metode Training adalah suatu cara yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu. Dalam melatih murid-muridnya guru harus berhati-hati karena hasil sesuatu latihan biasanya akan tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan, metode ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam melakukan.sesuatu serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara mengulangi bahan yang telah disajikan.

Kelemahan-Kelemahan latihan siap : a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa

Mengajar dengan metode drill, berarti minat dan inisiatif (makarsa) siswa dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada konformatis dan diarahkan menjadi uniformisitas.

b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan

Perkembangan inisiatif didalam menghadapi situasi-situasi baru dimatikan. Di dalam menghadapi situasi baru atau masalah baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara yang statis. Hal ini bertentangan dengan prinsip belajar dimana siswa seharusnya mereorganisasi kembali pengetahuan dan pengalamannya sesuai dengan situasi baru yang mereka hadapi.


(40)

c. Membentuk kebiasaan yang kaku.

Dengan metode latihan siap siswa belajar secara mekanis. Dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis. Kecakapan siswa dalam memberikam respon suatu stimulus dilakukan secara otomatis tanpa menggunakan intelegensi.

d. Menimbulkan verbalisme

Setelah mengejarkan bahan pelajaran kepada siswa berulangkali, guru mengadakan ulangan. Apalagi jika menghadapi ujian, siswa dilatih menghafalkan pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus mengetahui dan menghafalkan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus dapat menjawab soal-soal secara otomatis, karena itu maka proses belajar yang lebih realistis menjadi terdesak, dan sebagai gantinya timbullah respon-respon yang melulu bersifat verbalistis.

3. Metode Tanya Jawab (Questioning atau Question Answer Period)

Tanya jawab sebagai suatu metode adalah cara lisan menyajikan bahan untuk mencapai tujuan pengajaran. Alat pokok yang digunakan dengan menggunakan Metode Tanya Jawab adalah pertanyaan lisan yang datangnya dari dua pihak atau lebih. Ini berarti bahwa pertanyaan dapat datang dari pihak guru dan dapat datang dari pihak pelajar. Tetapi kadang-kadang pertanyaan sudah tertera dalam buku bacaan atau buku pelajaran.

Metode tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan bahan harus digunakan bersama-sama dengan metode lain misalnya metode ceramah, metode kerja kelompok, metode demonstasi dan eksperimen, metode drill. Metode ini wajar penggunaannya apabila guru ingin mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang telah disajikannya. Selain dari situasi di atas metode tanya jawab wajar pula


(41)

digunakan untuk menyelingi pembicaraan-pembicaraan (ceramah) dalam rangka menyemangati pelajar (supaya tidak terjadi penyimpangan perhatian). Kecuali situasi-situasi di muka. Metode tanya jawab baik juga digunakan untuk memimpin pengamatan para pelajar.

Dalam situasi yang bagaimanakah metode tanya jawab kurang wajar penggunaannya? Metode tanya jawab kurang tepat digunakan apabila tanya-jawab kepada sejumlah pelajar dimaksudkan untuk menilai kemajuan kelas. Demikian pula apabila guru hanya memberi giliran kepada pelajar-pelajar tertentu saja.

Baik dan buruknya metode tanya jawab

Kebaikannya :

a. Sambutan kelas. Tanya jawab dapat memperoleh sambutan yang lebih aktif bila dibandingkan dengan hasil metode ceramah.

b. Memberi kesempatan kerja siswa untuk mengemukakan hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti, sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

c. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru, dan akan membawa ke arah suatu diskusi.

Keburukannya :

Tanya jawab bisa menimbulkan penyimpangan dari pokok persoalan. Lebih-lebih jika siswa memberi jawaban atau memajukan pertanyaan yang dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan kemudiaan menyimpang dari pokok persoalan atau menimbulkan pokok pembicaraan baru.

4. Metode Diskusi

Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisi pertukaran pendapat, pemunculan ide-ide serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk mencari/memperoleh kcbenaran. Metode


(42)

diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan menugaskan pelajar atau kelompok pelajar melaksanakan percakapan ilmiah untuk mencari kebenaran dalam rangka mewujudkan tujuan pengajaran.

Diskusi sebagai suatu metode mengajar belum umum digunakan oleh guru-guru. Belum biasanya metode ini digunakan antara lain disebabkan :

a. Masih banyak guru yang belum mengerti apa metode diskusi itu ? Apabila guru sudah mengerti, maka belum tentu ia cekatan mempergunakan metode ini sebab guru yang akan menggunakannya harus cekatan mencari persoalan yang didiskusikan dan cekatan pula mengendalikannya supaya tidak berlarut-larut.

b.Para guru belum seluruhnya mengetahui manfaat metode diskusi.

c. Guru khawatir kalau-kalau pelajar menjadi ribut, menurut kemauannya sendiri, yang mana ini akan mengacaukan suasana kelas

d.Adakalanya filsafat pendidikan dari negara/lembaga tertentu tidak-sesuai dengan dasar metode diskusi. Metode ini amat baik untuk menimbulkan dan membina sikap dan tindakan yang demokratis, hingga metode ini tidak tepat digunakan dalam negara-negara yang bukan berasaskan demokrasi.

e. Metode ini memerlukan waktu yang banyak padahal jam-jam pelajaran amat terbatas.

Kebaikan-kebaikannya antara lain sebagai berikut :

a. Metode ini dapat berfungsi mengulangi bahan pelajaran yang telah disajikan dan dapat pula mengintegrasikan mata pelajaran-mata pelajaran. Terintegrasikannya mata pelajaran-mata pelajaran itu karena dalam mendiskusikan sesuatu, sesuatu itu tentu berhubungan dengan sesuatu yang lain. misalnya mendiskusikan soal "Manfaat gunung berapi", pengetahuan ilmu bumi berintegrasi dengan pengetahuan bahasa, pengetahuan ekonomi, pengetahuan tehnik dan sebagainya.


(43)

b.Metode diskusi dapat menumbuhkan dan memperkembangkan sikap dan cara berpikir ilmiah.

c. Metode diskusi dapat membina bahasa para pelajar. Pelajar yang berdiskusi dituntut mengemukakan pendapat-pendapatnya (bahasa aktif) disatu pihak, dan di lain pihak ia dituntut pula untuk dapat mengerti pendapat pelajar lain (bahasa pasif).

d.Pada suatu pihak metode ini dapat memperkecil atau menghilangkan rasa

malu/takut, dan pada pihak lain dapat menumbuhkan serta memupuk keberanian pelajar.

e. Metode ini dapat pula memupuk kerjasama, toleransi dan rasa sosial.

5. Metode Prileksi ( Prelection Method )

Metode Prileksi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan bahasa lisan, menyuruh pelajar mendiskusikan, menganalisa, membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Kebaikannya metode ini antara lain : pelajar dan guru sama-sama aktif. Pelajar aktif dalam mendengarkan, menangkap isi pelajaran, menganalisa, mendiskusikan dan akhirnya menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu. Mengajar dengan metode ini juga menimbulkan serta membina kompetisi yang sehat pada pelajar-pelajar.

Lain daripada itu pertautan antara aspek-aspek dari bahan pelajaran tetap terjaga yang mana ini berarti pula bahwa bahan pelajaran sering diulangi. Kebaikan lainnya dari metode ini adalah bahwa ia amat baik digunakan dalam menyajikan ilmu-ilmu sosial misalnya sejarah, kewargaan negara, bahasa (khususnya tentang prosa dan puisi).


(44)

Kelemahan yang terutama dari ini adalah banyaknya waktu yang digunakan (sekalipun bahan pelajaran jumlahnya sedikit) serta pengetahuan dan kecekatan yang banyak dituntut dari guru baik dalam mempersiapkan maupun dalam menyajikan bahan pelajaran.

6. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Mendemonstrasikan sesuatu sama artinya dengan mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu. Yang diperlihatkan itu ada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada kalanya pula suatu proses. Proses adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi yang menuju atau mengarah kepada penghancuran dan atau pembentukan sesuatu.

Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini amat baik digunakan untuk mencari jawaban atas pertanyaan : Bagaimana cara membuatnya ? Apa akibatnya apabila faktor tertentu dipenuhi atau tidak dipenuhi ? Bagaimana dapat diketahui kebenarannya ? Bagaimana cara bekerjanya ?

Metode ini sebenarnya terdiri dari Metode Demonstrasi dan Metode Eksperimen. Kedua metode ini dapat dipakai secara terpisah, tetapi pada umumnya digunakan bersama-sama sebab apa yang dicobakan atau dieksperimenkan biasanya langsung dipertunjukkan dan sebaliknya apa yang didemonstrasikan biasanya adalah apa yang dicobakan.

Kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan apakah yang dapat dicapai dan dihadapi apabila Metode Demonstrasi dan Eksperimen-dipakai dalam mengajar ? Dalam melaksanakan demonstrasi dan eksperimen tertentu, guru dan pelajar sama-sama aktif sebab demonstrasi dan eksperimen itu dilaksanakan oleh guru dan pelajar. Melalui demonstrasi dan eksperimen, pelajar dapat mengetahui dengan jelas (baik


(45)

dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan demonstrasi dan eksperimen) apa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan sebagainya. Disamping itu melalui demonstrasi dan eksperimen guru mudah memusatkan perhatian pelajar kepada bahan pelajaran.

Selain yang telah disebutkan di atas melalui demonstrasi dan eksperimen itu bakat-bakat, kecekatan-kecekatan pelajar dengan mudah dipupuk dan dikembangkan. Rasa ingin tahu serta sikap dan tindakan ilmiah pun dapat pula ditimbulkan, dipelihara dan dikembangkan. Sekalipun demikian perlu disadari bahwa Metode Demonstrasi dan Eksperimen sering kali menuntut waktu, biaya dan tenaga yang banyak.

7. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method atau Problem Method)

Salah satu sumbangan besar Amerika terhadap dunia pendidikan dan pengajaran adalah suatu metode mengajar yang dibuat oleh John Dewey. Metode yang diciptakan oleh pendidik terkenal dari Amerika itu disebut atau dinamakannya Metode Pemecahan Masalah (The Problem solving Method).

Metode Pemecahan Masalah adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan pelajar kepada persoalan ynng harus dipecahkan atau diselesaikannya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Dengan demikian, dalam mempelaiari sesuatu (bahan pelajaran) selalu dituntut aktivitas yang berfungsi memecahkan persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan persoalan yang dihadapi ada beberapa jalan yang dapat ditempuh antara lain :

a. Menyerahkan persoalan itu kepada orang lain atau instansi tertentu yang dipandang mampu dan berwenang memecahkannya.

b. Memakai metode "coba - coba - gagal - coba - coba berhasil " (trial - error - trial - success techniques) atau menyelesaikan persoalan dengan cara ilmiah yaitu


(46)

mencari penyebab yang menimbulkan persoalan, mengklasifikasikan sebab-sebab tersebut, menerapkan teori yang cocok untuk memecahkan persoalan tersebut.

John Dewey juga mengemukakan bahwa dalam mempelajari sesuatu, atau mendapatkan sesuatu, orang harus mengadakan suatu tindakan atau harus mengerjakan sesuatu. Bertitik tolak dari pendapatnya itu John Dewey mengemukakan suatu sumbangan yang terkenal yaitu mempelajari sesuatu dengan mengerjakannya (learning by doing). Ini berarti bahwa tanpa aktif mustahil terjadi belajar, teori-teori yang dipelajari harus pula dicek/dites kebenarannya dengan mencoba mempraktikkan atau menerapkan teori-teori tersebut, apabila ternyata teori itu tidak dapat diterapkan harus diperbaiki sampai ia dapat diterapkan.

Dari uraian di atas nampak bahwa prinsip dasar dari Metode Pemecahan Masalah yang diciptakan dan dipraktekkan oleh John Dewey ialah keyakinannya tentang perlunya aktivitas dalam mempelajari sesuatu (termasuk bahan pelajaran). Untuk mengaktifkan atau menggiatkan orang misalnya pelajar, akan mungkin terjadi apabila guru menjelaskan manfaat nilai pentingnya bahan pelajaran baik untuk masa kini maupun untuk hari kemudian.

8. Metode Kerja Kelompok

Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Adapun tujuan pengajaran yang mungkin terwujud dengan metode ini bermacam-macam misalnya terkuasainya bahan pelajaran, terbinanya kerja sama, terpupuk serta terpeliharanya persatuan, pelajar akan terlatih bagaimana cara memimpin, pelajar saling tolong-menolong, dan pelajar mendapat kesempatan dalam membuat rencana. Lain daripada itu Metode Kerja Kelompok ini amat praktis atau mudah dan sering dipraktekkan dalam masyarakat.


(47)

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok ada bermacam-macam, yaitu :

a. Kecerdasan pelajar.

Kelompok yang terdiri dari pelajar-pelajar yang cerdas-cerdas akan lebih berhasil daripada kelompok pelajar yang sedang/kurang karena mereka dapat membuat rencana yang tepat, mengumpulkan fakta-fakta dengan cepat serta menarik kesimpulan-kesimpulan.

b. Hubungan antar anggota kelompok.

Apabila hubungan antar anggota, anggota dengan pimpinan kelompok tidak baik misalnya saling curiga mencurigai, tidak saling percaya, maka perasaan kelompok dan tanggung-jawab tidak akan terbentuk dan juga tidak terwujud. Akibat dari itu semua anggota-anggota akan bekerja sendiri-sendiri, dan hasil-hasil perorangan itu tidak dapat atau sukar sekali mempersatukannya karena garis besar atau pokok-pokok yang diikuti juga tidak sama.

c. Asing atau tidaknya masalah atau bahan atau tugas yang dipelajari atau dikerjakan.

Apabila masalah ataupun tugas atau bahan yang harus dipecahkan ataupun dikerjakan atau dipelajari itu tidak biasa dihadapi maka ada kemungkinan pola-pola dan cara-cara bekerja serta pengalaman atau pengetahuan yang telah dikuasai tidak dapat dipakai yang mana ini mungkin mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan. d. Motif atau dorongan yang ada pada pelajar.

Sesuatu yang dipandang tidak berguna, sesuatu yang tidak sesuai dengan minat serta kebutuhan pelajar tentu mengurangi aktivitas pelajar. Dengan kurangnya aktivitas ini maka hasil yang diperoleh juga tentu tidak/kurang baik.


(48)

e. Kesukaran bahan.

Jika bahan sukar dipelajari. maka hasil belajar akan sedikit. f. Pimpinan kelompok.

Pimpinan yang membagi tugas tidak adil, tidak efisien (tidak sesuai dengan minat dan kernampuan, tidak tepat), tidak mengarahkan anggota-anggota, tidak menolong anggota-anggota yang membutuhkan pertolongan, maka hasil kelompoknya tidak atau kurang baik.

g. Persaingan yang sehat antar kelompok

Setelah diketahui arti dari Metode Kerja Kelompok, manfaat dan atau kebaikan-kebaikan metode ini, jalannya pengajaran dengan Metode Kerja Kelompok serta faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja kelompok, maka kita perlu membicarakan tentang jenis-jenis kerja kelompok dan dasar-dasar yang dipakai untuk membentuk kelompok-kelompok.

h. Apabila ditinjau dari banyaknya anggota kelompok maka ada kelompok kecil dan ada kelompok besar.

i. Kelompok kecil biasanya beranggotakan 2-3 orang, sedangkan kelompok yang ideal biasanya beranggotakan 5-7 orang, sudah termasuk pemimpin karena pimpinan merangkap sebagai anggota.

9. Metode Pembagian Tugas Belajar Resistasi (Metode Resistasi)

Dalam percakapan sehari-hari metode ini terkenal dengan sebutan pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya metode ini lebih luas dari pekerjaan rumah saja karena siswa dalam belajar tidak hanya dirumah, mungkin di laboratorium dihalaman sekolah, di perpustakan, atau ditempat-tempat lainnya.

Metode resistasi mempunyai tiga fase : pertama guru memberi tugas, kedua siswa melaksanakan tugas (belajar) dan fase ketiga siswa mempertanggung jawabkan


(49)

kepada guru apa yang telah mereka pelajari. Dalam sifatnya situasi ini adalah resistasi, umpamanya dalam bentuk tanya-jawab, diskusi atau barangkali sebuah test tertulis.

Keuntungannya :

a. Pengetahuan yang pelajar peroleh dari hasil belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan yang banyak berhubungan dengan minat mereka dan yang lebih mereka rasakan berguna untuk hidup mereka, akan lebih lama dapat diingat.

b. Murid berkesempatan memupuk perkembangan dan keberaniaan mengambil

inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. Kelemahannya :

a. Seringkali siswa melakukan penipuan dimana siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan orang lain, tanpa mengalami peristiwa belajar.

b. Adakalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Apabila tugas terlalu sering diberikan, apalagi bila tugas-tugas itu sukar dilaksanakan oleh siswa, ketenangan mental mereka dapat terpengaruh.

d. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

10. Metode Seminar

Suatu seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas masalah-masalah tertentu dalam rangka mencari jalan memecahkannya atau mencari pedoman-pedoman pelaksanaannya. Dengan demikian maka Metode Seminar adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran (pokok masalah tertentu) dengan mengikut sertakan pelajar di dalam mencapai tujuan pengajaran. Apabila pelajar diberi pelajaran dengan Metode Seminar, maka pelajar akan memperoleh pengetahuan tentang caranya


(50)

memecahkan masalah tertentu dan tentang petunjuk-petunjuk dalam melaksanakan hal tertentu (instruksi, membuat paper, merencanakan bangunan dan sebagainya).

Kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi dalam menyelenggarakan suatu seminar antara lain :

a. Biaya

Suatu seminar memerlukan alat seperti kertas-kertas, sheet, map, dan alat-alat tulis lainnya. Kecuali itu biaya konsumsi, biaya akomodasi dan biaya transportasi juga perlu ada.

b.Waktu

Penjadwalan acara, waktu seminar perlu ditetapkan dan diikuti dengan baik. c. Pemasaran

Agak sukar untuk mendapatkan pemasaran yang baik dan mempunyai waktu yang cukup.

d.Partisipasi peserta

Sering ada pelanggaran-pelanggaran tata-tertib oleh peserta. Kebaikan-kebaikan suatu seminar adalah :

a. Para peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam tentang pokok/masalah yang diseminarkan.

b.Para peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan tugasnya, c. Para peserta dibina bersikap ilmiah dan bertindak ilmiah.

d.Terpupuknya kerjasama antara peserta.

e. Terhubungkannya lembaga pendidikan dengan masyarakat (pemasaran dapat

mengambil manfaat dari masyarakat dan menyumbangkan pemikirannya kepada masyarakat).


(51)

11. Metode Mengajar Beregu ( Team-Teaching Method )

Team-Teaching adalah suatu pengajaran yang dilaksanakan bersama oleh beberapa orang. Team-teaching sebagai suatu metode mengajar adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yang dilakukan bersama oleh dua orang atau lebih kepada sekelompok pelajar untuk mencapai tujuan pengajaran.

Tercapainya tujuan suatu tim banyak tergantung dari tepat tidaknya pembagian tugas, baik tidaknya kerjasama dan kekuatan anggota-anggota tim. Kekuatan yang dimaksudkan di sini adalah kualitas misalnya keahlian, kecekatan serta kemampuan anggota tim. Suatu tim pengajar yang kualitas anggotanya baik dimungkinkan mencapai tujuan pengajaran dengan baik asal saja faktor kerjasama serta pengarahan juga baik.

Bagaimanakah mengefisienkan Metode Mengajar Beregu itu ? Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh, yaitu :

a. Membagi tugas dengan baik. Misalnya dikala anggota pertama memberikan keterangan maka anggota kedua mengawasi pelajar, sedangkan anggota ketiga membantu secara individual para pelajar, anggota keempat menulis atau meragakan dan sebaliknya.

b. Anggota tim mendapat tugas sesuai dengan minat serta kekuatannya

(pengetahuan, kecekatan dan kemampuan).

c. Mengusahakan fasilitas (ruang, alat, waktu) yang cukup.

12. CL (Cooperative Learning)

Belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah


(52)

miniatur dari hidup bermasyarakat serta belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok,presentasi hasil kelompok dan pelaporan.

13. CTL (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Ciri Pendekatan Kontekstual :

a. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan

b. Menyandarkan pada memori spasial (pemahaman makna) c. Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

d. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang

disimulasikan


(53)

f. Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang

g. Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)

h. Perilaku dibangun atas kesadaran diri

i. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman j. Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri

k. Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan

l. Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik

m. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting

n. Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik

Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu :

a. Konstruktivisme (constructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.

b. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus


(54)

yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

e. Pemodelan (Modeling)

Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan, mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.


(55)

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

g. Penilaian yang sebenarnya( Authentic Assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil.

14. TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut dan santun. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian rapor. Sintaknya adalah sebagai berikut:


(56)

a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme kegiatan

b. Siapkan meja turnamen secukupnya, misalnya 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok.

c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misalnya 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.

d. Pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.


(57)

15. Talking Stick

a. Guru menyiapkan sebuah tongkat

b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.

c. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.

d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

e. Guru memberikan kesimpulan f. Evaluasi

g. Penutup

F. Faktor-faktor dalam Pemilihan Metode Mengajar

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam memilih metode yang akan digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran atau dalam mengajar. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan yang hendak dipakai

Setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai. Demikian juga tiap pendidik yang pekerjaan pokoknya mendidik dan mengajar haruslah mengerti dengan jelas tujuan pendidikan. Pengertian akan tujuan pendidikan itu mutlak perlu sebab tujuan itulah yang akan menjadi pengarah tindakan-tindakannya ketika menjalankan fungsinya sebagai pengajar. Disamping menjadi sasaran dan menjadi pengarah


(58)

tujuan pendidikan dan pengajaran juga berfungsi sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentuan alat-alat (termasuk metode) yang akan digunakan dalam mengajar.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran kita mengenal adanya tujuan umum, tujuan sementara, tujuan tak lengkap dan tujuan khusus. Tujuan umum pendidikan yang juga disebut tujuan akhir pendidikan adalah sesuatu yang menjadi sasaran dari keseluruhan kegiatan mendidik dan mengajar. Dengan mengetahui apa yang hendak dicapai itu maka pengajar akan dapat pula mempersiapkan alat-alat yang dapat dipakai serta metode yang tepat yang akan digunakan.

2. Pelajar

Para pelajar yang akan menerima dan mempelajari bahan pelajaran yang disajikan guru, harus pula diperhatikan dalam memilih metode mengajar. Ini perlu sebab metode mengajar itu ada yang menuntut pengetahuan dan kecekatan tertentu. Misalnya metode diskusi menuntut pengetahuan yang cukup banyak (supaya peserta diskusi dapat mengetahui serta menilai benar atau salahnya sesuatu pendapat yang dikemukakan peserta lain) dan penguasaan bahasa serta keterampilan mengemukakan pendapat. Demikian pula metode ceramah menuntut penguasaan bahasa pasif dari pelajar, sebab pelajar harus dapat menangkap apa isi dari yang dikemukakan guru melalui ceramah.

Selain tuntutan (syarat-syarat dari metode tertentu yang harus dipenuhi oleh pelajar) dari metode mengajar tersebut di atas, pengunaan sesuatu metode mengajar haruslah sesuai dengan kemampuan perkembangan serta kepribadian para pelajar. Ada pelajar yang bertipe visuil (alat penangkap yang terutama adalah mata), bertipe auditif (alat penangkap yang terutama adalah kuping), bertipe motoris (alat penangkap terutama adalah jasmani) dan yang bertipe campuran.


(59)

Maka, metode mengajar yang baik untuk pelajar yang bertipe visual adalah metode demonstrasi dan eksperimen, untuk pelajar yang bertipe auditif adalah metode ceramah, untuk pelajar yang bertipe motoris adalah metode pemberian tugas, dan untuk pelajar yang bertipe campuran (campuran dari tipe-tipe auditif, motoris dan visuil) adalah metode campuran yaitu campuran dari beberapa metode mengajar.

3. Bahan pelajaran

Bahan pelajaran yang menuntut kegiatan penyelidikan oleh pelajar hendaknya disajikan melalui metode unit atau metode proyek. Apabila bahan pelajaran mengandung problem-problem akan disajikan melalui metode pemecahan masalah. Bahan pelajaran yang berisi fakta-fakta dapat disajikan misalnya melalui metode ceramah, sedangkan bahan pelajaran yang terdiri dari latihan-latihan (misalnya keterampilan-keterampilan) disajikan melaui metode drill. Demikian pula apabila bahan pelajaran yang berisi tentang nilai sastra sebaiknya disajikan melaui metode prileksi.

4. Fasilitas

Yang termasuk dalam faktor fasilitas ini antara lain alat peraga, ruang, waktu, kesempatan, tempat dan alat-alat praktekum, buku-buku, perpustakaan. Fasilitas ini turut menentukan metode mengajar yang akan dipakai oleh guru. Pada umumnya apabila fasilitas kurang atau tidak ada, maka guru cenderung menggunakan metode ceramah karena metode ini tidak menuntut fasilitas yang banyak.

5. Guru

Di atas sudah dikemukakan bahwa metode mengajar menuntut syarat-syarat yang perlu dipahami. Setiap guru yang menggunakan metode tertentu harus


(60)

mengerti tentang metode itu (misalnya jalannya pengajaran serta kebaikan dan kelemahannya, situasi-situasi yang tepat dimana metode itu efektif dan wajar) dan terampil menggunakan metode itu. Guru yang bahasanya kurang baik (kurang dapat berbahasa lisan dengan baik) dan tidak bersemangat dalam berbicara, kurang cocok jika menggunakan metode ceramah.

Dari apa yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pribadi, pengetahuan dan kecekatan guru amat menetukan metode mengajar yang akan digunakannya.

6. Situasi

Yang termasuk dalam situasi yang dimaksudkan di sini adalah keadaan para pelajar (yang menyangkut kelelahan mereka, semangat mereka), keadaan cuaca, keadaan guru (kelelahan guru), keadaan kelas-kelas yang berdekatan dengan kelas yang akan diberi pelajaran dengan metode tertentu. Apabila para pelajar telah lelah (yang diajar dengan metode ceramah) maka guru sebaiknya mengganti metode mengajarnya, misanya dengan metode sosiodrama. Demikian pula apabila guru melihat bahwa para pelajar sedang bersemangat maka guru menggunakan metode diskusi. Apabila kelas yang di sekitar diberi pelajaran ribut, maka sebaiknya guru menggunakan metode pemberian tugas atau metode tanya jawab (sebab metode ini menuntut konsentrasi pelajar).

7. Partisipasi

Berpartisipasi adalah turut aktif dalam sesuatu kegiatan. Apabila guru ingin agar para pelajar turut aktif secara merata dalam suatu kegiatan, guru tersebut tentunya akan menggunakan metode kerja kelompok. Demikian pula apabila para pelajar dikehendaki turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan ilmiah


(61)

misalnya mengumpulkan data yang kemudian disajikan dalam pembahasan ilmiah maka tentunya guru akan menggunakan metode unit atau metode seminar.

8. Kebaikan dan kelemahan metode tertentu

Tidak ada suatu metode yang baik untuk mencapai setiap tujuan dalam setiap situasi. Setiap metode mempunyai kebaikan dan kelemahan. Dengan sifatnya yang polivalen dan polipragmasi, guru perlu mengetahui kapan suatu metode tetap digunakan dan kapan harus digunakan kombinasi dari metode-metode. Guru hendaknya memilih metode yang paling banyak mendatangkan hasil.

G. Alasan Dipakainya Bermacam-macam Metode Mengajar

Ada beberapa alasan mengapa guru memakai bermacam-macam metode mengajar antara lain sebagai berikut :

1. Menambah pengalaman

Metode mengajar tertentu menuntut aktivitas tertentu. Misalnya, ceramah terutama menuntut aktivitas rohani, metode latihan menuntut aktivitas jasmani, metode perkunjungan studi menggunakan aktivitas jasmani dan rohani. Gradasi aktivitas-aktivitas yang dituntut oleh metode tertentu adakalanya berbeda dengan gradasi aktivitas yang dituntut oleh metode lain. Misalnya, metode diskusi menuntut aktivitas rohaniah, yang jauh lebih banyak daripada aktivitas rohaniah yang dituntut oleh metode tanya jawab. Selain dari yang disebutkan diatas, apabila pelajar diberi pelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab atau metode latihan, maka pengalaman pelajar akan jauh lebih baik dan lebih berkesan apabila mereka juga diajar dengan metode-metode yang menuntut aktivitas dan tempat (diluar sekolah) yang lain misalnya metode perkunjungan studi, metode proyek, metode unit, dan sebagainya.


(62)

2. Mencegah serta mengurangi kelelahan dan kebosanan

Apabila para guru hanya menggunakan metode tertentu saja, kemungkinan timbulnya kelelahan dan kebosanan (baik guru maupun relajar) lebih besar daripada penggunaan metode yang bermacam-macam. Misalnya apabila guru mengajar hanya dengan memakai metode dikte (yang menuntut aktivitas jasmani dan pemusatan pikiran), maka sekalipun baru 15 menit pelajaran berlangsung para pelajar akan terlihat lelah. Akibat dari kelelahan itu maka pemusatan perhatian dan pikiran pelajar akan berkurang. Dalam situasi yang demikian guru hendaknya mengganti metode mengajarnya misanya dengan metode ceramah, metode tanya jawab atau metode lainnya.

3. Membangkitkan minat serta perhatian

Dalam praktek pendidikan dan pengajaran guru sering menghadapi para pelajar yang tidak atau kurang berminat terhadap bahan pelajaran. Akibatnya perhatian pelajar juga tidak atau kurang berminat dan tidak memperhatikan bahan pelajar yang sedang disajikan, maka guru hendaknya menerangkan tentang manfaat dari bahan tersebut sehingga akan menimbulkan motivasi belajar. Metode yang efektif untuk menerangkan manfaat dari bahan pelajaran adalah metode ceramah.

4. Membina kerjasama

Kerjasama antar pelajar, kerjasama antar pelajar dan guru mutlak diperlukan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Metode yang baik untuk memupuk dan memperkembangkan kerjasama bukanlah metode ceramah, tetapi metode diskusi, metode perileks, metode unit dan metode perkunjungan studi.


(63)

5. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran

Apabila guru hanya menggunakan metode-metode tradisional saja, maka mutu pendidikan dan pengajaran akan tetap tidak mengalami peningkatan. Tetapi apabila guru memakai kombinasi dari metode tradisionil dan metode modern maka mutu pendidikan dan pengajaran akan meningkat sebab metode-metode modern menuntut aktivitas jasmani dan rohani ini akan menghasilkan pribadi-pribadi yang harmonis.

H. Pengaruh LingkunganBelajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ; Lingkungan adalah kawasan, wilayah dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya, golongan maupun kalangan. Maka, lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang mempengaruhi mahasiswa dalam belajar.

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa :

1. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pengaruh inti sebelum

sekolah dan kemudian masyarakat. Keluarga dipandang sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orangtua dan orang-orang terdekat. Dalam bentuknya keluarga selalu memiliki kekhasan. Setiap keluarga selalu berbeda dengan keluarga lainnya dan memiliki sejarah “perjuangan, nilai-nilai, kebiasaan” yang turun temurun mempengaruhi secara akulturatif (tidak tersadari). Pengaruh keluarga amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak biasanya adalah keluarga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak.


(64)

Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga : a) Masalah kemampuan ekonomi

Masalah biaya menjadi sumber kekuatan dalam belajar, kurangnya biaya akan sangat menganggu kelancaran studi. Pada umumnya biaya diperoleh dari orang tua. Memang ada sebagian mahasiswa yang mencari sendiri biaya studinya dan ini menimbulkan masalah tersendiri. Keadaan demikian sangat dirasakan pada mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Kiriman yang datang terlambat akan membuat mahasiswa lesu dan bingung sehingga dapat mengurangi motivasi belajar. Tidak jarang para mahasiswa terbengkalai studinya karena soal biaya dan terpaksa menghentikan kuliahnya dan mencari pekerjaan.

Akan tetapi tidak kurang juga contoh, dimana para mahasiswa yang kaya, mendapat biaya yang berlebihan dan mempunyai fasilitas yang memuaskan tetapi justru mengalami kegagalan dalam studi. Salah satu sebabnya adalah timbulnya kecenderungan menyalahgunakan biaya, misalnya bukan untuk belajar melainkan untuk berfoya-foya. Jadi persoalan terletak pada sejauh mana pengertian orang tua dengan biaya yang ia berikan dan sejauh mana pengertian mahasiswa dalam pemamfaatan biaya yang diperolehnya tersebut.

b)Masalah broken home

Mahasiswa yang tinggal bersama orang tuanya akan mengalami hambatan dalam studinya apabila tidak ada kekompakkan dan kesepakatan di antara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, tidak adanya tanggungjawab bersama antara kedua orang tua, akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan mahasiswa.

Di kota-kota besar sering terjadi di mana orang tua masing-masing mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri dan jarang berada di rumah. Kita mengenal


(1)

(2)

135


(3)

(4)

137


(5)

LAMPIRAN X

SURAT


(6)

138