PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI CEPIT BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI CEPIT

BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Sesri Yunita Aplonia Masus NIM 11108249023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Kerjasama tim adalah kemampuan untuk bekerja bersama menuju satu visi yang sama. Kerjasama tim merupakan bahan bakar yang mampu mengubah orang bisa

mencapai hasil yang luar biasa” (Andrew Carniege)

“Kadang keberhasilan baru akan tiba setelah kesulitan dialami. Maka jangan menyerah dalam menggapai keberhasilan walau kesulitan menghadang”

(Mario Teguh)

“Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan” (Penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semua ini berjalan atas rahmat-Nya, sehingga karya ini dapat kupersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus sebagai inspirasiku.

2. Bapak dan Mama tercinta, yang tak pernah kenal lelah berusaha memenuhi kebutuhanku, dalam setiap doanya terkandung makna dan karunia yang sangat berarti bagi perjalanan hidupku.

3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, tempatku menimba ilmu 4. Nusa, Bangsa dan Agama


(7)

PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI CEPIT

BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh

Sesri Yunita Aplonia Masus NIM 11108249023

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menerapkan Pendekatan PAKEM kelas IV SD Negeri Cepit, Tahun Ajaran 2014/2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif. Desain penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVB SD Negeri Cepit yang berjumlah 20 siswa dan objek dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan skala keaktifan. Teknik analisis data yaitu secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Pendekatan PAKEM dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Peningkatan didasarkan pada hasil pra tindakan yang menunjukkan siswa belum terlihat aktif dalam pembelajaran. Pada siklus I, ada beberapa siswa sudah mulai terlihat aktif dalam pembelajaran, seperti siswa memperhatikan guru saat menjelaskan materi, siswa berani bertanya apabila tidak mengerti, dan memberikan pendapat dalam diskusi kelompok. Pada siklus II, peningkatan lebih maksimal, semakin banyak siswa yang tidak ragu untuk bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan dari guru maupun siswa, dan siswa sudah aktif dalam bekerja kelompok. Peningkatan juga dapat dilihat dari persentase keaktifan belajar siswa. Peresentase skala keaktifan belajar siswa siklus I sebesar 68,75% dan siklus II sebesar 75,25%. Sehingga peningkatan skala keaktifan belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperesentasikan sebesar 6,5%. Dengan demikian Pendekatan PAKEM dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan, petunjuk, dan kekuatan sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan PAKEM dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dialami tapi setiap kendala itu dapat diatasi karena adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di bangku kuliah Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kemudahan admistrasi kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Ibu Hidayati, M. Hum yang telah mendukung kelancaran Tugas Akhir skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. yang telah meluangkan waktu dan pemikiran beliau dalam membimbing penulis sampai penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan.


(9)

5. Bapak Suparlan, M.Pd beserta keluarga. selaku kepala asrama yang sudah membimbing dan menjaga kami hingga bisa menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan dalam penulisan Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Kepala Dinas Kabupaten Kupang mengutus penulis untuk mengikuti Program Profesi Guru Terintegrasi (PPGT).

8. Papa Agustinus dan Mama Damaris, yang tak henti-hentinya memberikan dukungan baik materiil maupun immaterial yang berupa dorongan, nasehat, dan doa dengan penuh kesabaran serta kasih sayang.

9. Pembimbing kerohanian Ibu Mujinem, M.Hum, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

10. Kepala Sekolah SD Negeri Cepit Bapak Karno, S.Pd. yang telah memberikan izin dan dukungan untuk melaksanakan penelitian di kelas IV SD Negeri Cepit.

11. Guru kelas IV Bapak Auha Isnan Rizqi yang telah bersedia bekerjasama dan menjadi pelaksana tindakan dalam pelaksanaan penlitian di kelas IV SD Negeri Cepit.

12. Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri Cepit atas semangat dan kesungguhannya mengikuti pembelajaran dalam penelitian yang penulis laksanakan.


(10)

13. Adik-adikku tersayang (Velda, Nefret, Andi, Lile, Marlenci, dan Maikel), terimakasih buat kalian yang selalu mendukung kakak dalam studi.

14. Om Lius, Tante Vin, Om Noken, tante Neta, Om Joni, Tante Oce, Om Okto, Tante Sin, Ti’i Joni, Ti’i Eda, Ti’i Jhon, Ti’i Rince, Nenek Cristiana, Ba’i Arnolus, Opa dan Oma yang selalu memberikan motivasi, nasehat, dan doa sehingga saya bisa menyelesaikan studi.

15. Ka Alex, Ka levi, Mel, yang selalu mendukung dan membantu saya dalam menyelesaikan studi.

16. Teman-teman PPGT PGSD UNY 2011 yang selalu memberikan bantuan dan bisa berbagi pengalaman selama studi empat tahun.

17. Adik-adik PPGT PGSD UNY 2012 yang selalu memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan studi.

18. dan 2012 di asrama yang selalu memberikan motivasi dan bantuan mereka dalam menyelesaikan studi.

19. Teman observer Maria Yohanesti Gola Nuhan, yang telah membantu saya saat melakukan penelitian di SD Cepit.

20. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan pemanfaatan baik moral maupun materiil dalam pelaksanaan penelitian dan penyususan Tugas Akhir Skripsi ini.


(11)

(12)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikas Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. KajianTeori tentang Pendekatan PAKEM ... 8

1. Pengertian Pendekatan PAKEM ... 8

2. Ciri-Ciri Pendekatan PAKEM... 10


(13)

4. Proses Pelaksanaan PAKEM... 15

5. Langkah-Langkah dalam Melaksanakan PAKEM... 17

B. Kajian Teori tentang Keaktifan Belajar ... 18

1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 18

2. Ciri-ciri Siswa Aktif dalam Pembelajaran ... 22

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa ... 25

4. Upaya Guru dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa ... 33

C. Karakteristik Peserta Didik ... 34

D. Kerangka Pikir ... 35

E. Hipotesis Penelitian ... 36

F. Definisi Operasional Variabel ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Seting Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 39

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 45

G. Uji Validitas Instrumen ... 46

H. Kriteria Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 48

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 49

C. Deskripsi Data Sebelum Penelitian ... 49

D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Tindakan Siklus I ... 52


(14)

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 53

c. Pegamatan Tindakan Siklus I ... 63

d. Refleksi Tindakan Siklus I ... 67

2. Tindakan Siklus II ... 67

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 68

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 69

c. Pengamatan Tindakan Siklus II ... 80

d. Refleksi Tindakan Siklus II ... 86

E. Pembahasan ... 87

F. Keterbatasan Penelitian ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 90

B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(15)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Belajar siswa ... 42

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru dalam Menerapkan PAKEM ... 43

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Skala Keaktifan Belajar ... 44

Tabel 4. Hasil Validasi Lembar Observasi Guru ... 47

Tabel 5. Hasil Validasi Lembar Skala Keaktifan Belajar Siswa ... 47

Tabel 6. Hasil Skala Keaktifan Belajar Siswa Pra Siklus ... 52

Tabel 7. Hasil Lembar Observasi Guru dalam Penerapan PAKEM Siklus I ... 63

Tabel 8. Hasil Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus I... 64

Tabel 9. Hasil Skala Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 66

Tabel 10. Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru dalam Penerapan PAKEM Siklus II ... 81

Tabel 11. Hasil Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 82


(16)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis & Taggart ... 40 Gambar 2. Guru menunjukkan gambar lambang koperasi kepada siswa ... 55 Gambar 3. Guru menyiapkan media/alat bantu berupa puzlle tentang lambang

koperasi yang digunakan dalam proses pembelajaran ... 56 Gambar 4. Guru Mengorganisasikan Siswa dalam Bentuk Kelompok Kecil

yang terdiri dari 2-3 Orang dan Siswa Mengerjakan LKS ... 56 Gambar 5. Guru Membimbing Siswa dalam Kerja Kelompok dan Siswa

mempresentasikan Hasil Diskusi ... 57 Gambar 6. Siswa mengerjakan evaluasi yang di bagikan guru ... 59 Gambar 7. Media Pembelajaran tentang macam-macam Koperasi ... 61 Gambar 8. Guru Mengorganisasikan Siswa dalam bentuk Kelompok kecil

yang terdiri dari 2-3 Orang dan Siswa Mengerjakan LKS ... 61 Gambar 9. Gambar tentang masalah sosial di Indonesia ... 71 Gambar 10. Siswa menuliskan cara mengatasi masalah sosial yang terjadi

di Indonesia ... 71 Gambar 11. Siswa mempresentasikan/melaporkan hasil diskusi kelompok di

depan kelas ... 72 Gambar 12. Siswa mengancungkan tangan untuk menjawab pertanyaan

dari guru ... 73 Gambar 13. Guru memberikan reward berupa potongan bintang ... 74 Gambar 14. Siswa mengerjakan soal evaluasi ... 75 Gambar 15. Guru menggunakan LCD dan gambar kesenjangan sosial

sebagai media pembelajaran ... 77 Gambar 16. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) ... 78 Gambar 17. Siswa mempresentasikan hasil diskusi tentang kesenjangan sosial


(17)

Gambar 18. Siswa menjawab pertanyaan dari guru ... 79 Gambar 19. Guru memberikan reward berupa potongan bintang ... 80


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

Lampiran 2. Lembar Observasi Guru dan Siswa ... 147

Lampiran 3. Hasil Observasi Guru dan Siswa ... 152

Lampiran 4. Lembar Skala Keaktifan Belajar Siswa ... 157

Lampiran 5. Hasil Skala Keaktifan Belajar Siswa ... 164


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang berlangsung sepanjang hidup sejak manusia lahir. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian pendidikan dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik melalui proses pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru sebagai agen pembelajaran. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki ketrampilan serta kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran secara profesional. Keprofesionalan termaktub pada empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional. Hal ini sesuai dengan Wina Sanjaya (2011: 19-20) mengemukakan bahwa guru memiliki empat kompetensi yaitu:


(20)

“Pertama, kompetensi pedagogis merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siswa seperti: pengembangan kurikulum, silabus, RPP, pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.

Kedua, kompetensi kepribadian artinya guru harus memiliki kepribadian yang baik. Misalnya: berakhlak mulia, berwibawa, bermoral dan etika, menjadi teladan yang baik bagi siswa dan masyarakat. Ketiga, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi seperti: guru harus bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali siswa, dan santun dengan masyarakat sekitar. Keempat, kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Oleh karena itu, guru harus memilik empat kompetensi tersebut dan mengaplikasikan dalam proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar menurut Isriani Hardini & Dewi Puspitasari (2012: 10) mengemukakan bahwa Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua pihak yaitu siswa sebagai pihak yang belajar, dan guru sebagai pihak yang mengajar agar mencapai suatu tujuan pembelajaran yang menyenangkan.

Hal ini sesuai dengan Isriani Hardini & Dewi Puspisari (2011: 85-86), menyatakan bahwa pembelajan yang menyenangkan adalah adanya hubungan yang baik antara peserta didik dan pendidik dalam posisi pembelajaran. Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang


(21)

menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal. Dalam mencapai tujuan mengajar guru hendaknya menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan mendukung kelancaran belajar siswa.

Dalam proses pembelajaran ciri-ciri siswa aktif adalah sebagai berikut: a) siswa berusaha berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran yang dijelaskan guru; b) mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh pengetahuan; c) merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya; d) belajara dalam kelompok; e) mencoba konsep-konsep pembelajaran; f) siswa mengkomunikasi hasil pikiran, penemuan, dan penghayatan nilai-nilai secara lisan maupun penampilan.

Namun realita yang ada di Indonesia keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari minat membaca siswa masih rendah. Pada tahun 2000 Indonesia menempati posisi terendah kebiasan membaca dengan uratan ke-38 dari 39 negara. Apabila dibandingkan dengan negara lain Indonesia tidak sebanding karena Indonesia masih mencapai skor 51,7%, sedangkan Hongkong memiliki skor 75,5%, Singapura memiliki skor 74,0%, dan Thailand memiliki skor 65,1%. Dari beberapa uraian diatas maka guru hendaknya berperan aktif dalam proses belajar mengajar agar bisa meningkatkan keaktifan belajar siswa, tetapi kenyataan yang ada tidak sesuai dengan uraian diatas.


(22)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta pada Bulan November 2014. Guru kelas IV menginformasikan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih cenderung kurang khususnya pembelajaran secara klasikal maupun individu. Kurangnya keaktifan tampak pada siswa adalah siswa kurang memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak bertanya ataupun meminta penjelasan ulang dari guru, siswa tidak memberikan pendapat saat diskusi kelompok, siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum, dan siswa masih membutuhkan teman saat mengerjakan tugas.

Selain itu, hasil observasi terhadap guru saat proses belajar mengajar guru cenderung pada: 1) text book; 2) menjelaskan; 3) kerja LKS; 4) posisi tempat duduk siswa satu arah; dan 5) tidak menggunakan media pembelajaran. Hal-hal diatas menyebabkan kebanyakan siswa tampak kurang bersemangat, mengantuk, dan merasa bosan dengan pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik dan mampu melibatkan siswa secara aktif agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dengan baik. Salah satu cara untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran adalah ketika guru menggunakan PAKEM disaat proses belajar mengajar berlangsung.

PAKEM adalah singkatan dari (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Hal ini sesuai dengan Jamal Ma’mur Asmani (2014: 59-61), mengemukakan bahwa: Pembelajaran Aktif adalah proses


(23)

pembelajaran yang dilakukan guru harus menciptakan suasana demikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, dan mengemukakan gagasan. Kreatif

dimaksudkan agar guru bisa menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Efektif artinya proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Menyenangkan

dimaksudkan agar guru bisa membuat suasana belajar mengajar yang menyenangkan, sehingga memusatkan perhatiannya secara penuh belajar dan waktu curah anak pada pembelajan (time on task) menjadi tinggi. PAKEM merupakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan ketrampilan dan pemahaman siswa, dengan penekanan pada belajar sambil kerja (learning by doing).

PAKEM merupakan pembelajaran yang memberikan peluang kepada siswa untuk, 1) siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain; 2) kreatif untuk merancang atau membuat sesuatu dan menulis atau mengarang; 3) efektif dalam mengerjakan tugas; 4) membuat siswa berani mencoba, berani bertanya, berani mengemukakan pendapat, dan berani mempertanyakan gagasan orang lain. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran PAKEM memang baik diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari karena ditinjau dari keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti ingin untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan PAKEM dalam


(24)

meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yoyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di SD Negeri Cepit diantaranya:

1. Keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran di kelas IV masih rendah

2. Guru kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran

3. Proses pembelajaran kurang merangsang tumbuhnya kreatifitas siswa 4. Metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada tersebut, tidak semua diteliti karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka dalam penelitian ini dibatasi dan hanya difokuskan pada permasalahan penerapan pendekatan PAKEM dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian, maka secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana penerapkan pendekatan PAKEM dalam meningkatkan


(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui penerapkan pendekatan PAKEM pada proses pembelajaran kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

a. Bagi siswa

Siswa dapat meningkatkan keaktifan belajar, dan memberdayakan siswa agar lebih kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dalam segala alat bantu belajar, agar hasil pembelajaran dapat meningkat.

b. Bagi guru

Guru dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan pengajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

c. Bagi sekolah

Sebagai acuan membuat kebijakan dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Pendekatan PAKEM 1. Pengertian Pendekatan PAKEM

PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja.Jamal Ma’mus Asmani (2014: 61), menyatakan bahwa PAKEM merupakan strategi pembelajaran untuk mengembangkan ketrampilan dan pemahaman siswa, dengan penekanan pada belajar sambil bekerja (learning by doing). Adiansyah (dalam Isriani Hardini & Dewi Puspitasari 2012: 82-85), menyatakan bahwa PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Adapun pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas sehingga mereka mendapat berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Pembelajaran aktif memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian


(27)

terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode atau strategi yang bervariasi misalnya kerja kelompok, bermain peran dan memecahkan masalah. Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas siswa, baik dalam mengembangkan kecakapan dalam berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu dimulai dengan kritis, yaitu menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.

c. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran efektif adalah proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantar mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.

d. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan (joy instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya hubungan yang baik antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Untuk


(28)

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih meteri yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. PAKEM juga lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi, memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama proses pembelajaran, pembelajaran yang efektif, dan pembelajaran yang menyenangkan seperti adanya hubungan baik antara siswa dan guru.

2. Ciri-Ciri Pendekatan PAKEM

Lynne Hill (Eveline Siregar, & Hartini Nara 2010: 96-97), menyatakan bahwa pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pembelajaran direncanakan dengan baik

a. Guru mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan tepat

b. Guru mengidentifikasi apa yang sudah diketahui oleh siswa dan mengembangkan pembelajaran sesuai dengan informasi tersebut.


(29)

c. Guru selalu menyiapkan pertanyaan yang efektif

d. Pengelolaan sumber-sumber sudah direncanakan dengan baik. e. Guru memutuskan bagaimana menilai hasil belajar siswa 2. Pembelajaran yang menarik dan menantang, dapat dicapai bila:

a. Guru tidak terlalu banyak bicara dan memberikan ceramah

b. Siswa tidak selalu mendengar dan menjawab pertanyaan bersama-sama

c. Kegiatan menarik, menantang dan meningkatkan motivasi belajar d. Kegiatan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan

memecahkan masalah

3. Pembelajaran mengaktifkan siswa, dicapai bila:

a. Belajar dengan mengerjakan dapat membuat siswa aktif, terlibat, berpartisipasi dan bekerja

b. Interaksi antara siswa tinggi, dapat dilakukan melalui belajar kelompok, berpasangan, dan bekerjasama.

c. Siswa menemukan dan memecahkan masalah d. Siswa menjadi pembelajaran bukan guru e. Fokus dalam proses pembelajaran

Rini Kristiantari ( TT: 87), menyatakan bahwa pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pengetahuan dan kemampuan melalui perbuatan.


(30)

b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan membangkitkan semangat, lingkungan sebagai sumber belajar agar pembelajaran menyenangkan.

c. Guru mengatur kelas yang dapat membuat siswa merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar mengajar.

d. Guru menerapakan pembelajaran yang interaktif dalam belajar kelompok.

e. Guru mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri guru menerapakan PAKEM dalam pembelajaran adalah guru dapat merancang pembelajaran dengan baik, pembelajaran harus menarik dan menyenangkan kepada siswa, guru mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar dan mengungkapkan gagasan.

3. Peran Guru dan Siswa dalam PAKEM

Dalam pendekatan PAKEM, aktor utamanya adalah guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamis dan kontekstual. Hal ini sesuai dengan Abdul Azis (Jamal Ma’mur Asmani 2014: 94-95), mengemukakan bahwa pendekatan PAKEM dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi guru dalam pembelajaran dan dari siswa dalam pembelajaran.


(31)

1. Dari sisi guru dalam pembelajaran a. Aktif

a) Guru aktif memantau kegiatan belajar siswa. b) Guru aktif memberi umpan balik.

c) Guru aktif mengajukan pertanyaan yang menyenangkan. d) Guru aktif mempertanyakan gagasan siswa.

b. Kreatif

a) Guru kreatif dalam mengembangkan kegiatan yang beragam. b) Guru kreatif dalam membuat alat bantu belajar sederhana. c) Guru memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

d) Guru mengelola kelas dengan baik seperti tempat duduk siswa harus bervariasi.

e) Guru merencanakan proses belajar yang menarik.

c. Efektif

a) Guru mampu mencapai tujuan pembelajaran.

b) Guru menggunakan waktu secara efektif dalam proses pembelajaran.

d. Menyenangkan

a) Guru tidak membuat siswa takut. b) Guru tidak membuat siswa takut salah.

c) Guru tidak membuat siswa takut ditertawakan. d) Guru tidak membuat siswa takut dianggap sepele.


(32)

e) Guru selalu menerima pendapat dari siswa yang benar maupun salah.

f) Guru tidak memilih kasih sayang dalam membimbing siswa. g) Guru selau menghargai hasil kerja siswa.

h) Guru selalu senyum buat siswanya.

2. Dari sisi siswa dalam pembelajaran a. Aktif

a) Siswa aktif bertanya.

b) Siswa aktif mengemukan pendapat.

c) Siswa mampu mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.

b. Kreatif

a) Siswa kreatif dalam merancang atau membuat sesuatu. b) Siswa kreatif dalam menulis atau mengarang.

c. Efektif

c) Siswa mampu mencapai kompetensi yang diharapkan. d) Siswa mampu menguasai ketrampilan yang diperlukan.

d. Menyenangkan

a) Membuat siswa menjadi berani melakukan atau mencoba. b) Membuat siswa menjadi berani bertanya.


(33)

4. Proses Pelakasanaan PAKEM

Dalam pelaksanaan PAKEM ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

a. Memahami sifat yang dimiliki anak

Pada dasarnya anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif.

b. Mengenal anak secara individu

c. Memanfaatkan perilaku anak dalam perorganisasian belajar

d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.

Pada dasarnya, hidup adalah untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi, yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Salah satu caramengembangkannya adalah dengan sering-sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan secara terbuka.

e. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM.Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas.Hasil pekerjaan yang dipajang, baik perorangan maupun kelompok, diharapkan agar dapat memotivasi siswa untuk bekerja


(34)

lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa yang lainnya. Pajangan tersebut dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan dan sebagainya. Hasil pajangan ini dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

f. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah ketrampilan, seperti mengamti (dengan seluruh indra), mencacat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar atau diagram.

g. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa tersebut.Umpan balik itu hendaknya lebih mengungkapkan kekuatan dari pada kelemahan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya.

h. Membedakan aktif fisik dan aktif mental

Berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, baik takut ditertawakan, takut disepelehkan, atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa


(35)

takut tersebut, baik yang datang dari guru utu sendiri maupun dari temannya.

5. Langkah-Langkah Dalam Melaksanakan PAKEM

Zainal Aqib(2014: 12), menyatakan bahwa langkah-langkah PAKEM dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru selalu menyampaikan tujuan yang ingin dicapai hari ini dan selalu memberikan motivasi/dorongan berupa apersepsi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

b) Guru menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa melalui berbagai macam metode/cara yang berupa metode ceramah, bermain peran, diskusi kelompok, tanya jawab, dan lain-lain

c) Guru mengornisasikan siswa dalam kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar yang baik. Kelompok belajar yang baik adalah siswa selalu aktif dalam memukan gagasan/pendapat.

d) Guru membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar siswa pada saat mereka mengerjakan tugas.


(36)

e) Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah dipelajari bersama

f) Guru memberikan penghargaan.

Guru selalu mencari cara-cara untuk menghargai hasil belajar siswa secara individu maupun kelompok. Salah satu cara yang digunakan guru adalah memberikan nilai dan pujian terhadap siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan guru melakukan beberapa sintaks yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan informasi, membimbing kelompok diskusi memberikan tugas, evaluasi dan penguatan.

B. Kajian tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Belajar

Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti sibuk dan giat belajar. Keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran seperti siswa mendengarkan penjelasan, diskusi kelompok, mengemukan pendapat, mengerjakan tugas dan sebagainya. Eveline Siregar & Hartini Nara (2010: 108), mengemukakan bahwa belajar aktif adalah kemampuan belajar siswa dalam menggali potensinya melalui pengetahuan, ketrampilan dan


(37)

pengalaman. Belajar aktif dapat menuntut keaktifan guru dan siswa agar terjadi interaksi yang tinggi.

Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik (2013: 172-173), mengemukakan bahwa kegiatan keaktifan belajar siswa dapat di bagi menjadi 8 kelompok adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demontrasi dan mengamati orang lain bekerja.

b. Kegiatan-kegiatan lisan

Kegiatan yang dilakukan siswa mengemukakan suatu fakta, menhubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah mendengarkan penyajian bahan ajar yang diberikan guru, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengar tugas yang di berikan guru.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, menulis rangkuman, mengerjakan tugas rumah dan mengerjakan tes.


(38)

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah menggambar sesuai dengan materi, membuat grafik, menggambar peta, dan lain-lain.

f. Kegiatan-kegiatan mental

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah mengingat kembali materi yang sudah diajarkan guru, memecahkan masalah, dan menghubungkan materi pembelajaran.

g. Kegiatan-kegiatan emosional

Kegiatan yang dilakukan siswa adalah siswa harus memiliki minat, membedakan, berani, dan tenang.

h. Kegiatan-kegiatan metrik

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, menari dan berkebun.

Dari beberapa uraian kegiatan yang di lakukan siswa dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah peserta didik selalu aktif dalam melakukan berbagi kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukann lebih berpusat pada pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses


(39)

pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memusatkan titik tolak kegiatan.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Mc Keachie (Martinis Yamin 2007: 77) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa adalah sebagai berikut:

a) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran b) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.

c) Pastisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi antar siswa.

d) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

e) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. f) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa, harus mengacu pada peningkatan aktifitas dan partisipasi siswa. Pengajar/guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar berupa: belajar penemuan, belajar mandiri, belajar berkelompok, belajar memecahkan masalah dan sebagainya.


(40)

Raka Joni (Martinis Yamin 2007: 80-81), menjelaskan bahwa peran aktif dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan sebagai berikut:

1) Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa.

2) Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar.

3) Tujuan kegiatan pembelajaran kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar).

4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreatifitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya dan menciptakan siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep

5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Berdasarkan pola aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka aktivitas dan partisipasi itu merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, dimana proses yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. Siswa tidak hanya dibebankan mengetahui soal-soal, teori-teori akan tetapi mampu menerapkan atau mempraktikannya secara berimbang.

2. Ciri-Ciri Siswa yang Aktif dalam Pembelajaran

Suryosubroto (2002: 59-60), mengemukakan bahwa siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:


(41)

a) Siswa berusaha berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran yang di jelaskan guru. Artinya, ketika dalam proses pembelajaran siswa selalu membuat ringkasan/rangkuman tentang materi tersebut. Dari ringkasan tersebut siswa akan lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti.

b) Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh pengetahuan. Artinya, siswa selalu berusaha untuk mencari sumber-sumber lain yang terkait dengan materi tersebut. Selain sumber yang digunakan guru untuk menjelaskan.

c) Merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. Artinya, adanya pemberian tugas siswa selalu aktif untuk mencari buku-buku pelajaran yang terkait dengan tugas tersebut. Selain itu juga siswa berusaha untuk menyelesaikan dengan pengetahuan sendiri.

d) Belajar dalam kelompok. Artinya, pembelajaran di kelompok siswa dapat melatih keberanian berbicara dalam mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain. Belajar kelompok juga mengikut sertakan siswa untuk berkerja sama dan saling menhargai pendapat dari kelompok lain.

e) Mencobakan konsep-konsep pembelajaran. Artinya, konsep-konsep pembelajaran yang belum dipahami mereka selalu mencoba berdiskusi bersama teman.


(42)

f) Siswa mengkomunikasi hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan. Artinya, siswa dapat menceritakan kembali apa yang didapat dari awal proses belajar mengajar hingga akhir.

Abu Ahmadi, & Widodo Supriyono (2004: 207), mengemukakan bahwa siswa yang aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Siswa harus memiliki keinginan, keberanian dan menampilkan minatnya. Artinya, dalam proses belajar mengajar siswa harus memiliki keinginan dan keberanian dalam belajar.

b) Siswa harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar. Artinya, siswa selalu aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan misalnya dalam meyiapkan buku pelajaran yang akan di pelajari hari ini, mengikuti penjelasan guru dan selalu aktif dalam mengerjakan tugas.

c) Siswa harus menampilkan berbagai usaha/kekreatifan belajar dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya. Artinya, siswa selalu berusaha sekreatif mungkin untuk meyelesaikan tugas yang di berikan oleh guru.

d) Siswa memiliki kebebasan dan keleluasan dalam belajar (kemandirian belajar). Artinya, dalam proses belajar mengajar siswa selalu berusaha untuk mengemukakan pendapat sendiri.


(43)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang dikatakan aktif harus siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, siswa memiliki keinginan dan berusaha mencari infomasi serta keberanian untuk menampilkan minatnya, siswa mengkomunikasi hasil pikiran dan belajar kelompok.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa

Slameto (2013 : 54-71), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa dapat digolongkan menjadi 2 faktor yaitu, faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Di dalam faktor intern ini akan dibahas beberapa faktor pada diri individu yang sedang belajar yaitu, faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a. Faktor jasmaniah 1) Faktor kesehatan

Kesehatan seseorang akan berpengaruh pada belajar. Proses belajar seseorang terganggu jika kesehatannya terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan /kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar seseorang belajar dengan baik haruslah mengusahakan badannya


(44)

tetap terjamin dengan cara istirahat yang teratur, makan teratur dan olahraga dengan teratur.

2) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat ini akan berupa buta, tuli, patah tangan dan lumpuh. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi proses belajar siswa. Jika hal ini terjadi di lembaga pendidikan khusus harus diusahakan alat bantu agar bisa mengurangi kecacatan ini.

b. Faktor Psikologis 1) Inteligensi

Inteligensi ini berpengaruh besar pada proses belajar. Siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Begitu pun siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum tentu berhasil dalam belajar. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain bersifat menghambat/ berpengaruh negatif terhadap belajar akhirnya siswa gagal dalam belajarnya.

2) Perhatian

Gazali (Slameto 2013: 56), mengemukakan bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju


(45)

kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Oleh karena itu untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka akan timbul kebosanan. Polilio menyatakan bahwa, perhatian siswa dalam memperhatikan pelajaran di ruang kelas hanya sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia, sedangkan Mc Keachi menyatakan bahwa dalam 10 menit pertama perhatian siswa dapat mencapai 70% dan berkurang sampai 20% pada waktu 20 menit terakhir (Eveline Siregar & Hartini Nara 2010: 107).

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat ini sangat berpengaruhi terhadap belajar, bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

4) Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: “the capacity to learn”. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini akan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Misalnya orang yang berbakat mengetik maka akan lebih cepat dalam mengetik bila dibandingkan dengan orang yang tidak


(46)

berbakat. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa dengan bakatnya, maka hasilnya belajar akan lebih baik (Slameto 2013: 57). 5) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dan dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak. Dengan demikian terkait dengan proses pembelajaran, belajar akan lebih berhasil apabila siswa sudah siap (matang) dalam belajar.

6) Kesiapan

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah:

Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesedian untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik (Slameto 2013: 59). c. Faktor Kelelahan

Kelelahan ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

Kelelahan jasmani akan telihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini terjadi karena terjadi kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang pada bagian tertentu.Sedangkan kelelahan


(47)

rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelelahan akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Agar siswa belajar dengan baik harus menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

Kelelahan jasmani maupun rohani dapat digolongkan dengan cara-cara sebagai berikut :

a) Tidur b) Istirahat

c) Mengusahakan variasi dalam belajar juga bekerja

d) Menggunakan obat-obatan yang melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok.

e) Rekreasi dan ibadah yang teratur f) Olahraga secara teratur, dan

g) Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat-syarat kesehatan, misalnya empat sehat lima sempurna,

h) Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi ahli, misalnya dokter.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar, tetapi sangat berpengaruh terhadap proses belajar.Faktor ini dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu, faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.


(48)

a. Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah ini akan mempengaruhi proses belajar yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

1) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Dalam proses belajar mengajar metode yang di gunakan guru harus bermacam-macam metode berupa metode diskusi, metode Tanya jawab, metode bermain peran, dan lain-lain. Dengan adanya beberapa macam metode ini siswa tidak akan bosan dalam mengikuti proses belajar yang berlangsung.

2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum merupakan suatu program yang disusun secara terinci yang menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru. Penyusunan kurikulum yang tepat dapat mempengaruhi keaktifan siswa, karena itu dalam penyusunan harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi, selain itu


(49)

juga lingkungan dan kondisi siswa, karena kebutuhan siswa dimasa yang akan datang tidak akan sama dengan kebutuhan siswa pada masa sekarang.

3) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran ini guru kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab akan menyebabkan prosess belajar mengajar tidak berjalan dengan lancar. Demikan juga dengan siswa merasa jauh dengan guru, maka siswa akan kurang berpartisipasi dalam belajar.

4) Relasi siswa dengan siswa

Guru tidak selalu memperhatikan siswa, sehingga sering terjadi perbedaan siswa A dan siswa B. karena di dalam kelas mereka akan membentuk grup yang bersaing tidak sehat. Ketika hal ini tetjadi segera siswa di beri bimbingan peyuluhan agar dapat melakukan proses belajar dengan baik. Menciptakan relasi yang baik antara siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

5) Disiplin sekolah

Kedisiplinan sekolah sangat mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Oleh karena itu guru dan siswa harus menuruti tata tertib yang ada di sekolah agar bisa memberi pengaruh positif terhadap belajar.Dengan demikian siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan di perpustakaan.


(50)

6) Alat pelajaran

Alat pelajaran ini berhubungan erat dengan cara belajar siswa. Dengan adanya alat pelajaran yang lengkap akan memperlancarkan proses belajar mengajar. Alat pelajaran yang sangat membantu siswa misalnya, buku-buku di perpustakaan, laboratorium serta media-media lain.

7) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah. Waktu sering terjadi di pagi hari, siang hari, sore/malam hari. Misalnya dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada siang hari akan mempengaruh keaktifan siswa, karena ada siswa yang akan mengantuk, badan jadi lemah, dan tidak konsentrasi dalam berpikir. Oleh karena itu guru harus memilih waktu belajar yang tepat, sehingga dapat berpengaruh positif terhadap belajar siswa.

c. Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena siswa dalam masyarakat. Kegiatan siswa yang sering dilakukan di masyarakat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mediamassa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.


(51)

3. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa

Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Moh. Uzer Usman (2006: 21), menyatakan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan perorganisasian kelas seperti: penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga dapat memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pengajaran dengan baik. Guru juga harus mampu memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga siswa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Dengan demikian dalam proses belajar mengajar keaktifan siswa sangatlah penting. Sebab keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Upaya guru untuk melibatkan siswa aktif adalah sebagai berikut:

a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.


(52)

c) Mengingatkan kompetensi prasyarat.

d) Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa.

e) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari.

f) Member petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

g) Mememunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

h) Memberikan umpan balik (feed back).

i) Melakukan tes terhadap siswa, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur

j) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

C. Karakteristik Peserta Didik

Sudarmawan Danim (2013: 1), menyatakan bahwa peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Peserta didik tidak bisa belajar tanpa guru dan sebaliknya guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karena kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita.Oleh


(53)

karena itu, upaya memahami peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri. Ada empat hal dominan dari karakteristik siswa adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan dasar misalnya, kemampuan kognitif atau intelektual, afektif dan psikomotorik.

b. Latar belakang kultur local, status sosial, status ekonomi, dan agama. c. Perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, bakat, dan

lain-lain.

d. Cita-cita, pandangan ke depan, percaya diri, daya tahan, dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik peserta didik dapat dilihat melalui kemampuan berpikir, perilaku, lingkungan sosial dan psikomotorik.

D. Kerangka Berpikir

Keaktifan belajar adalah peserta didik selalu aktif dalam melakukan berbagi kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas.Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukann lebih berpusat pada pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memusatkan titik tolak


(54)

kegiatan.Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

Pembelajaran Aktif adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru harus menciptakan suasana demikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, dan mengemukakan gagasan. Kreatif dimaksudkan agar guru bisa menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.Efektif artinya proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Menyenangkandimaksudkan agar guru bisa membuat suasana belajar mengajar yang menyenangkan, sehingga memusatkan perhatiannya secara penuh belajar dan waktu curah anak pada pembelajaran (time on task) menjadi tinggi.Oleh karena itu, dengan menggunakan pendekatan PAKEM dalam pembelajaran maka siswa berperan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas.

E. Hipotesis Penelitian Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diungkapkan di atas, rumusan hipotesis dalam penelitian ini berbunyi “Pendekatan


(55)

PAKEM dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

F. Definisi Operasional Variabel 1. Pendekatan PAKEM

Pendekatan PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Langkah-langkah PAKEM yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan informasi, membimbing kelompok diskusi memberikan tugas, evaluasi dan penguatan.

2. Keaktifan belajar siswa

Keaktifan belajar adalah kemampuan belajar siswa dalam menggali potensinya melalui pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman. Ciri-ciri siswa aktif adalah siswa harus berusaha berbuat sesuatu untuk memahami pelajaran yang di jelaskan guru, mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh pengetahuan, merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepadanya, belajar dalam kelompok, mencobakan konsep-konsep pembelajaran, dan siswa mengkomunikasi hasil pikirannya. Dari kesimpulan ini peneliti akan menjadikan sebagai indikator-indikator keaktifan belajar siswa. Variabel ini dapat diukur dengan menggunakan observasi dan skala keaktifan.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Suharsimi Arikunto (2006: 90) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan kearah perbaikan terhadap hasil pendidikan dan kualitas hasil pembelajaran. Suroso (2009: 29) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian bersifat relatif untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar. Daryanto (2011: 4), mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses belajar mengajar di kelas, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksi dengan menggunakan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik di kelas secara lebih profesional.


(57)

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah penelitian kolaboratif (collaborative classroom action research)antara peneliti dan guru. Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2014: 63), menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas kolaborasi antara guru dan peneliti sangat penting. Melalui kolaborasi ini, mereka secara bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Cepit, pada siswa kelas IV SD dengan pelaksanaan penelitian direncanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada bulan Maret-Mei 2015. Dengan jadwal pelaksanaan kegiatan menyesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ditentukan oleh pihak sekolah.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian ini pada siswa kelas IV SD Negeri Cepit yang jumlah siswanya 20 anak, terdiri dari 9 laki-laki dan 11 perempuan. Sedangkan objek penelitian yang akan diteliti adalah keaktifan belajar siswa melalui Penerapan Pendekatan PAKEM pada Siswa Kelas IV SD Negeri Cepit Bantul Yogyakarta.

D. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang akan peneliti lakukan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:


(58)

4 Keterangan:

1 1 Siklus I: 1. Perencanaan

3-2 2, 3. Tindakan dan Pengamatan 4. Refleksi

4

1 3,2

Gambar 1. Model Penelitian Tindakan dari Kemmis &Taggart(Suharsimi Arikunto 2010: 132)

Keterangan:

1. Perencanaan (planning), adalah persiapan tindakan pembelajaran.

2. Tindakan (action), adalah tahap untuk mengimplementasi rencana tindakan yang disusun secara kolaboratif.

3. Pengamatan (observasi), adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui seluruh efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang dilakukan.

4. Refleksi (reflecting), adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.


(59)

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Sugiyono (2011: 156), mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang strategis dalam penelitian. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data secara sistematis. Instrumen penelitian diartikan sebagai alat bantu yang diwujudkan dalam benda, misalnya angket, wawancara, observasi, tes dan skala (Suharsimi Arikunto, 2010: 101). Oleh kerena itu, teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi dan skala.

1. Observasi

Observasi merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengamati keaktifan belajar siswa.


(60)

Tabel 1. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa.

Aspek Indikator Sub Indikator Item

Butir Jumlah Item Keaktifan Belajar Siswa

Siswa berusaha berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran yang di jelaskan guru

a. Pandangan siswa tertuju pada guru.

1, 2, 3, 4

4

b. Siswa bertanya saat pembelajaran.

5 1

c. Siswa membuat

ringkasan materi.

6 1

Siswa mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana

memperoleh pengetahuan

e. Siswa pergi ke

perpustakaan

7 1

f. Siswa membaca buku 8 1

Siswa merasakan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

a. Siswa mengerjakan soal latihan/evaluasi

9 1

Belajar dalam

kelompok

a. Siswa menggunakan

waktu dengan sebaik-baiknya dalam diskusi kelompok

10 1

b. Siswa berani

mengemukakan

pendapat dalam belajar.

11 1

c. Siswa mendengar teman yang berpendapat

12 1

Mencobakan konsep-konsep pembelajaran

a. Siswa bekerjasama dalam kelompok diskusi dengan teman.

13 1

Mengkomunikasikan hasil pikiran,

penemuan, dan

penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan.

a. Siswa berani

menceritakan kembali apa yang didapatkan dari proses pembelajaran.

14 1

b. Siswa berani

mengomentari hasil diskusi kelompok lain.


(61)

Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Guru dalam Menerapkan PAKEM

Aspek Indikator Sub Indikator Item

Butir Jumlah Item Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini.

1 1

b. Guru memberikan motivasi terhadap siswa agar selalu aktif dalam mengikuti pembelajaran.

2 1

Menyampaikan informasi

a. Guru menyampaikan

informasi melalui metode.

3, 4 2

Memberikan pertanyaan yang menantang

a. Guru mengajukan

pertanyaan yang menantang untuk menarik perhatian siswa

5 1

Mengorganisasika n siswa ke dalam

kelompok-kelompok belajar.

a. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara

membentuk kelompok

dengan baik

6, 7 2

Menyediakan alat bantu belajar sederhana

b. Guru memberikan alat bantu berupa gambar dan puzzle.

8 1

Membimbing kelompok belajar dan bekerja

a. Guru membimbing siswa pada saat berdiskusi kelompok

9, 10, 11

3

Memberi umpan balik

b. Guru memberi memberikan umpan balik berupa kuis

12 1

Evaluasi a. Soal latihan/evaluasi 13 1

b. Refleksi 14, 15 2

Memberikan Penghargaan

a. Guru memberikan

pujian/reward.

16 1

2. Skala

Suharsimi Arikunto (2010: 187-190), mengemukakan bahwa skala merupakan teknik atau cara pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui sikap responden. Skala ini bisa digunakan untuk


(62)

mengukurminat, sikap, perhatian dan nilai. Dalam penelitian, peneliti menggunakan skala model likert untuk mengukur keaktifan belajar siswa.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Skala Keaktifan Belajar Siswa

Aspek Indikator Sub Indikator Item Butir Jumla

h Item (+) (-)

Keaktifan Belajar Siswa

Siswa berusaha

berbuat sesuatu untuk

memahami materi

pelajaran yang di

jelaskan guru

a. Pandangan siswa

tertuju pada guru.

1 11,

12

3 b. Siswa bertanya saat

pembelajaran.

15 1

Siswa membuat

ringkasan materi.

2 1

Siswa mempelajari,

mengalami, dan

menemukan sendiri

bagaimana memperoleh pengetahuan

a. Siswa mencari

sumber-sumber lain

3 1

b. Siswa pergi ke

perpustakaan dengan inisiatif sendiri

4 1

c. Siswa membaca buku

tanpa disuruh

5 18 2

Siswa merasakan

sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

a. Siswa mengerjakan

tugas dengan

pengetahuan sendiri

6 19 2

b. Siswa mengerjakan

soal evaluasi

16 1

Belajar dalam

kelompok

a. Siswa berani

mengemukakan

pendapat dalam

belajar.

7 14 2

b. Siswa mendengar

teman yang

berpendapat

8 13 2

Mencobakan konsep-konsep pembelajaran

a. Siswa bekerjasama

dalam kelompok

diskusi dengan teman.

9 17 2

Mengkomunikasikan

hasil pikiran,

penemuan, dan

penghayatan nilai-nilai

secara lisan atau

penampilan.

a. Siswa berani

menceritakan kembali apa yang didapatkan

dari proses

pembelajaran.

10 1

b. Siswa berani

mengomentari hasil

diskusi kelompok

lain.


(63)

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan oleh observer serta hasil lembar skala keaktifan siswa diisi oleh siswa.

Untuk hasil observasi dianalisis terhadap indikator keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran. Data dalam observasi ini di peroleh melalui observasi langsung pada penelitian untuk mengungkapkan sejauh mana keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilaksanakan pada saat tindakan pembelajaran berupa penggunaan pendekatan PAKEM. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan kelas memperoleh data kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan yang diharapkan.

Suharsimi Arikunto (2007: 271) kemudian data tersebut diinterprestasikan kedalam 3 tingkatan yaitu:

No Jumlah skor Kategori

1 0-5 Kurang

2 6-10 Cukup

3 11-15 Baik

4 16-20 Sangat baik

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau persentase keaktifan belajar siswa setelah selesai proses belajar mengajar pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan lembar skala keaktifan pada setiap


(64)

akhir siklus. Analisis ini dapat dihitung dengan jumlah skor total siswa : jumlah item soal.

Ridwan (2011: 89) kemudian data tersebut dipersetasikan kedalam kriteria keaktifan siswa yaitu:

86%-100% = Sangat baik 76%-85% = Baik 60%-75% = Cukup 55%-59% = Kurang ≤ 54% = kurang sekali

G. Uji Validitas Instrumen

Suharsimi Arikunto (2006: 168), menyatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Berkaitan dengan penelitian ini, untuk menentukan validitas instrumen yang berupa lembar observasi dan lembar skala keaktifan, dapat menggunakan validitas konstruk (construck validity).

Hal ini sesuai dengan Sugiyono (2010: 177), menyatakan bahwa untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat ahli (experts judgement). Instrumen yang akan digunakan harus dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Pada penelitian ini, peneliti menyusun lembar observasi dan lembar skala keaktifan siswa.


(65)

Hasil dari pengujian validasi dari pendekatan yang digunakan serta instrumen observasi, skala keaktifan belajar siswa dan observasi pelaksanaan pembelajaran disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Hasil validasi lembar observasi guru dalam penerapan PAKEM

No Expert judgement Belum valid

Valid dengan catatan

Sudah valid

1 Unik Ambarwati,

M.Pada

- √ -

Tabel 5. Hasil validasi lembar skala keaktifan belajar siswa No Expert judgement Belum

valid

Valid dengan catatan

Sudah valid

1 Haryani, M.Pada - √ -

Dari hasil pernyataan experts judgement tersebut diatas menunjukkan bahwa pendekatan PAKEM dalam pembelajaran layak digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar observasi keaktifan siswa, skala keaktifan siswa, dan observasi guru dalam menerapkan pendekatan PAKEM dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam penelitian.

H. Kriteria Keberhasilan

Pembelajaran dengan pendekatan PAKEM dikatakan berhasil jika peneliti meningkatkan keaktifan belajar siswa. peningkatan tersebut peneliti menetapkan kriteria keberhasilan keaktifan ≥ 75%.


(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri Cepit yang berada diwilayah Kelurahan Panggungwarjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Negeri Cepit berjarak ± 30 meter dari jalan raya. Bangunan sekolah yang sederhana, dan di depan sekolah ada lapangan umum tempat berolahraga, sehingga memudahkan anak-anak SD Cepit untuk berolahraga. Dilihat dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah ini secara umum cukup baik. Untuk kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.00 s/d pukul 12.00, kecuali hari Jum’at dimulai pada pukul 07.00 s/d 10.45.

Sarana dan prasarana yang ada di sekolah memadai dan mendukung dalam kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini mempunyai 23 ruangan, yang terdiri dari 12 ruang kelas, kelas I – VI, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang komputer dan UKS, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 kantin, dan 6 KM/WC.

Tenaga pengajar yang ada di SD Cepit berjumlah 19 orang di tambah dengan 2 guru yang datang ke sekolah pada saat mengajar pelajaran agama saja, yaitu pelajaran agama Islam dan Katolik. Guru yang sudah PNS berjumlah 11 orang, dan yang non PNS ada 8 orang. Jumlah siswa yang ada di SDN Cepit sebanyak 253 siswa.


(67)

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SDN Cepit Tahun Ajaran 2014/2015, yang berjumlah 20 orang anak. Dengan rincian siswa perempuan berjumlah 11 dan siswa laki-laki berjumlah 9 anak. Adapun daftar nama-nama adalah sebagai berikut :

No Nama Inisial siswa Jenis kelamin

1 FA L

2 AS P

3 AY P

4 AS P

5 CH P

6 EK P

7 GN L

8 JS L

9 LF P

10 MI L

11 MF L

12 MN P

13 NA L

14 NT L

15 NM L

16 PT L

17 TY P

18 TA P

19 ZS P

20 SA P

C. Deskripsi Data Sebelum Penelitian

Kegiatan awal (pra siklus) dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Peneliti melakukan observasi, wawancaraserta mengukur keaktifan siswa menggunakan skala keaktifan belajar pada siswa kelas IV SD Negeri Cepit, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 yang menjadi objek penelitian.


(68)

Hasil observasi saat proses pembelajaran siswa kurang aktif ditunjukkan sebagai berikut:

1. saat guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang menjawab, sebagian besar hanya diam

2. siswa tidak membuat ringkasan materi setelah selesai penjelasan dari guru

3. siswa cenderung mendengarkan dan jarang bertanya 4. siswa belum bekerjasama saat diskusi kelompok

5. siswa kurang berpartisipasi saat berdiskusi seperti bermain bersama teman atau berbicara hal lain diluar diskusi

6. siswa tidak berani membuat kesimpulan setelah pembelajaran selesai,

7. siswa enggan mengomentari hasil diskusi kelompok lain

8. guru menyampaikan materi tidak menggunakan media pembelajaran

9. guru tidak menggunakan variasi metode saat menyampaikan materi.

Berdasarkan hasil wawancara, guru menceritakan bahwa keaktifan belajar siswa masih kurang aktif karena:

1. hanya beberapa siswa yang berani bertanya saat tidak memahami materi

2. siswa masih enggan mengemukakan pendapat.


(69)

4. siswa mengerjakan soal latihan masih membutuhkan bantuan teman.

5. saat mengerjakan soal evaluasi siswa masih membuka buka buku paket.

6. Guru tidak menggunakan media pembelajaran karena mengikuti isi buku paket saja.

7. Guru belum pernah menggunakan metode PAKEM.

Selain itu, peneliti membagikan skala keaktifan belajar, hasilnya yaitu sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil skala keaktifan belajar siswa sebelum penelitian (pra siklus)

No Nama siswa Persentasi Pra Siklus (%)

1 FA 54

2 AS 62

3 AY 63

4 AS 62

5 CH 56

6 EK 62

7 GN 61

8 JS 56

9 LF 57

10 MI 65

11 MF 57

12 MN 55

13 NA 60

14 NT 53

15 NM 54

16 PT 63

17 TY 68

18 TA 62

19 ZS 58

20 SA 67

Jumlah rata-rata 1195


(70)

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa yaitu 59,75%. Berdasarkan kriteria keaktifan siswa (BAB III), keaktifan siswa kelas IV SD Cepit dalam kategori “kurang”. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan skala keaktifan menunjukkan siswa kelas IV di SD Cepit kurang aktif. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan penelitian dengan menggunakan pendekatan PAKEM untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.

D. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan (2x70 menit). Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam tindakan siklus I adalah sebgai berikut :

a. Perencanaan tindakan siklus I

Data yang diperoleh pada tahap sebelum melakukan penelitian dijadikan sebagai acuan dalam melaksakan tindakan pada siklus I, dengan tujuan agar diperoleh suatu peningkatan keaktifan belajar siswa. Pada tahap perencanaan peneliti bersama guru mendiskusikan tentang cara pelaksanaan PAKEM dan menyusun rencana tindakan yang dilaksanakan.

Langkah-langkah yang digunakan pada proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM yaitu:

a. Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. b. Guru menyajikan informasi/materi pembelajaran. c. Guru menyiapkanpertanyaan yang menantang.


(71)

d. Guru mengornisasikan siswa saat diskusi kelompok. e. Guru menyediakan alat bantu belajar secara sederhana. f. Guru membimbing kelompok diskusi.

g. Guru memberikan penghargaan/reward.

Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:

1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan

2) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang menggunakan pendekatan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).

3) Menyiapkan media pembelajaran dan alat-alat yang akan di gunakan dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

5) Menyiapkan dan menyusun instrumen penilaian meliputi: a) Lembar observasi aktivitas siswa dan guru.

b) Lembar skala keaktifan siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Kegiatan tersebut dilakukan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan 2 kali pertemuan.


(72)

a. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 06 April 2015 pada pukul 10.00-11.20 atau 70 menit. Pertemuan pertama membahas materi koperasi yang terdiri dari tiga indikator yaitu: a) mengenal pengertian koperasi; b) menjelaskan tujuan, manfaat, dan asas koperasi; c) menjelaskan makna simbol-simbol lambang koperasi. Kegiatan pembelajaran siklus I sebagai berikut :

1) Kegiatan Awal

a. Guru mengecek kesiapan belajar siswa.

b. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah ke materi koperasi, “Apa yang kalian rasakan ketika menabung?” Semua siswa menjawab dengan serempak “senang”. Kemudian guru memberi pertanyaan yang kedua “Apakah kalian pernah membeli buku di koperasi sekolah?” Semua siswa menjawab “tidak pernah karena di sekolah tidak memiliki koperasi”

c. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai hari ini.

2) Kegiatan Inti

a. Menyampaikan informasi. Pada tahap ini guru menjelaskan materi tentang pengertian koperasi, tujuan koperasi, manfaat koperasi, dan makna koperasi.


(73)

b. Memberikan pertanyaan yang menantang. Guru memberikan pertanyaan yang menantang agar bisa menarik perhatian siswa dan siswa juga dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Guru menunjukkan lambang gambar koperasi kepada siswa dan bertanya siapa yang tahu tentang gambar tersebut. Apabila ada yang tahu menganjungkan jari untuk menjawab.

Gambar 2. Guru menunjukkan gambar lambang koperasi kepada siswa c. Menyediakan alat bantu belajar sederhana. Pada tahap ini guru

menyediakan media pembelajaran atau alat bantu sebagai perantara dalam proses belajar mengajar. Alat bantu yang digunakan adalah gambar dan puzzle tentang lambang koperasi Indonesia dan simbol-simbol koperasi Indonesia. Puzzle tersebut disusun oleh siswa menjadi sebuah simbol koperasi yang utuh, dan siswa menuliskan apa makna dari simbol tersebut.


(74)

Gambar 3. Guru menyiapkan media/alat bantu berupa puzlle tentang lambang koperasi yang digunakan dalam proses pembelajaran. d. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. Guru

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar artinya guru membagi siswa dalam 8 kelompok kecil yang beranggotakan 2-3 orang untuk mengerjakan LKS yang dibagikan tentang makna dari simbol-simbol koperasi tersebut. Setiap kelompok menuliskan nama dan makna dari simbol-simbol tersebut pada LKS.

Gambar 4. Guru mengorganisasikan siswa dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang dan siswa mengerjakan LKS.


(75)

e. Membimbing kelompok belajar dan bekerja. Pada tahap ini guru membimbing kelompok belajar agar proses diskusi kelompok dapat berjalan dengan lancar dan bisa melibatkan semua siswa aktif dalam bekerja kelompok. Setelah itu setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Dari kelompok yang presentasi memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya ataupun memberikan saran.

Gambar 5. Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok dan siswa mempresentasikan hasil diskusi tersebut

f. Memberi umpan balik. Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan beberapa pertanyaan secara lisan dalam bentuk kuis yang berupa: 1) Berikan contoh yang melambangkan sikap kemasyarakatan dan persatuan yang kokoh dalam kehidupan bermasyarakat!; 2) Berikan contoh yang melambangkan sikap adil dalam kehidupan sehari-hari!; 3) Berikan contoh yang melambangkan persahabatan dan persatuan yang kuat dalam kehidupan sehari-hari!. Kemudian siswa


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)