131
Litosfer dan Pedosfer
Tidak hanya itu, terkikisnya lapisan tanah menyebabkan rusaknya struktur tanah, hingga kemampuan menyerap air menjadi
berkurang. Tahukah kamu bagaimana akibatnya? Dampak erosi tidak hanya akan dirasakan oleh tempat di
sekitar terjadinya erosi, tetapi juga wilayah yang menjadi daerah pengendapan hasil erosi. Sedimentasi di sungai mengakibatkan
menurunnya daya tampung sungai. Bisa kamu bayangkan akibat- nya? Tanah yang semula subur akan kehilangan kesuburannya
akibat tertimbun oleh materi hasil erosi. Aliran air sungai yang membawa material terlarut akan menjadi keruh. Kekeruhan
memengaruhi daya tembus sinar matahari ke dalam sungai. Jika air keruh, sinar matahari tidak lagi mampu menembus air sungai.
Sementara itu, di sungai terdapat berbagai organisme yang memerlukan sinar matahari untuk menunjang kehidupannya.
b. Penggundulan Hutan
Penyebab penggundulan hutan adalah bertambahnya permintaan lahan untuk permukiman, sehingga lahan-
lahan hutan diubah menjadi permukiman. Selain permintaan lahan permukiman meningkat, penyebab
lain adalah perladangan berpindah dan kepentingan ekonomi. Karena kayu dan hasil hutan merupakan
komoditas ekspor yang bernilai tinggi, maka penebang- an hutan menjadi marak dan tidak terkendali lagi.
Akibat hutan gundul, satwa liar akan kehilangan habitatnya hingga akhirnya untuk mempertahankan
hidup sulit. Jika sudah begini kamu pasti tahu dam- paknya bagi lingkungan. Selain itu, fungsi hutan yang
selama ini sebagai paru-paru dunia dan penyimpan cadangan air akan hilang. Bagaimana dampaknya bagi
lingkungan?
c Polusi
Polusi tidak hanya terjadi di udara, tetapi juga di tanah dan air. Polusi disebabkan pembuangan limbah, baik
itu limbah industri ataupun limbah rumah tangga ke dalam tanah, air, dan udara.
d. Kebakaran Hutan
Tahukah kamu kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra yang terjadi sepanjang tahun 2006? Kebakaran
hutan ini menyebabkan penurunan biomas di dalam tanah, sehingga produktivitas tanah menurun. Selain
itu, kebakaran hutan juga akan meningkatkan erosi tanah.
e. Eksploitasi Tambang yang Berlebihan
Bahan-bahan tambang seperti emas, tembaga, dan bahan galian C pasir dan batu dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Eksploitasi bahan-bahan tambang yang berlebihan, tanpa memerhatikan lingkungan akan berdampak negatif di kemudian
hari. Lahan yang telah ditambang akan meninggalkan lubang- lubang yang mengangga di muka Bumi. Kerusakan lingkungan yang
berupa kesuburan tanah hilang dan perubahan topografi banyak ditemukan pada lahan tambang yang dieksploitasi secara
berlebihan.
Sumber: Our World a Closer Look, halaman 196
Gambar 6.88 Hutan gundul
Sumber: Our World a Closer Look, halaman 203
Gambar 6.89 Polusi tanah
Cobalah cari tahu bahan tambang apa saja yang
termasuk bahan galian C
132
GEOGRAFI Kelas X
f. Kerusakan Karena Proses Kimiawi Air Hujan
Air hujan merupakan faktor utama terjadinya kerusakan tanah melalui proses perubahan kimiawi dan sebagian lagi karena
proses mekanis. Proses kimiawi ini menyebabkan tanah menjadi tidak subur.
g. Kerusakan Karena Proses Mekanis Air Hujan
Air hujan yang turun sangat deras dapat mengikis dan menggores permukaan tanah sehingga terbentuk selokan. Pada daerah yang
tidak bervegetasi, hujan lebat dapat menghanyutkan tanah berkubik-kubik. Air hujan dapat pula menghanyutkan lumpur
sehingga terjadi banjir lumpur.
h. Kerusakan Karena Tanah Longsor
Tanah longsor adalah turunnya atau ambruknya tanah dan batuan ke bagian bawah akibat pengaruh daya gravitasi. Hujan
mempercepat longsornya tanah karena tanah menjadi longsor dan berat. Pelongsoran hanya terjadi pada lapisan luar yang terlepas
dari permukaan tanah.
Berbagai Faktor Penyebab Banjir di Jember dan Longsor di Banjarnegara
Awal bulan Januari 2006, masyarakat Indonesia dikejutkan oleh berita banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang dua desa di Kecamatan
Panti, Jember, Jawa Timur. Banjir bandang yang diduga terjadi karena maraknya penebangan hutan ilegal illegal logging ini, menyebabkan kurang
lebih 57 orang tewas dan ratusan rumah rusak, serta puluhan hektare sawah terendam air.
Belum lagi selesai proses evakuasi korban akibat banjir bandang di Jember ini, musibah longsor terjadi di Kampung Gunungrejo, di Kecamatan
Banjarmangu, Banjarnegara, Jawa Tengah pada tanggal 5 Januari 2006. Longsor yang menimbun empat rukun tetangga RT di kampung yang
berpenduduk 655 orang ini, menewaskan 75 orang. Masih ditambah dengan jumlah orang hilang yang hampir mencapai ratusan.
Bencana yang terjadi di Jember dan Banjarnegara tersebut merupakan bencana alam yang terjadi akibat ulah manusia. Banjir bandang di Jember,
terjadi akibat adanya penggundulan hutan di sekitar Kabupaten Jember. Pusat Studi Bencana Alam PSBA Universitas Gadjah Mada UGM, menyatakan
bahwa banjir bandang di Jember disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor hidrometeorologi, kondisi morfometri DAS Kaliputih, serta penutup lahan.
Ketiga faktor tersebut menyebabkan meningkatnya aliran permukaan yang bercampur kikisan tanah akibat perubahan penutupan lahan.
Secara fisik kondisi hutan cukup rapat dengan jenis tanaman rasamala, yang semula merupakan hutan produksi terbatas HPT dan sejak tahun
2002 dialihfungsikan menjadi hutan lindung. Lereng pegunungan vulkanik yang mengalami longsor memiliki kemiringan lebih dari 60° dan di bagian
pegunungan yang mengalami pengelupasan tanah memiliki kemiringan lereng 45°. Beda horizontal dari titik longsor ke desa sekitar 2 km. Sudut yang
curam merupakan faktor yang memperbesar daya luncur massa tanah. Beda tinggi antara dasar sungai dan permukiman sekitar 3 m. ”Perbedaan inilah
yang menjadikan penduduk merasa aman dari bahaya longsor. Sebenarnya di wilayah lereng atas yang longsor pertama kali, massa tanah tertahan
bukit di sebelah baratnya. Setelah volume air semakin membesar, maka
133
Litosfer dan Pedosfer
massa tanah yang tertahan tersebut menjadi lebih berat dan meluncur membentur bukit, sehingga terjadi pengelupasan. Akibat akumulasi massa
lumpur dan dengan gaya gravitasi, maka terjadilah longsoran besar hingga massa tanah terlempar dan menimbun Desa Sijeruk tersebut. Semua kejadian
itu dipacu oleh hujan yang sangat lebat dengan curah hujan rata-rata 44,4 mmhari,” tutur Dr. Sunarto, MS. Ketua Pusat Studi Bencana Alam PSBA
Universitas Gadjah Mada UGM. Beliau juga menyebut, ternyata berbagai bencana yang terjadi di musim penghujan ini sebagian besar terjadi di daerah
gunung api, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif.
Menyikapi perilaku masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, mau tidak mau, orang harus beradaptasi dengan lingkungannya dan responsif
terhadap gejala-gejala alam. Beberapa rekayasa sosial untuk dapat mengarahkan masyarakat agar paham dan tanggap terhadap bencana
longsor, dilakukan dengan sosialisasi mitigasi bencana berbasis masyarakat, sambil memperkenalkan teknologi sederhana untuk mendeteksi gejala-gejala
longsor. Beberapa kegiatan mitigasi bencana longsor yang dapat disosialisasikan kepada masyarakat antara lain adalah pola perilaku hujan
lokal melalui BMG setempat, perlu dibangunnya penampungan sementara ketika terjadi bencana, membangun kesadaran masyarakat agar tanggap
terhadap bencana dan peka terhadap tanda-tanda alam, serta penerapan pola budi daya lahan dengan pengaturan regenerasi tanaman. Langkah penting
yang dibutuhkan oleh korban banjir bandang tersebut antara lain:
a. Membangun tempat pengungsian sementara untuk 6–9 bulan dengan
dukungan logistik medisparamedis dan spiritual–psikologis. b.
Sebagai antisipasi ke depan perlu dibentuk ”masyarakat sadar bencana” terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana.
Sumber: www.geografiana.com
Setelah membaca artikel tersebut, jawablah pertanyaan di bawah ini a.
Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang menyebabkan bencana di Jember dan Banjarnegara
b. Bagaimana menangani sumber ancaman bencana dan menangani
masyarakat dalam manajemen bencana?
i. Kerusakan Karena Terkumpulnya Garam di Daerah Perakaran
Salinisasi Di daerah-daerah tertentu, proses penguapan yang tinggi setelah
hujan lebat, menyebabkan kandungan garam dalam tanah meningkat. Proses selanjutnya adalah pengikat unsur-unsur kimia
penting dalam tanah oleh garam. Kondisi demikian menyebabkan turunnya kesuburan tanah.
j. Kerusakan Karena Penjenuhan Tanah oleh Air Waterlogging
Pada daerah yang bertekstur tanah lempung, sebagian besar air hujan yang jatuh ke tanah akan menggenang di permukaan tanah.
Hanya sedikit saja air yang lolos ke dalam tanah sebagai air tanah. Lamanya air yang menggenang menyebabkan tanah jenuh terhadap
air, sehingga unsur kimia penting dalam tanah ikut tercuci atau hilang. Tanah yang mengalami kejenuhan air biasa ditemukan
dengan warna keabu-abuan.