Kelembapan Relatif atau Nisbi
b. Pengukuran Hujan
Jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu disebut curah hujan. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut penakar hujan rain gauge. Alat ini terdiri atas corong dan penampung air hujan. Corong berfungsi mengum- pulkan air hujan dan menyalurkan ke penampung. Air hujan yang tertampung secara teratur harus dikosong- kan dan jumlahnya diukur menggunakan tabung penakar. Curah hujan biasanya diukur dalam milimeter mm atau sentimeter cm. Jumlah hujan yang sudah diukur kemudian dicatat untuk berbagai tujuan. Beberapa jenis data hujan dapat diperoleh dari hasil pengukuran hujan, antara lain: 1 Jumlah curah hujan harian. Merupakan hasil pengukuran hujan selama 24 jam. 2 Curah hujan bulanan. Merupakan jumlah total curah hujan harian selama sebulan. 3 Curah hujan tahunan. Merupakan jumlah total curah hujan harian selama 12 bulan. Sumber: Understanding Geography 3, halaman 71 Gambar 7.36 Penakar hujan Bila di sekolahmu akan dipasang alat penakar hujan rain gauge, menurutmu manakah lokasi yang paling tepat untuk menempatkan alat A, B, C, atau D? Jelaskan mengapa kamu memilih lokasi ituC. Persebaran Curah Hujan di Indonesia
Hujan terjadi ketika uap air membentuk awan di angkasa dan jatuh ke permukaan Bumi setelah mengalami kondensasi. Turunnya hujan melalui beberapa proses dan menurut keadaan wilayah yang berbeda- beda. Di wilayah yang luas, hujan turun tidak merata dengan jumlah tidak sama. B A C D Keterangan: = pepohonan = rerumputan = halaman diperkeras = gedung sekolah Sumber: Dokumen Penulis 168 GEOGRAFI Kelas X1. Keadaan Curah Hujan di Indonesia
Wilayah Indonesia sangat luas dan memiliki topografi yang berbeda-beda seperti pegunungan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Keadaan ini menjadikan hujan yang turun sangat bervariasi. Perhatikan curah hujan beberapa kota di Indonesia yang tercatat di stasiun iklim pada tabel berikut ini. Tabel 7.2 Curah Hujan mm di Beberapa Stasiun Iklim di Indonesia No. Stasiun Iklim Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des 1. Jakarta 403 239 178 138 121 79 65 91 53 100 119 250 2. Bandung 240 209 307 231 177 77 64 57 114 176 206 283 3. Semarang 457 331 251 164 163 61 72 61 88 167 217 383 4. Padang 311 244 444 427 319 188 364 270 434 591 602 375 5. Pontianak 256 157 339 301 257 208 208 153 251 356 391 294 6. Makassar 685 526 404 218 108 53 18 7 32 62 322 606 7. Kupang 515 391 186 56 21 13 16 9 17 140 256 8. Ambon 153 118 146 168 428 597 442 457 196 113 50 115 Sumber: Klimatologi Umum Berdasarkan tabel di atas, Kota Padang memiliki curah hujan paling banyak dalam setahun, yaitu 4.569 mm. Sedang curah hujan bulanan tercatat paling tinggi terjadi di Kota Makassar, yaitu 658 mm Januari. Kota Kupang dalam setahun hanya menerima curah hujan 1.620 mm terkecil. Bagaimana persebaran curah hujan di Indonesia? Untuk mengetahuinya, coba lakukan pemetaan curah hujan seperti berikut ini. Perhatikan tabel 7.2. Mana- kah kota yang selama setahun semua bulan adalah bulan basah? Manakah kota yang memiliki bulan kering terbanyak? Bulan basah dan kering ditentukan menurut klasifikasi Schmidt–Fergu- son. Peta Curah Hujan Indonesia Tabel di bawah ini menunjukkan data curah hujan rata-rata bulanan tahun 2003 di 29 provinsi di Indonesia mencakup wilayah Provinsi Irian Jaya Barat, Sulawesi Barat, Banten, dan Kepulauan Riau. Berdasarkan data curah hujan yang tersedia, buatlah peta curah hujan. Kamu dapat menggunakan data curah hujan dengan tahun yang berbeda. No. Provinsi Curah Hujan mm No. Provinsi Curah Hujan mm 1. Nanggroe Aceh Darussalam 118 16. Sulawesi Tengah 62 2. Sumatra Utara 161 17. Sulawesi Tenggara 180 3. Sumatra Barat 293 18. Sulawesi Selatan 303 4. Riau 194 19. DKI Jakarta 172 5. Jambi 166 20. Jawa Barat 145 6. Bengkulu 237 21. Jawa Tengah 195 7. Sumatra Selatan 196 22. DI Yogyakarta 171 8. Lampung 173 23. Jawa Timur 121 9. Bangka Belitung 208 24. Bali 169 10. Kalimantan Barat 242 25. Nusa Tenggara Barat 135 11. Kalimantan Tengah 220 26. Nusa Tenggara Timur 154 12. Kalimantan Selatan 225 27. Maluku 258 13. Kalimantan Timur 227 28. Maluku Utara 168 14. Gorontalo 100 29. Papua 150 15. Sulawesi Utara 282 Sumber: Laporan Penelitian Hibah Bersaing XI1 Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2003Parts
» Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Geografi Umum Bernard Varen 1622–1650
» Geografi Khusus Bernard Varen 1622–1650
» Immanuel Kant 1724–1821 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Alexander von Humboldt 1769–1859 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Karl Ritter 1779–1859 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Friederich Ratzel 1844–1904 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Elsworth Huntington 1876–1947 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Paul Vidal de la Blache 1845–1918
» Halford Mackinder 1861–1947 Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Bintarto Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Daldjoeni Nama Daldjoeni dikenal karena buku-bukunya yang membahas hal-
» Menurut Whiple Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Paradigma Eksplorasi Menurut J. Warman
» Paradigma Environmentalisme Paradigma Regionalisme
» Prinsip Penyebaran Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Prinsip Interelasi Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Prinsip Deskripsi Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Prinsip Korologi Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Studi Lapangan Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Penggunaan Sarana Ilmiah Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Tujuan: Menerapkan prinsip geografi untuk mengkaji dampak
» Alat dan Bahan: Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Langkah Kerja: Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Objek Material Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Sudut Pandang Keruangan Objek Formal
» Sudut Pandang Kelingkungan Objek Formal
» Sudut Pandang Kewilayahan Objek Formal
» Sudut Pandang Waktu Objek Formal
» Tujuan: Mengenali, menggolongkan, dan mendeskripsikan
» Teori ”Keadaan Tetap” Langkah Kerja:
» Anggapan Antroposentris atau Egosentris
» Anggapan Geosentris Langkah Kerja:
» Anggapan Heliosentris Langkah Kerja:
» Anggapan Galaktosentris Langkah Kerja:
» Tak Beraturan Langkah Kerja:
» Teori Planetesimal Langkah Kerja:
» Teori Lyttleton Langkah Kerja:
» Teori Awan Debu Langkah Kerja:
» Planet KerdilPlanet KataiDwarf Planet
» Asteroid Meteor Langkah Kerja:
» Selubung Bumi atau Sisik Silikat
» Lapisan antara atau Chalkosfera
» Inti Besi-Nikel atau Barysfera
» Prediksi 50 Juta Tahun yang Akan Datang
» Batuan Endapan Sedimen Batuan Malihan Metamorf
» Gerak Orogenetik Berikut ini yang bukan merupakan
» Dampak Tektonisme Berikut ini yang bukan merupakan
» Hidup Bersanding dengan Vulkanisme
» Penggolongan Gempa Berikut ini yang bukan merupakan
» Gempa di Indonesia Berikut ini yang bukan merupakan
» Dampak Gempa Berikut ini yang bukan merupakan
» Pengikisan Berikut ini yang bukan merupakan
» Pengendapan Berikut ini yang bukan merupakan
» Denudasi Berikut ini yang bukan merupakan
» Iklim Berikut ini yang bukan merupakan
» TopografiRelief Berikut ini yang bukan merupakan
» Waktu Berikut ini yang bukan merupakan
» Sifat Fisika Tanah Berikut ini yang bukan merupakan
» Sifat Kimia Tanah Berikut ini yang bukan merupakan
» Sifat Biologi Tanah Berikut ini yang bukan merupakan
» Profil Tanah Berikut ini yang bukan merupakan
» Tanah Organosol atau Tanah Gambut
» Tanah Grumusol Tanah Podsolik
» Tanah Mediteran Merah Kuning
» Hidromorf Kelabu Berikut ini yang bukan merupakan
» Erosi Berikut ini yang bukan merupakan
» Penggundulan Hutan Berikut ini yang bukan merupakan
» Kebakaran Hutan Berikut ini yang bukan merupakan
» Eksploitasi Tambang yang Berlebihan
» Kerusakan Karena Proses Kimiawi Air Hujan
» Kerusakan Karena Proses Mekanis Air Hujan
» Kerusakan Karena Tanah Longsor
» Lapisan-Lapisan Atmosfer Mengawetkan Tanah
» Troposfer 0–15 km Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Stratosfer 15–50 km Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Mesosfer 50–85 km Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Termosfer 85–500 km Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Tujuan: Memperagakan gejala efek rumah kac Alat dan Bahan:
» Langkah Kerja: Eksosfer lebih dari 500 km
» Pertanyaan: Eksosfer lebih dari 500 km
» Pengukuran Suhu Udara Suhu Udara
» Suhu Udara pada Ketinggian Tempat Tertentu
» Tujuan: Mengetahui perbedaan suhu udara antara pedesaan dan
» Awan Stratus atau Awan Merata
» Tujuan: Memperagakan proses terjadinya awan.
» Alat dan Bahan: Embun, Kabut, dan Awan
» Langkah Kerja: Embun, Kabut, dan Awan
» Analisis: Embun, Kabut, dan Awan
» Kesimpulan: Embun, Kabut, dan Awan
» Kelembapan Relatif atau Nisbi
» Proses Terjadinya Hujan Curah Hujan
» Persebaran Curah Hujan di Indonesia
» Keadaan Curah Hujan di Indonesia
» Pengaruh Curah Hujan terhadap Vegetasi
» Iklim Tipe A Iklim Hujan Tropis
» Iklim Tipe C Iklim Sedang Hangat
» Iklim Tipe D Iklim Salju Dingin
» Iklim Matahari Iklim Menurut Schmidt–Ferguson
» Iklim Menurut Oldeman Iklim Menurut Junghuhn
» El Nino Geografi SMA Kelas X-Eni Anjayani-2009
» Berdasarkan Struktur Lapisan Batuan yang Dilalui-
» Berdasarkan Arah Aliran yang Dilaluinya 1 Sungai Konsekuen
» Berdasarkan Keadaan Aliran Airnya
» Berdasarkan Sumber Airnya La Nina
» Berdasarkan Pola Alirannya La Nina
» Tujuan : Menentukan pola aliran sungai.
» Faktor-Faktor Penyebab Rusaknya DAS
» Usaha Pelestarian DAS La Nina
» Klasifikasi Laut Berdasarkan Proses Terjadinya
» Klasifikasi Laut Berdasarkan Letaknya
» Zona Laut Berdasarkan Kedalamannya
» Zona Laut Berdasarkan Wilayah Kekuasaan Suatu Negara
» Zona Laut Teritorial La Nina
» Zona Landas Kontinen La Nina
» Gerak Air Laut Berupa Pasang Purnama dan Pasang Perbani
» Salinitas Perikanan, Pertanian, dan Pariwisata
» Sarana Pertahanan dan Keamanan Negara
» Tujuan Penelitian : Mengetahui sungai-sungai penting di
» Sumber Data : Peta Indonesia
Show more