99
Litosfer dan Pedosfer
a. Penggolongan Gempa
Mengenali dan mengetahui berbagai sifat bencana yang ditimbulkan merupakan hal yang harus dilakukan pertama kali
dalam rangka mitigasi bencana. Beberapa kegiatan bencana alam seperti gempa, sulit sekali dicegah dan ditentukan kapan dan di
mana lokasinya, tetapi pencegahan jatuhnya korban dapat dilaku- kan.
Nah, salah satu caranya adalah mengenali berbagai jenis gempa. Jika kita mempertanyakan dari mana gempa itu berasal
atau bagaimana gempa itu terjadi, maka kita dapat melihat pada tiga sumber terjadinya gempa, yaitu karena pergerakan lempeng
tektonik, aktivitas gunung api, atau karena runtuhan tambang atau lubang-lubang interior di dalam Bumi. Gempa karena lepasnya
sejumlah energi pada saat pergerakan lempeng Bumi disebut gempa tektonik. Akibat aktivitas gunung api, maka disebut gempa
vulkanik, dan karena adanya runtuhan disebut gempa runtuhan.
Selain tiga penggolongan gempa tersebut, masih ada beberapa penggolongan gempa berdasarkan parameternya.
1 Berdasarkan kedalaman pusat gempa atau hiposentrum: a
Gempa dalam, jika hiposentrumnya terletak 300–700 km di bawah permukaan Bumi.
b Gempa intermidier, jika hiposentrumnya terletak 100–300 km di bawah permukaan Bumi.
c Gempa dangkal, jika hiposentrumnya kurang dari 100 km
di bawah permukaan Bumi. 2 Berdasarkan bentuk episentrumnya:
a Gempa linier, jika episentrum berbentuk garis. Contoh:
Gempa tektonik karena patahan. b Gempa sentral, jika episentrumnya berbentuk
titik. Contoh: Gempa vulkanik dan gempa runtuhan.
3 Berdasarkan letak episentrumnya: a
Gempa daratan, jika episentrumnya di daratan. b Gempa laut, jika episentrumnya di dasar laut.
4 Berdasarkan jarak episentrumnya: a
Gempa setempat, jika jarak episentrum dan tempat gempa terasa sejauh kurang dari 1.000
km.
b Gempa jauh, jika jarak episentrumnya dan tempat gempa terasa sekitar 10.000 km.
c Gempa sangat jauh, jika jarak episentrum
dengan tempat terasa lebih dari 10.000 km.
Istilah-istilah yang berkaitan dengan gempa bumi sebagai berikut. a.
Seismologi : Ilmu yang mempelajari gempa bumi. b.
Hiposentrum : Pusat gempa yang terletak di dalam Bumi.
Sumber: Geography Essentials, halaman 33
Gambar 6.46 Jalur kekuatan gempa.
100
GEOGRAFI Kelas X
c. Episentrum : Pusat gempa di permukaan Bumi atau dasar laut, dengan
gelombang gempa dari dalam Bumi dirambatkan pertama kali di permukaan Bumi atau dasar laut.
d. Seismograf : Alat pencatat gempa.
e. Seismogram : Gambaran getaran Bumi yang dicatat oleh seismograf
dalam bentuk garis patah-patah. Semakin kuat getaran, semakin lebar penyimpangan garis patah-patah. Semakin
lama getaran sampai di tempat, semakin panjang pita seismograf menggambarkan seismogram.
f. Pleistoseista: Garis batas daerah yang mengalami kerusakan terberat
yang terletak di sekitar episentrumnya. g.
Isoseita : Garis pada permukaan Bumi yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai kerusakan fisik yang sama akibat gempa.
h. Homoseista : Garis permukaan Bumi yang mencatat gelombang gempa
primer pada waktu yang sama dan berupa garis lingkaran atau elips.
b. Gempa di Indonesia
Dari kejadian-kejadian gempa yang terjadi di Indonesia, mungkin kamu sudah tahu mengapa gempa sering kali terjadi?
Ya, tiga lempeng tektonik yang melewati Indonesia membuat negeri kita rawan terjadi gempa. Jadi secara alami, negeri kita memang
negeri gempa. Kenyataan ini bukan untuk ditakuti, tetapi untuk diwaspadai bahwa gempa bisa terjadi kapan saja di negara kita.
Mulai sekarang, kenalilah apakah wilayah tempat tinggalmu merupakan daerah rawan gempa? Kamu dapat menemukan
kejelasan tentang hal ini dengan melihat peta persebaran jalur- jalur gunung api di depan dan mengumpulkan informasi sejarah
terjadinya gempa di wilayahmu.
Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia terbagi dalam enam daerah aktivitas:
1 Daerah Sangat Aktif
Wilayah sangat aktif memungkinkan terjadinya gempa dengan kekuatan lebih dari 8 skala Richter.
Meliputi wilayah Halmahera dan lepas pantai utara Papua.
2 Daerah Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa dengan kekuatan 8 sampai 7 skala Richter sering terjadi.
Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Barat.
3 Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Rich- ter bisa terjadi. Wilayah ini meliputi Sumatra,
Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.
4 Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan
Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Rich- ter mungkin terjadi. Wilayah ini meliputi pantai
barat Sumatra, Jawa bagian utara, dan Kalimantan bagian timur.
Sumber: Dokumen Penulis
Gambar 6.47 Dampak gempa berkekuatan 5,9 skala Richter di Yogyakarta.
Skala Richter SR diambil dari nama Dr. Charles Richter,
siapakah laki-laki ini? Temukan cerita tentangnya di:
a.
http:inventorsmuseum. comrichter.htm
b. http:www.seismo.unr.edu
ftppublouieclass100 magnitude.html
c. http:wwwneic.cr.usgs.
govneisgeneral handoutsrichter.html
101
Litosfer dan Pedosfer
5 Daerah Gempa Kecil
Gempa dengan kekuatan kurang dari 5 skala Richter jarang terjadi. Wilayah ini meliputi pantai timur Sumatra.
6 Daerah Stabil
Tidak ada catatan sejarah gempa di wilayah ini. Wilayah ini meliputi Kalimantan Tengah, Kalimantan bagian barat, serta
pantai selatan Papua.
Mencermati daerah aktivitas gempa tersebut dengan kenyataan di sepanjang tahun 2006, wilayah di barat, selatan, dan
timur Indonesia rawan terjadi gempa. Tercatat gempa paling merusak tahun 2006 terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa
Tengah. Selang beberapa waktu kemudian gempa dan tsunami terjadi di pantai selatan Jawa. Wilayah yang mengalami rusak
parah, yaitu Pantai Pangandaran. Nah, kamu bisa mengetahui kejadian-kejadian gempa di Indonesia yang lebih lengkap dengan
mengunjungi situs www.bmg.go.id.
Lusi Lumpur Sidoarjo Dipicu Gempa Yogya?
Antara gempa bumi di Yogyakarta–Jawa Tengah pada tanggal 27 Mei 2006 dengan munculnya lusi, ternyata secara logika ilmiah diduga kuat saling
berhubungan. Menurut Ir. Bambang Sutedjo NS MT, dosen geologi yang juga Kepala Museum Geologi UPN Veteran Yogyakarta, awal munculnya semburan
lumpur karena efek dari gempa yang bisa menimbulkan retakan-retakan. Diprediksikan endapan di bawah lumpur memang sudah terdapat embrio
retakan. Guncangan karena getaran gempa membuat retakan menjadi lebar lagi hingga membuat jalan bagi keluarnya lumpur.
Sebelum lumpur itu muncul, beberapa waktu setelah gempa Yogyakarta, di wilayah Sidoarjo keluar air bersih yang melimpah pada tanggal 28 Mei
pagi, ini membuat senang masyarakat setempat. Tetapi, di luar dugaan sore harinya keluar lumpur. Kapan lumpur itu berhenti? Semuanya tergantung
besar cadangan sumber lumpur di bawah tanah. Nah, kamu bisa mencari hubungan kedua fenomena tersebut dari berbagai sumber.
Disadur dari: Kedaulatan Rakyat, 18 September 2006
Analisis Gempa di Indonesia
Kali ini kamu akan diajak menganalisis beberapa kejadian gempa dan tsunami hebat di Indonesia. Di antaranya gempa dan tsunami di Aceh dan
gempa yang terjadi di Yogyakarta. Sebagai pedoman pengerjaannya, ikuti petunjuk-petunjuk berikut.
a. Tujuan : Melakukan analisis gempa dan tsunami yang terjadi di
Indonesia. b.
Alat dan Bahan: 1
Alat tulis 2
Informasi tentang gempa dan tsunami di berbagai media. Kamu bisa melacak semua
kejadian gempa di Indonesia dari waktu ke waktu melalui
situs www.bmg.go.id.
102
GEOGRAFI Kelas X
c. Langkah Kerja:
1 Pilihlah salah satu tema yang akan kamu analisis, gempa dan tsu-
nami di Aceh atau gempa di Yogyakarta. 2
Kumpulkan informasi dari berbagai media baik itu media cetak maupun elektronik.
3 Susunlah informasi yang kamu kumpulkan dalam bentuk laporan
atau karya tulis yang minimal berisi lokasi kejadian, faktor penyebab, korban, dampak terhadap kehidupan, dan upaya penanggulangan
pascagempa.
Nah, dari hasil karya tulismu tersebut, presentasikanlah hasilnya di depan kelas.
c. Dampak Gempa
Seperti bahasan kita sebelumnya bahwa gempa merupakan salah satu tenaga endogen yang memengaruhi bentuk muka Bumi.
Oleh karena itu, gempa berdampak langsung pada deformasi lapisan Bumi. Bentuk deformasi akan sangat tergantung pada arah
dan kekuatan tenaga endogen itu sendiri. Di permukaan Bumi dampak gempa juga dipengaruhi oleh kekuatan gempa itu sendiri.
Kerusakan berat timbul dari gempa berkekuatan tinggi. Banyak bangunan hancur, rata dengan tanah, korban pun banyak berjatuh-
an. Memang benar gempa tidak hanya memberikan dampak bagi lingkungan fisik, tetapi juga kehidupan sosial masyarakat. Cobalah
temukan dampak lain gempa terhadap kehidupan sosial.
Oleh karena dahsyatnya dampak yang diakibatkan oleh gempa, maka kejadian gempa digolongkan sebagai salah satu
bencana yang harus diwaspadai karena dapat juga menyebabkan tsunami. Ya, gempa menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
tsunami. Akan tetapi, tidak semua gempa menyebabkan tsunami. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan tsunami, antara lain
gempa berkekuatan besar lebih besar 6 SR, pusat gempa berada di dasar laut dengan pusat gempa yang dangkal, dan adanya
dislokasi kerak Bumi bawah laut. Gerakan vertikal pada kerak Bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang ada di atasnya. Pada akhirnya menyebabkan terjadinya aliran energi air
laut, yang ketika sampai di pantai akan menjadi gelombang besar yang disebut tsunami.
Sumber: www.wikipedia.org
Gambar 6.48 Skema terjadinya tsu- nami.
Peduli Gempa
Setelah beberapa waktu tragedi gempa dahsyat dan tsunami di Aceh Desember 2004 berlalu, serangkaian gempa dan tsunami terjadi lagi di tanah
air. Terakhir gempa dan tsunami tanpa diduga terjadi di selatan Pulau Jawa dan beberapa wilayah di tanah air yang menelan korban jiwa dan harta.
Bisakah gempa dan tsunami diramal? Hingga saat ini para ahli masih sulit meramalkan adanya gempa dan tsunami. Kalaupun bisa, rentang waktu tidak
jauh dengan terjadinya gempa. Sehingga sangat sulit untuk mengabarkan Temukanlah berbagai dampak
gempa terhadap kehidupan sosial masyarakat