105
Litosfer dan Pedosfer
Pertama, pembekuan air di dalam batuan mampu merusak batuan. Air yang menyusup ke
dalam batuan, mengalami pembekuan. Akibat tekanan air yang membeku, batuan tersebut pecah.
Proses ini seperti yang terjadi ketika air laut menyusup dalam batu karang. Kristal garam yang
terbentuk di dalam batuan mampu menghancurkan batuan.
Kedua, ketika terjadi perbedaan temperatur yang mengakibatkan batuan mengembang saat suhu
tinggi, dan mengerut saat suhu rendah. Apabila hal ini terjadi terus-menerus akan menyebabkan
permukaan batuan retak kemudian pecah.
Ketiga, curah hujan yang tinggi disertai dengan intensitas sinar matahari yang tinggi secara bergantian, membuat batuan
mengerut dan mengembang hingga akhirnya terlapuk.
2 Pelapukan Kimia
Pelapukan ini merupakan pelapukan dengan proses yang lebih kompleks karena disertai dengan penambahan maupun
pengurangan unsur kimia pada batuan. Sehingga komposisi- nya tidak lagi seperti batuan asal. Peristiwa seperti pelarutan
batuan oleh air, oksidasi, dan hidrolisis mengakibatkan terjadinya pelapukan secara kimiawi.
Bentuk kenampakan alam hasil pelapukan kimia salah satunya terlihat jelas di wilayah karst. Gua, uvala, dolina,
dan aliran sungai bawah tanah misalnya, terjadi karena pelarutan tanah kapur melalui retakan-retakan diaklas.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 194
Gambar 6.49 Hasil pelapukan mekanik.
Sumber: Geography Essentials, halaman 55
Gambar 6.50 Proses pelapukan batuan.
106
GEOGRAFI Kelas X
Retakan akan semakin membesar dan bisa mem- bentuk gua atau lubang-lubang. Jika lubang-lubang
saling berhubungan maka sungai bawah tanah bisa terbentuk. Kenampakan yang lain seperti adanya
stalakmit, stalagtit, dan danau yang dikenal dengan dolina. Nah, temukanlah kenampakan alam
lainnya di kawasan karst yang terbentuk karena pelapukan kimia.
3 Pelapukan BiologisOrganik
Pelapukan ini terjadi dengan bantuan tumbuhan, hewan, dan manusia. Pelapukan biologis bisa
dikatakan lanjutan dari kedua proses pelapukan sebelumnya. Jika lanjutan dari pelapukan fisik,
maka disebut biofisik. Apabila kelanjutan dari pelapukan kimia, maka disebut pelapukan biokimia. Nah,
kedua tipe pelapukan tersebut dapat kamu cermati pada tabel berikut.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 199
Gambar 6.51 Hasil pelapukan kimia karena adanya oksidasi pada batuan yang mengandung
besi.
Pelapukan Biofisik Pelapukan Biokimia
a. Pelapukan oleh akar tanaman. Akar tanaman yang menerobos ke dalam celah atau retak-
an batuan mengakibatkan batuan menjadi rapuh dan hancur.
a. Pelapukan oleh tanaman. Asam organik yang berasal dari tanaman mati dan akar
tanaman dapat membantu dekomposisi batuan. b. Pelapukan oleh binatang seperti cacing tanah dan unggas.
Binatang tersebut membantu memperlebar dan mengikis retakan batuan serta menyebabkan lapisan batuan di
bawah tanah terkorek dan melapuk. b. Pelapukan oleh binatang.
Kotoran dan asam organik dari binatang serta organisme dapat membantu pelapukan batuan secara kimiawi.
c. Pelapukan oleh kegiatan manusia. Pembukaan lahan untuk pertanian, pembangunan fisik,
dan kegiatan pertambangan adalah contoh tindakan manusia yang menyebabkan batuan di permukaan tanah
melapuk. c. Pelapukan oleh kegiatan manusia.
Industrialisasi mengakibatkan polusi udara yang pada akhirnya dapat menyebabkan pelapukan kimiawi. Contoh:
hujan asam disebabkan dari pembakaran bahan bakar fosil oleh industri. Gas SO
2
dan NO hasil dari pembakaran bahan bakar fosil dapat larut dalam air hujan. Pelarutan ini
menimbulkan hujan asam yang menyebabkan pelapukan kimia.
b. Pengikisan
Salah satu proses pengubahan muka Bumi secara alami adalah melalui pengikisan. Pada proses ini massa tanah atau batuan di-
uraikan dan dipindahkan. Apa sajakah kenampakan alam yang diukir oleh proses ini?
Mari kita cermati satu per satu. 1 Akibat Pengikisan oleh Air Sungai
Air yang mengalir selalu ada kontak dengan media yang dialirinya. Bentuk kontak yang dihasilkan sangat tergantung
pada kekuatan air dan kekuatan media yang dilaluinya. Air mengalir dengan tenang hanya akan menimbulkan tingkat
pengikisan yang rendah. Di saat air sungai mengalir maka akan ada kontak dengan tebing dan pinggir sungai. Keduanya
akan menghasilkan dua tipe pengikisan yang berbeda. Gesek- an dengan tebing sungai akan menimbulkan erosi horizontal.
Sebaliknya, gesekan dengan dasar sungai mengakibatkan erosi vertikal. Coba temukan di mana kedua tipe erosi tersebut
berlangsung. Lebih lanjut pengikisan oleh air sungai ini akan menghasilkan beberapa kenampakan sebagai berikut.
107
Litosfer dan Pedosfer
a Lembah Kenampakan alam ini terbentuk dari erosi dasar sungai
erosi vertikal. Dalam waktu yang lama, erosi vertikal akan menggerus dasar sungai hingga makin dalam.
Akibatnya, terbentuk lembah dengan berbagai bentuk. Lembah dengan lereng curam menyerupai huruf V
mengindikasikan tenaga pengikisannya adalah aliran air yang deras. Bentang alam seperti ini banyak sekali
terdapat di hulu sungai.
b Jurang Proses terbentuknya jurang pada dasarnya mirip dengan
terbentuknya lembah. Hanya saja pada lembah materi tebing sungai kurang resisten dibandingkan pada jurang.
Tingkat resistensi tebing sungai pada jurang yang lebih, mengakibatkan sulit terkikis. Akibatnya akan terbentuk
dinding sungai yang vertikal dan dasar sungai yang dalam.
c Potholes
Potholes adalah lubang-lubang di dasar sungai. Photoles mempunyai berbagai ukuran diameter. Kenampakan ini
dibentuk oleh sejenis pusaran di dasar sungai yang di dalamnya terkandung batu-batu kerikil. Lama-kelamaan
potholes akan bertambah lebar dan menyatu dengan potholes lainnya, hingga dasar sungai bisa menjadi dalam.
d Aliran Deras Rapid Pada satu aliran sungai bisa saja terdapat perbedaan ma-
terial dasar sungai. Selang-seling antara jenis batuan yang resisten dan tidak resisten menimbulkan kenampakan
aliran deras. Ketika air melewati batuan yang resisten, tingkat pengikisannya akan rendah, akibatnya dasar
sungai tidak rata. Saat air melintasi batuan yang tidak resisten akan terjadi turbulensi hingga terbentuk
menyerupai air terjun yang pendek.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 224
Gambar 6.52 Proses pembentukan potholes.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 224
Gambar 6.53 Potholes
108
GEOGRAFI Kelas X
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 225
Gambar 6.54 Proses pembentukan aliran deras.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 225
Gambar 6.55 Aliran deras
e Air Terjun
Proses terjadinya air terjun hampir sama dengan ter- jadinya aliran deras. Menurutmu apakah perbedaannya?
Cermati gambar-gambar berikut.
Air terjun terbentuk ketika aliran air jatuh dari tempat yang tinggi. Air yang jatuh akan menggerus dasar sungai
hingga terbentuk cekungan menyerupai kolam. Air terjun dapat juga terjadi karena adanya patahan yang di atasnya
terdapat aliran sungai.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 228
Gambar 6.57 Air terjun karena patahan.
Sumber: Understanding Geography 3, halaman 227
Gambar 6.56 Proses terjadinya air terjun.
109
Litosfer dan Pedosfer
f Gorges
Gorges berasal dari bahasa Prancis yang berarti leher atau kerongkongan. Gorges dibentuk ketika terjadi erosi vertikal
secara terus-menerus pada batuan sungai yang bersifat resistan. Saat erosi tidak aktif lagi, sisi dari lembah tinggal
lereng curam.
g Kanyon
Kanyon merupakan lembah yang luas sebagai akibat proses pengikisan oleh air dalam waktu yang sangat lama. Bentuk
kanyon ini sangat jelas terlihat pada aliran Sungai Colorado Amerika Serikat yang terkenal dengan nama
Grand Canyon.
2 Akibat Pengikisan oleh Tenaga Gelombang Abrasi