Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

diketahui asal usulnya anak yang dibuang orangtuanya; 3 anak yang mengalami masalah dalam cara pengasuhan seperti anak yang mengalami tindakan kekerasan baik secara fisik, sosial maupun psikologis, anak yang mengalami eksploitasi ekonomi dan seksual serta anak yang diperdagangkan; 4 dan anak yang kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi seperti anak yang kurang gizi dan anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah kemiskinan. 2 KPAI juga berpandangan bahwa akar persoalan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka terpuruk menjadi kelompok tersingkir dan termarjinalisasi. Dan yang terpenting tidak mengkriminalisasi anak karena sesungguhnya mereka adalah korban dari tindakan orang dewasa. 3 Jika hal ini dibiarkan begitu saja maka masalah ini dapat mengancam masa depan bangsa ini. Anak-anak terlantar yang tidak mendapatkan perawatan sebagaimana seharusnya tersebut akan rentan menjadi anak-anak yang memiliki disfungsi sosial atau bahkan tidak memiliki masa depan jika tidak segera ditangani dengan baik. Anak-anak tersebut harus mendapatkan penanganan sehingga dapat tumbuh berkembang seperti layaknya anak normal yang diasuh oleh orangtua mereka sendiri. Anak terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang termasuk kategori anak rawan atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus. Anak terlantar adalah anak yang suatu sebab tidak dapat terpenuhi kebutuhan 2 Chatarina Rusmiyati,”Jurnal Kesejahteraan Sosial: Wujud Panti Asuhan Hidayatullah dalam penanganan masalah anak terlantar,” no. 3 Juni 2008 h. 46-54. 3 http:www.rakyatmerdeka.co.idnews2010032290009Gila.-Jumlah-Anak-Terlantar- 17-juta, Artikel diakses pada tanggal 14 April 2014 dasarnya dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Seorang anak dikatakan terlantar, bukan sekedar karena ia sudah tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orangtuanya. Tetapi, terlantar disini juga dalam pengertian ketika hak-hak anak untuk tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai, tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian orang tua, ketidakmampuan atau kesengajaan. 4 Sering kita lihat anak-anak terlantar berada di jalanan. Mereka memilih jalanan dan tempat–tempat umum lainnya sebagai alternatif pelarian untuk mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada. Banyak pekerjaan yang bisa mereka lakukan seperti mengamen, meminta-minta, menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan,dll. Hidup dijalanan membuat mereka merasa nyaman tanpa mereka memikirkan suatu hal negatif yang bisa saja hadir di dalam diri mereka saat mereka hidup di jalanan. Padahal seusia mereka merupakan masa yang paling rawan, mereka mudah terpengaruh oleh hal-hal yang bagi mereka dipandang menarik walaupun sebenarnya hal itu tidak baik buat mereka. 5 Hal inilah yang kadang membuat anak terlantar sering hidup dan berkembang di bawah tekanan dari stigma atau cap sebagai pengganggu ketertiban. Sangat sedikit yang berpihak kepada anak-anak tersebut. Sementara dengan memberikan belas kasihan juga bukan merupakan solusi yang tepat, karena anak-anak tersebut bukan anak-anak yang perlu 4 Bagong suyanto, Masalah Sosial Anak Jakarta: Kencana, 2010, h. 212 5 Hanafi Dahlan, Dinamika Anak Terlantar Yogyakarta: B2P3KS PRESS,2008, h.54 dibelaskasihani. Tetapi yang diperlukan adalah sebagaimana kebutuhan anak- anak pada umumnya, yaitu perlindungan, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dengan segala keterbatasan dan himpitan hidup, anak- anak tersebut tetap maju. Mereka memiliki daya juang dan daya tahan yang tinggi dalam mengatasi kesukaran. Dengan demikian, yang dibutuhkan dalam hal ini bukan belas kasihan; tetapi lebih kepada pengakuan, penerimaan, dan dukungan moral dalam menjalani kehidupan. Namun saat ini banyak juga anak-anak terlantar yang hidup di jalanan tidak melulu hanya memikirkan bagaimana dia bisa hidup selama tinggal di jalanan. Tetapi mereka juga sud ah mulai membuktikan ke masyarakat luas bahwa mereka juga mempunyai potensi, bakat, minat dan kemampuan yang bisa dikembangkan dan ditunjukkan ke khalayak. Banyak anak terlantar yang sudah mulai memikirkan bahwa pendidikan itu penting, mereka sudah mempunyai keinginan untuk bisa melanjutkan sekolah mereka yang sempat terhenti karena mereka sudah mulai memikirkan bahwa ternyata pendidikan itu penting untuk mereka di masa depan nanti. Dengan begitu agar tumbuh kembang anak-anak terlantar ini tidak terhambat dan dapat berkembang secara wajar, maka orangtua, masyarakat, dan pemerintahan harus mampu memberikan pelayanan sosial yang terbaik bagi anak-anak ini. Pelayanan kesejahteraan sosial merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung dan terorganisasi, terutama bertujuan untuk membantu individu atau kelompok dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai saling penyesuaian. Perihal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pelayanan sosial mengarah pada tercapainya kondisi sosial individu atau kelompok agar memiliki perasaan harga diri dan kepercayaan diri, sehingga mampu menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya pelayanan sosial merupakan program kegiatan yang memberikan jasa kepada orang perorang untuk membantu dalam mewujudkan tujuan serta menyelesaikan berbagai masalah mereka, dan bukan untuk kepentingan orang- orang yang memberi pelayanan sosial tersebut. Pernyataan ini ditegaskan dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan berkewajiban untuk sebanyak mungkin ikut serta dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. 6 Menurut UUD 1945, Dalam Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 juga disebutkan bahwa “fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. 7 Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh Negara, tetapi pada kenyataannya yang ada di lapangan bahwa tidak semua orang miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara. Mengenai anak terlantar berbagai upaya untuk menangani masalah anak terlantar telah dilakukan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, lembaga keagamaan bahkan personal. Lembaga sosial merupakan suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, yang berfungsi sebagai sarana untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial. Salah satu kegiatannya adalah pelayanan sosial terhadap anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak. Pelayanan 6 Warto,dkk., Efektivitas Program Pelayanan Sosial DI Panti dan Non Panti Yogyakarta: B2P3KS Press, 2009, h. 9 7 www.kemenkumham.go.id, Undang-Undang Republik Indonesia tahun 1945, Bab XIV Kesejahteraan Sosial diakses pada tanggal 14 April 2014 kesejahteraan sosial anak terlantar melalui model Panti Sosial Asuhan Anak mengacu pada Undang-undang Nomor 6 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kesejahteraan Sosial yang menyatakan bahwa usaha kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab bersama yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta, masyarakat maupun perorangan. Dalam konteks di atas, Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan di bawah naungan Dinas Sosial Republik Indonesia mempunyai kepedulian terhadap pembinaan anak dan pelayanan kesejahteraan sosial. Penanganan masalah anak merupakan masalah yang harus dihadapi oleh semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang yang berada dekat anak tersebut harus dapat membantu pertumbuhan anak dengan baik. Upaya tersebut dilakukan agar anak terlantar dapat terpenuhi hak- haknya, seperti memperoleh penghidupan layak, memperoleh pendidikan dan kesehatan, memperoleh kasih sayang, dan mendapatkan perlindungan sehingga anak-anak yang terlantar tersebut mendapatkan wadah yang menampung mereka untuk mempersiapkan masa depannya. Sehingga mereka dapat membekali dirinya terutama melalui pengetahuan dan keterampilan sehingga kelak mereka dapat mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Sesuai dengan pasal 2, ayat 3 dan ayat 4, Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1979, tentang Kesejahteraan Anak berbunyi sebagai berikut: “Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan. Anak berhak atas perlindungan- perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar”. 8 Sementara itu ayat suci Al- Qur’an dalam surat An-Nissa ayat 9 menegaskan bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka dalam keadaan lemah, Allah berfirman sebagai berikut : Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan nya, Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. Q.S. An-Nissa: 9 Dengan adanya Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet ini diharapkan anak-anak tersebut dapat meningkatkan taraf hidup kesejahteraan sosial mereka baik yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yang ditelantarkan oleh orangtua, ataupun anak yang dititipkan oleh orangtua mereka agar menjadi anak bangsa yang konstruktif dan bermartabat sejalan dengan potensi yang dimilikinya untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih berkualitas. Berkaitan dengan hal diatas peneliti menyajikan penelitian yang berjudul: “Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan” 8 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak Jakarta: Akademika Pressindo, 1983, h.17

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya pembahasan yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis teliti, untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini, karena peneliti menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti. Pembatasan masalah dilakukan agar pengkajian dalam penelitian ini tidak terlampau jauh sehingga menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang akan disimpulkan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet. Pelayanan kesejahteraan sosial yang meliputi tahapan pelayanan kesejahteraan sosial seperti tahapan engagement, assesment, planning, intervensi, dan terminasi serta bentuk pelayanan yang meliputi pelayanan pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan, pelayanan konseling, pelayanan pendidikan, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan rekreasi dan hiburan, pelayanan transportasi, pelayanan kesehatan, dan pelayanan tabungan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan pada latar belakang di atas, maka pertanyaan mendasar dalam Pelayanan Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet Jakarta Selatan yang ingin dijawab dan dituangkan dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimana tahapan pelayanan yang diberikan Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 terhadap anak terlantar ? 2. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial untuk anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tahapan pelayanan yang diberikan oleh Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 terhadap anak terlantar. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial yang didapatkan anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelayanan kesejahteraan sosial anak terlantar yang dilakukan oleh Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03.

b. Manfaat Praktis 1

Memberikan masukan saran untuk para praktisi di lembaga pelayanan kesejahteraan anak dan remaja, khususnya anak-anak terlantar dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan anak terlantar. 2 Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengaan permasalahan penanganan terhadap anak-anak terlantar.

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi gabungan, analisis bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. 9 Tujuan penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian yang bersifat naturalis karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, merupakan satu kesatuan yang terbentuk secara timbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan melibatkan nilai-nilai. 10 Dalam tradisi penelitian kualitatif proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana dengan apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena penelitian kualitatif melampaui berbagai tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan 9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta,2010, h.1 10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2007, Cet.ke-23, h.29