Jadi kan kalau misalnya dia punya keahlian dan bisa hidup mandiri. Jadi diluar nanti tidak bisa ngapa-ngapain jadi dipandang sebelah
mata.”
58
Dalam bimbingan lanjut ini juga terdapat pembinaan dalam rangka kelangsungan kerja eks WBS. Setiap WBS yang sudah bekerja di tempat
yang pihak panti beri rujukan, pihak panti tetap memberikan bimbingan dan memantau bagaimana kinerja anak tersebut selama bekerja di tempat itu.
“iya jadi maksudnya yang sudah kerja kami pantau. Jadi tetap masih dalam pemantauan panti. Kan biasanya pas kerja kita pantau supaya
tau jangan sampai malas. Kita lihat bener ngga anak tersebut kerja disini., bagaimana cara kerjanya dia, apakah bagus atau masih harus
banyak belajar lagi. Kita juga nanyanya ke bos nya dia ya mba. Kalau misal memang masih banyak kekurangan dari dia, ya kami minta
untuk agar dibimbing anaknya supaya bisa kerja lebih baik lagi”
59
58
Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
59
Wawancara pribadi dengan Reni Kuat Tiah Jakarta, 11 Agustus 2014.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Di Panti Sosial Asuhan Anak PSAA Putra Utama 03 Tebet dibina anak terlantar yang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial dari tahapan
engagement, assessment,
planning, implementation,
evaluation, termination, sampai pada tahapan follow-up. Dari tahapan-tahapan yang
diberikan tersebut, pekerja sosial membimbing klien melalui metode case work dan group work.
Dalam metode case work , pada tahapan-tahapan ini sudah berjalan dengan baik, pekerja sosial menjalani setiap tahapan dengan memberikan
penanganan yang bersifat individualis terhadap klien sendiri. Proses pelaksanaannya sebagai berikut:
Tahapan Proses Pelaksanaan yang dilakukan Pekerja Sosial
Engagement Pekerja sosial mulai menciptakan komunikasi dengan klien
agar timbul suatu relasi yang baik. Assessment
1. Pekerja sosial mulai mengidentifikasi permasalahan klien dengan melihat dari aspek mikro, mezzo dan
makro, 2. Pekerja sosial bisa mendapatkan informasi dari ketiga
aspek tersebut
untuk melihat
kebutuhan dan
kemampuan yang
dimiliki klien
sehingga mempermudahkan pekerja sosial untuk membuat
rencana pemecahan masalah. Planning
1. Pekerja sosial mulai bekerja dengan klien untuk sama- sama memikirkan mengatasi permasalahannya,
2. Pekerja sosial memprioritaskan masalah yang akan dijadikan kebutuhan untuk proses pertolongan,
3. setelah itu dalam tahapan ini pekerja sosial juga mengintervensi kebutuhan klien dari aspek mikro,
mezzo, dan makro