4. Analisis Kemampuan Siswa Menggunakan LKS
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa persentase terendah pada tahapan Berhipotesis sebesar 75 terdapat pada LKS I yaitu LKS perambatan cahaya. Hal
ini disebabkan pemahaman awal siswa tentang materi rambatan cahaya sangat kurang, ini dibuktikan adanya ketidaksesuaian antara hipotesis siswa terhadap
masalah dengan konsep yang ada. Persentase terendah pada tahapan melakukan percobaan sebesar 75 terdapat pada LKS V yaitu pembiasan pada lensa. Hal ini
disebabkan data yang diperoleh pada hasil eksperimen tidak tepat dan tidak sesuai, ini diakibatkan salah pengukuran yang dilakukan oleh siswa. sedangkan
persentase tertinggi pada tahapan melakukan percobaan terdapat pada LKS I yaitu LKS perambatan cahaya sebesar 100. Hal ini dikarenakan penyelesaian yang
dilakukan siswa melalui kegiatan eksperimen semuanya sudah sesuai dengan konsep. Persentase tertinggi tahapan mengkomunikasikan hasil percobaan
terdapat pada LKS II yaitu pemantulan cahaya sebesar 91,67. Hal ini disebabkan jawaban siswa terhadap pertanyaan yang berdasarkan hasil percobaan
sudah sesuai dengan konsep. Ini membuktikan bahwa siswa sudah memahami konsep pemantulan cahaya. Persentase rata-rata tertinggi terdapat pada tahapan
memahami masalah sebesar 85 pada kategori sangat kuat.
5. Analisis Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika
Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketertarikan siswa untuk mempelajari konsep fisika sebesar 82,3 dan persentase siswa senang belajar
fisika sebesar 70,6. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa merasa tertarik dan senang untuk mempelajari fisika dan akan mempelajari fisika lebih
lanjut pada konsep yang lain setelah belajar dengan menggunakan LKS berbasis inkuiri terstuktur. Namun siswa yang tidak tertarik mempelajari konsep fisika dan
tidak senang belajar fisika beranggapan bahwa fisika itu merupakan pelajaran yang sulit dan susah dipelajari. Persentase kepercayaan diri siswa bahwa nilai
.pelajaran fisika di raport akan meningkat sebesar 64,7. Persentase ini merupakan persentase paling rendah karena siswa merasa kurang percaya diri
bahwa nilai pelajaran fisika di raport akan meningkat disebabkan siswa
memperoleh nilai kecil pada ujian formatif bab sebelumnya yaitu bab bunyi. Namun siswa yang memberikan tanggapan positif pada indikator ini optimis nilai
yang diperoleh akan meningkat setelah belajar cahaya menggunakan LKS berbasis inkuiri terstuktur. Ketertarikan siswa akan masuk jurusan IPA di SMA
dan akan mempelajari fisika lebih lanjut sebesar 76,5. berarti sebagian siswa sangat tertarik untuk masuk jurusan IPA dan ingin mempelajari konsep fisika
lebih lanjut jika di SMA nanti. Berdasarkan data nilai rata-rata tanggapan positif indikator outcome sebesar 73,52 berada pada kategori kuat.
6. Analisis Penilaian Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstuktur
Berdasarkan hasil penilaian oleh delapan guru IPA yang berasal dari sekolah SMP dan Mts di Tangerang Selatan terhadap LKS berbasis inkuiri
terstuktur diperoleh persentase rata-rata keseluruhan sebesar 83,84 termasuk dalam kategori baik sekali. Artinya penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri
terstuktur sangat baik dan LKS layak untuk diuji cobakan kepada siswa. penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terstuktur menggunakan lembar penilaian
yang terdiri dari tiga aspek yaitu daktik, konstruksi, dan teknis. Berdasarkan hasil penilaian persentse tertinggi terdapat pada aspek teknis sebesar 86,87. Menurut
delapan guru IPA hal ini dikarenakan LKS berbasis inkuiri terstuktur telah memenuhi semua syarat teknis yaitu tulisan di dalam LKS menggunakan huruf
cetak, tulisan di dalam LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, kombinasi antara gambar dan
tulisan di dalam LKS sangat menarik, dan gambar yang terdapat di dalam LKS dapat menyampaikan pesan.
81
Berdasarkan hasil penilaian delapan guru IPA terhadap LKS berbasis inkuiri terstuktur bahwa persentase pada aspek konstruksi sebesar 83,84.
Persentase pada aspek konstruksi merupakan aspek terendah dibandingkan dengan aspek didaktik, dan teknis. Walaupun terendah namun aspek konstruksi masih
termasuk dalam kategori baik sekali. Berdasarkan nilai persentase pada aspek
81
Endang widjajanti, op.cit, h. 4-5