memperoleh nilai kecil pada ujian formatif bab sebelumnya yaitu bab bunyi. Namun siswa yang memberikan tanggapan positif pada indikator ini optimis nilai
yang diperoleh akan meningkat setelah belajar cahaya menggunakan LKS berbasis inkuiri terstuktur. Ketertarikan siswa akan masuk jurusan IPA di SMA
dan akan mempelajari fisika lebih lanjut sebesar 76,5. berarti sebagian siswa sangat tertarik untuk masuk jurusan IPA dan ingin mempelajari konsep fisika
lebih lanjut jika di SMA nanti. Berdasarkan data nilai rata-rata tanggapan positif indikator outcome sebesar 73,52 berada pada kategori kuat.
6. Analisis Penilaian Guru Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terstuktur
Berdasarkan hasil penilaian oleh delapan guru IPA yang berasal dari sekolah SMP dan Mts di Tangerang Selatan terhadap LKS berbasis inkuiri
terstuktur diperoleh persentase rata-rata keseluruhan sebesar 83,84 termasuk dalam kategori baik sekali. Artinya penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri
terstuktur sangat baik dan LKS layak untuk diuji cobakan kepada siswa. penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terstuktur menggunakan lembar penilaian
yang terdiri dari tiga aspek yaitu daktik, konstruksi, dan teknis. Berdasarkan hasil penilaian persentse tertinggi terdapat pada aspek teknis sebesar 86,87. Menurut
delapan guru IPA hal ini dikarenakan LKS berbasis inkuiri terstuktur telah memenuhi semua syarat teknis yaitu tulisan di dalam LKS menggunakan huruf
cetak, tulisan di dalam LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, kombinasi antara gambar dan
tulisan di dalam LKS sangat menarik, dan gambar yang terdapat di dalam LKS dapat menyampaikan pesan.
81
Berdasarkan hasil penilaian delapan guru IPA terhadap LKS berbasis inkuiri terstuktur bahwa persentase pada aspek konstruksi sebesar 83,84.
Persentase pada aspek konstruksi merupakan aspek terendah dibandingkan dengan aspek didaktik, dan teknis. Walaupun terendah namun aspek konstruksi masih
termasuk dalam kategori baik sekali. Berdasarkan nilai persentase pada aspek
81
Endang widjajanti, op.cit, h. 4-5