Data tes 8 9, 10 Data Non Test

5 Lembar Respon Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika Lembar respon siswa bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap mata pelajaran fisika setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri terstruktur. Lembar respon siswa terhadap mata pelajaran fisika terdapat pada lampiran halaman 173.

2. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa 25 soal pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar fisika siswa pada konsep Cahaya dengan empat alternatif jawaban a,b,c, dan d. Untuk mengukur kualitas instrumen, maka diperlukan kalibrasi instrumen yang meliputi:

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. 66 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Validitas tes yang digunakan adalah validitas butir soal dengan cara membandingkan skor siswa untuk tiap butir soal dengan skor total. Perhitungan validitas butir soal dengan korelasi point biserial γ pbi sebagai berikut: 67 q p S M M t t p pbi    Keterangan: γ pbi : Koefisien korelasi biserial M p : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya M t : Rerata skor total S t : Standar deviasi dari skor total p : Proporsi siswa yang menjawab benar q : Proporsi siswa yang menjawab salah q = 1- p Adapun kriteria penafsiran indeks validitasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: 66 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 168 67 Ibid, h. 79 Tabel 3.4 Kriteria Validitas Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada lampiran B halaman 148. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, diperoleh 26 soal yang valid dari 40 soal yang uji cobakan. Berdasarkan kesepakatan peneliti dengan dosen pembimbing, hanya 25 soal yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini ditunjukan pada Tabel 3.5 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen No Indikator Aspek yang diukur Jumlah C 1 C 2 C 3 1 Merancang dan melakukan percobaan menunjukkan perambatan cahaya. 1, 2 3,4,5 - 5 2 Menjelaskan hukum pemantulan cahaya yang diperoleh berdasarkan percobaan. 6

7, 8 9, 10

11, 12 7

3 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat bayangan pada cermin datar, cekung, dan cembung. 13 14, 15, 16 17, 18, 19 20,21,22 23, 24 12 4 Menyimpulkan hukum pembiasan yang diperoleh melalui percobaan. 25 26 27, 28 29, 30 31 7 5 Mendeskripsikan proses pembentukan dan sifat bayangan pada lensa cekung dan cembung. 32 33 34 35 36 37,38 39, 40 9 Jumlah 7 16 10 40 Ket: = Instrumen yang valid Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi 0,600 – 0,800 Tinggi 0,400 – 0,600 Cukup 0,200 – 0,400 Rendah 0,000 – 0,200 Sangat Rendah

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah keajegan atau konsistensi dari serangkaian pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek pada situasi yang berbeda. artinya skor yang di peroleh subjek yang sama ketika diuji dalam tes tidak berubah-ubah walaupun di teskan dalam kondisi yang berbeda-beda. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen yang berbentuk pilihan ganda maka digunakan rumus K-R 20, berikut rumus yang dimaksud: 68 Keterangan: R 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan V t = Varians total p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah q = 1- p Ʃpq = jumlah hasil perkalian p dan q Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat dari kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada Tabel 3.6 berikut ini: 69 Tabel 3.6 Interpretasi Kriteria Realibilitas Instrumen 68 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h. 188 69 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011, cetakan ke-10, h.196. Koefisien korelasi Kriteria Reliabilitas 1,00 Sempurna 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 - 0,70 Sedang 0,21 – 0,40 Rendah 0,20 Kecil Berdasarkan perhitungan pada lampiran halaman 136-138 diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0.86. nilai ini termasuk kategori tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

c. Taraf Kesukaran

Analisis taraf kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dalam suatu instrumen, apakah soal tergolong mudah, sedang, atau sukar. Taraf kesukaran adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Taraf kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan: 70 Keterangan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js = jumlah seluruh peserta tes Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan Tabel 3.7 berikut ini: 71 Tabel 3.7 Klasifikasi Taraf Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah Kriteria tingkat kesukaran butir soal berdasarkan hasil analisis pada 40 soal yang ujicobakan terdapat pada Tabel 3.8 berikut ini: Tabel 3.8 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Kriteria Nomor Soal Jumlah Mudah 4, 11, 12, 16, 17, 22, 25, 28, 37 9 Sedang 1, 2, 3, 7, 8, 9, 10, 18, 30, 33, 34, 38. 12 70 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, cet ke 8, h. 208 71 ibid, h. 210 Sukar 5, 6, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 23, 24, 26, 27, 29, 31, 32, 35, 36, 39, 40. 19 Berdasarkan Tabel 3.8 sesuai perhitungan tingkat kesukaran butir soal pada lampiran halaman 146-147, diketahui bahwa terdapat 9 soal mudah, 12 soal sedang, dan 19 soal sukar .

d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. 72 Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal pilihan ganda yaitu: 73 B B A A J B J B D   Keterangan: D : Daya Pembeda B A : Jumlah kelompok atas yang menjawab benar B B : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar J A : Jumlah peserta kelompok atas J B : Jumlah peserta kelompok bawah : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Adapun kriteria untuk daya pembeda soal terdapat pada Tabel 3.9 adalah sebagai berikut: 74 72 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, cet ke 8, h. 211 73 Ibid, h. 213 74 Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan Praktik, jakarta: Rineka Cipta, 2010 cet-14, h. 218 Tabel 3.9 Interpretasi Daya Pembeda Soal Indeks Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Negatif Sangat Buruk, sebaiknya dibuang saja 0,00 – 0,20 Buruk 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0,70 – 1,00 Sangat Baik Kriteria daya pembeda berdasarkan hasil analisis pada 40 soal yang diujicobakan terdapat pada Tabel 3.10 adalah sebagai berikut: Tabel 3.10 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal Kriteria Nomor Soal Jumlah Sangat Buruk 21 1 Jelek 4, 5, 6, 13,14, 15, 19, 20, 27, 29, 38, 39, 40 13 Cukup 1, 9, 11, 31, 33, 35, 36 7 Baik 2, 3, 7, 8, 10, 12, 16, 18, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 32, 34, 37, 17 Baik Sekali 17, 30 2 Jumlah 40 Berdasarkan Tabel 3.10, diketahui bahwa terdapat 1 soal yang memiliki daya pembeda sangat buruk, 13 soal dalam kategori jelek, 7 soal dalam kategori cukup, 17 soal dalam kategori baik, dan 2 soal dalam kategori baik sekali. H Teknik Analisis Data Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif evaluatif dengan tujuan untuk mengidentifikasi penggunaan LKS berbasis inkuiri terstuktur. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah implementasi LKS berbasis pendekatan inkuiri terstuktur diuji dengan N-Gain. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data Non Test

Data non test dianalisis secara deskriptif dengan perhitungan persentase sebagai berikut: Kriteria penafsiran skor dapat di interpretasikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut: Tabel 3.11 Interpretasi Skor Rentang Skor Kategori Sangat Lemah 21 – 40 Lemah 41 – 60 Cukup 61 – 80 Kuat 81 – 100 Sangat Kuat

2. Data Test

Data test dianalisis menggunakan N-gain untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa minimal 75 siswa mencapai nilai ketuntasan minimal KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≥ 70 dan nilai N-gain siswa berkategori tinggi. 75 a. Uji Normalitas Data hasil belajar berupa pretest dan posttest sebelum dilakukan uji N- gain terlebih dahulu dilakukan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sampel yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square, yaitu: 76 75 Sug iono dan Zulhelmi, “Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kreatif Model Instruksional DDFK Problem Solving Dengan Teknik Nominal Group Di Kelas XI IPA1 MAN 2 MODEL PEKANBARU, Jurnal Geliga Sains 3, 2009, h.27 76 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2006. H.71      i i E E O X 2 1 2 Keterangan: hitung 2  : Harga chi kuadrat yang diperoleh dari hasil perhitungan i O : Frekuensi observasi atau hasil pengamatan i E : Frekuensi harap ekspektasi Setelah itu dibandingkan antara harga hitung 2  dengan tabel 2  dengan kriteria pengujian sebagai berikut : 1 Jika harga  2 hitung  2 tabel , maka data berdistribusi normal. 2 Jika harga  2 hitung  2 tabel , maka data berdistribusi tidak normal. b. Uji N-Gain Uji N-Gain digunakan untuk melihat peningkatan pretest ke posttest sekaligus untuk mengukur indikator input. Nilai N-Gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 77 Dengan kategori perolehan sebagai berikut: Tabel 3.11 Kategori N-Gain Nilai N-Gain Kategori g 0,7 Tinggi Sedang g 0,3 Rendah 77 Ibid, H.71 47

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A Hasil Penelitian

1. Lembar Judgment Expert

Lembar judgment expert, yaitu lembar penilaian oleh ahli tentang LKS berbasis inkuiri terstuktur. LKS berbasis inkuiri terstuktur dalam penelitian ini dinilai oleh dosen ahli yang berkompeten dalam bidang pendidikan. Aspek yang dinilai meliputi aspek didaktik, konstruksi, dan teknis, dengan alternatif jawaban ya atau tidak. Tabel 4.1 adalah hasil penilaian berupa perhitungan persentase pilihan jawaban ya atau tidak untuk setiap pertanyaan pada lembar judgment. Tabel 4.1 Persentase Tanggapan Lembar Judgment Expert No Aspek Persentase Alternatif Tanggapan Keterangan Positif Negatif 1 Didaktik 100 Sangat Kuat 2 Konstruksi 62,5 37,5 Kuat 3 Teknis 75 25 Kuat Rata-rata 79,2 31,25 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa persentase rata-rata tanggapan positif sebesar 79,2 dengan kategori baik sekali. Aspek didaktik memiliki persentase tanggapan positif di atas rata-rata sebesar 100. Sedangkan aspek konstruksi dan teknis memiliki persentase tanggapan positif di bawah rata-rata yaitu sebesar 62,5 dan 75. Walaupun persentasenya di bawah rata-rata tetapi masih termasuk dalam kategori baik.

2. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Penilaian aktivitas siswa dalam pembelajaran diukur berdasarkan lembar observasi pengamatan yang terdiri dari aspek persiapan eksperimen, pelaksanaan eksperimen, keterampilan diskusi dengan kelompok, penggunaan LKS, dan kegiatan akhir eksperimen. Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh observer berpedoman pada lembar observasi dengan memberikan penilaian yang sesuai dengan aspek yang diamati pada lembar observasi. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran No Aspek yang diobservasi Pertemuan Rata- rata Kategori I II III 1. Persiapan Eksperimen 91,67 91,67 100 94,5 Sangat Kuat 2. Pelaksanaan Eksperimen 83,3 83,3 91,67 86,09 Sangat Kuat 3. Keterampilan Diskusi dengan Kelompok 67 75 83,3 75 Kuat 4. Penggunaan LKS 83,3 91,67 91,67 88,9 Sangat Kuat 5. Kegiatan Akhir Eksperimen 83,3 91,67 91,67 88,9 Sangat Kuat Persentase rata-rata aspek 86,7 Sangat Kuat Persentase rata-rata 82 86,7 91,7 Kategori Sangat Kuat Sangat Kuat Sangat Kuat Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dan persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan di setiap pertemuannya. Persentase rata-rata siswa pada pertemuan pertama sebesar 82 , pertemuan kedua sebesar 86,7, dan pertemuan ketiga sebesar 91,7. Persentase rata-rata untuk aspek persiapan eksperimen sebesar 94,5, aspek pelaksanaan eksperimen sebesar 75, aspek keterampilan diskusi dengan kelompok sebesar 86,09, aspek penggunaan LKS sebesar 88,9, dan persentase untuk aspek kegiatan akhir eksperimen sebesar 88,9. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan LKS berbasis inkuiri terstuktur pada kategori sangat kuat.

3. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran bertujuan untuk mengetahui keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru yang menerapkan pembelajaran