Pemasaran Analisis Lingkungan Internal

79 bersifat musiman tersebut, menyebabkan Waroeng Cokelat memproduksi hanya berdasarkan pesanan. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki Waroeng Cokelat saat ini. Namun Waroeng Cokelat selalu memiliki persediaan bahan baku untuk produk cookies maupun praline. Pengendalian ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kerugian, mengingat produk Waroeng Cokelat tidak tahan lama dan tidak tahan terhadap panas.

6.2.2 Pemasaran

Menurut David 2004, pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa. Untuk mengenali kekuatan dan kelemahan pemasaran Waroeng Cokelat maka diuraikan melalui fungsi-fungsi pemasaran yaitu : a Analisis Pelanggan Analisis pelanggan ini berfungsi untuk mengevaluasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam pengumpulan informasi untuk mengenali keinginan pelanggan, maka dilibatkan peran pelanggan Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat memiliki beberapa pelanggan tetap yang berada di wilayah Bogor, Jakarta dan Bandung. Pelanggan ini berperan sebagai tenaga penyalur yang membeli produk dari Waroeng Cokelat dalam jumlah yang besar, kemudian menyalurkan kepada konsumen akhir. Tenaga penyalur untuk produk cookies , yaitu mayoritas merupakan pegawai kantor yang tidak memiliki waktu untuk membuat kue. Sedangkan untuk tenaga kerja produk praline, yaitu para pelajar atau mahasiswa dari sekolah dan perguruan tinggi di Kota Bogor dan Bandung. Berdasarkan hasil kuesioner, pelanggan Waroeng Cokelat dinilai memiliki loyalitas pada produk yang dihasilkan Waroeng Cokelat, baik produk cookies maupun praline. Kualitas produk, baik rasa dan harga yang terjangkau serta keramahan pelayanan dari pihak Waroeng Cokelat kepada pelanggan, menyebabakan para pelanggan setia akan produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat. Hal tersebut berdampak positif pada kontinuitas pemesanan yang dilakukan oleh para pelanggan akan produk yang ditawarkan Waroeng Cokelat. 80 Hubungan yang terjalin baik dengan para pelanggan menjadi kekuatan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. b Menjual Produk Kegiatan menjual produk merupakan aktivitas pemasaran, seperti promosi penjualan dan hubungan dengan pelanggan. Promosi penjualan yang dilakukan oleh Waroeng Cokelat dengan dua cara, yaitu aktif dan pasif. Kedua strategi pemasaran tersebut saat ini dipilih oleh Waroeng Cokelat disebabkan karena lokasi Waroeng Cokelat kurang strategis. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki Waroeng Cokelat. Pemasaran Waroeng Cokelat dengan cara aktif yaitu dengan mendekatkan diri pada pelanggan untuk mencari tenaga penjual distributor untuk memasarkan hasil produknya, baik cookies maupun praline. Namun saat hari raya Idul Fitri tahun 2008, Waroeng Cokelat mendapatkan penawaran dari Carefour Jakarta untuk memasarkan produk parsel Waroeng Cokelat. Parsel tersebut berupa cookies dan praline dengan bentuk ucapan Idul Fitri yang disajikan dengan warna-warna yang unik. Produk yang ditawarkan unik dan beragam merupakan kekuatan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Pada Natal tahun 2008 Waroeng Cokelat memasarkan hasil produk cookies melalui Giant Kota Bogor dan Carefour Jakarta. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Waroeng Cokelat, pemasaran melalui hypermart kurang diminati oleh usaha kecil karena sistem pembayarannya dilakukan secara konsinyasi dan tipe pemasaran seperti ini tergolong pada pemasaran yang pasif. Dengan alasan tersebut, perputaran modal yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat menjadi sedikit terhambat. Strategi promosi yang telah dijalankan oleh Waroeng Cokelat saat ini dirasa kurang optimal karena berdasarkan hasil kuesioner kepada pelanggan mayoritas mereka mendapatkan informasi tentang keberadaan Waroeng Cokelat hanya dari temankerabat mulut ke mulu, hal tersebut menjadi kelemahan Waroeng Cokelat saat ini. c Produk Perencanaan produk Waroeng Cokelat memiliki beberapa kebijakan produk yang meliputi : keputusan dalam pemilihan atribut Waroeng Cokelat, pemberian merek, pengemasan, labelisasi dan layanan pendukung produk. Produk 81 yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis cookies cokelat dan jenis praline. Bahan baku cokelat yang digunakan adalah cokelat hitam, cokelat susu dan cokelat putih. Hasil produksi Waroeng Cokelat terdiri dari beranekaragam bentuk dan warna. Pada tahun 2007, produk cookies yang dihasilkan diantaranya kurma cokelat, pindekas cokelat, coco cokelat, etnik cokelat, marbel cokelat dan sagu keju. Pada tahun 2008, Waroeng Cokelat mengeluarkan dua jenis cookies baru yaitu Milk Chesee cokelat dan Dark Chesee cokelat. Cookies dikemas dengan menggunakan toples plastik transparan dengan ukuran setengah kilogram. Selain itu, pada tahun 2008 Waroeng Cokelat mencoba untuk mendiversifikasikan produknya berupa cokelat batangan dengan ukuran 17 x 17 cm dan 13 x 9 cm. Jenis praline yang dihasilkan beraneka ragam dalam warna, bentuk dan isi. Sedangkan praline yang diproduksi Waroeng Cokelat berupa candy dengan beranekaragam warna dan bentuk kemasan, seperti candy berbentuk hati. Secara keseluruhan, hasil produksi Waroeng Cokelat berbeda dengan cookies maupun praline lainnya, yaitu dalam hal pembuatan, bahan baku yang digunakan tidak menggunakan campuran tepung terigu sehingga rasa cokelatnya sangat terasa. Produk yang ditawarkan Waroeng Cokelat unik dan beragam, baik dari segi bentuk maupun warna. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Selain itu, produk yang dihasilkan Waroeng Cokelat telah memiliki nomor izin PIRT dari Dinkes Kota Bogor serta sertifikasi halal dari MUI Jawa Barat. Kedua hal tersebut merupakan syarat utama dalam bisnis makanan, karena untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Adanya kedua syarat perizinan dari dinas terkait menjadikan kekuatan Waroeng Cokelat sebagai usaha kecil yang bergerak dalam bidang makanan. d Distribusi Kegiatan distribusi termasuk penggudangan, saluran distribusi, lokasi situs eceran, teritori penjulan, tingkat sediaan dan lokasi, pengangkutan transportasi, perdagangan besar dan perdagangan kecil David 2004. Waroeng Cokelat tergolong pada usaha kecil sehingga belum memiliki penggudangan, hanya rumah produksi sekaligus juga tempat untuk menjual hasil produknya. Saluran distribusi 82 Waroeng Cokelat yaitu hasil produk Waroeng Cokelat cookies atau praline yang dijual kepada distributor agen kecil, kemudian disalurkan kepada konsumen akhir. Dalam penyaluran produk, Waroeng Cokelat melayani jasa pengangkutan yang diantar hingga tempat tujuan dengan minimal pesanan yaitu lima lusin. Pengangkutan ini menggunakan mobil khusus yang disewa oleh pihak Waroeng Cokelat. Wilayah pemasaran Waroeng Cokelat, untuk produk cookies yaitu Bogor, Jakarta, Tangerang, Depok, Bekasi dan Bandung. Sedangkan untuk produk praline hanya dipasarkan di wilayah Bogor dan Bandung. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Waroeng Cokelat menggunakan tenaga penjual. Tenaga kerja penjual yang disebut distributor ini memiliki latar belakang pendidikan dan usia yang berbeda. Untuk cookies, distributor mayoritas merupakan pegawai kantor, seperti karyawan Bank BNI, Koperasi Pegawai IPB, Disperindag Kota Bogor dan lain-lain. Sedangkan untuk praline, distributor pada umumnya merupakan para pelajar atau mahasiswa dari sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi di Kota Bogor dan Bandung. Para distributor ini mendapatkan keuntungan hasil penjualan dari selisih harga pembelian dari Waroeng Cokelat dan penjulan kepada konsumen. Para distributor merupakan para penjual independen yang mendapatkan harga khusus dari Waroeng Cokelat setelah membeli produk dalam batasan jumlah tertentu. Namun ketika musim-musim tertentu, Waroeng Cokelat memiliki kendala dalam memperoleh distributor yaitu keterbatasan jumlah distributor, sehingga hal ini menjadikan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. e Harga Waroeng Cokelat menetapkan harga jual produknya, baik cookies maupun praline berdasarkan biaya bahan baku, kemasan dan upah tenaga kerja. Waroeng Cokelat memiliki harga yang ditetapkan untuk semua jenis cookies yang ditawarkan dengan harga Rp 45.000,00. Sedangkan untuk produk praline, harga yang ditawarkan cukup beragam yaitu dengan kisaran Rp 3250,00 hingga Rp 24.000,00. Beragamnya harga yang ditawarkan untuk produk praline disebabkan karena bentuk dan ukuran yang berbeda. Hal yang ditonjolkan dari produk praline ini adalah menghias di atas cokelat dengan beragam warna 83 sehingga mampu menarik minat para konsumen, terutama pada musim hari perayaan Valentine tiba.

6.2.3 Keuangan