Penelitian Terdahulu Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

28 langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar ; 5 Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik BPS untuk menilai usaha kecil atau besar. Jumlah tenaga kerja yang harus dipenuhi oleh masing-masing usaha adalah : 3 Usaha Mikro sebanyak lebih dari empat orang 3 Usaha Kecil sebanyak lima sampai sembilan orang 3 Usaha Menengah sebanyak 20-99 orang 3 Usaha Besar sebanyak lebih dari 100 orang

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Waroeng Cokelat yaitu penelitian dengan tema mengenai strategi pengembangan usaha, Usaha Kecil dan Menengah UKM dan komoditas cokelat. Penelitian yang dilakukan oleh Annisa 2008 dengan judul Analisis Pengembangan Usaha Restoran Cibaru Kabupaten Pandeglang, menyatakan bahwa persaingan dalam usaha restoran khas sunda di daerah Pandeglang yang tinggi akan berdampak pada omzet penjualan yang diperoleh. Untuk itu, dilakukan penilaian faktor-faktor yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan melalui matrik EFE, IFE dan QSPM. Berdasarkan hasil analisis eksternal dan matrik EFE, peluang utama bagi Restoran Cibaru adalah pertumbuhan jumlah penduduk Pandeglang yang menunjukkan tersedianya pasar potensial dan tenaga kerja. Ancaman utamanya adalah tingginya tingkat persaingan dalam industri restoran. Total skor EFE berada di bawah rata-rata, menunjukkan bahwa Restoran Cibaru belum memanfaatkan peluang eksternal dan menghindari ancaman eksternal dengan baik. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan matrik IFE, kekuatan utama bagi Restoran Cibaru adalah lokasi berada dalam kawasan obyek wisata. Kelemahan utama bagi restoran Cibaru adalah tidak melakukan riset pasar. Total skor dari analisis IFE berada di bawah rata-rata, menggambarkan Restoran Cibaru 29 lemah secara internal. Analisis matrik IE menempatkan Restoran Cibaru berada dalam kudran V, kondisi ini menunjukkan bahwa Restoran Cibaru berada dalam posisi Hold and Maintain pertahankan dan pelihara dimana strategi yang sesuai untuk perusahaan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sedangkan berdasarkan analisis QSPM, prioritas strategi Restoran Cibaru saat ini yaitu menjalin kerjasama dengan biro perjalanan dengan STAS Sum Total Attractiveness Score tertinggi. Anugerah 2008, dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering Jalilo Snack, Kecamatan Bogor Timur. “Jalilo Snack” merupakan salah satu UKM yang mendapatkan dukungan Pemerintah Daerah Kota Bogor. Namun, dalam menjalankan usahanya mendapatkan kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Dalam penelitian ini, Anugerah menganalisis masalah yang ada dengan menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE dan QSPM. Hasil analisis terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan Jalilo Snack adalah keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Hasil analisis lingkungan eksternal maka didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor dan adanya program Gerakan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Garda Emas, sedangkan ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan BBM. Matrik IFE menunjukan posisi perusahaan sedang mengatasi kelemahan dan memanfaatkan kekuatan yang ada, sedangkan matrik EFE menunjukan posisi perusahaan yang sedang mengatasi ancaman untuk dapat memanfaatkan peluang yang ada. Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan Jalilo Snack pada kuadran IV. Pada posisi tersebut, strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh dan bina growth and built atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan prioritas yaitu 1 melakukan penetrasi pasar; 2 memanfaatkan dukungan Pemda Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja 30 untuk pembiayaan operasional ; 3 memperkuat jaringan yang sudah ada untuk pengembangan pasar ; 4 melakukan perencanaan produksi dan efesiensi biaya ; 5 melakukan inovasi pada rasa dan bentuk ; 6 memperbaiki sistem manajemen perusahaan. Fitriani 2004, Strategi Pengembangan Usaha Kecil Minuman Barokah Tirto Unggul BTU, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Metode analisis yang digunakan adalah matriks EFE, matriks IFE, matriks IE dan matriks QSP. Pembobotan dilakukan dengan menggunkan metode Paired Comparison. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks EFE bahwa kemampuan perusahaan dalam merespon peluang dan ancaman tergolong baik. Sedangkan hasil pengolahan matriks IFE, diperoleh gambaran bahwa posisi internal perusahaan berada diatas nilai rata-rata. Hasil perolehan matriks EFE dan IFE, menempatkan perusahaan BTU pada sel V. Posisi ini menggambarkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi internal rata-rata dan respon perusahaan terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapi sedang. Strategi yang diambil adalah hold and maintain strategi stabilitas, maka strategi yang disarankan untuk perusahaan minuman BTU adalah penetrasi dan pengembangan produk. Dari matrik QSP diperoleh strategi penetrasi pasar mempunyai jumlah total nilai daya tarik yang lebih besar dari strategi pengembangan produk. Maka strategi yang tepat dilaksanakan oleh perusahaan minuman BTU adalah penetrasi pasar. Strategi terpilih kemudian dievaluasi dengan tiga karakteristik, yaitu : 1 aspek kesesuaian ; 2 aspek kelayakan ; 3 aspek tingkat penerimaan. Amelia 2008 menganalisis Perilaku Konsumen Cookies Cokelat Waroeng Cokelat di Kota Bogor, menjelaskan bahwa Waroeng Cokelat merupakan UKM unggulan Disperindagkop Kota Bogor dengan salah satu produksinya yaitu cookies cokelat. Sifat usaha cookies yang musiman ramai dikonsumsi pada hari raya membuat banyak bermunculan penjual-penjual cookies yang menawarkan cookies mereka ke pasar sehingga menimbulkan persaingan yang ketat diantara pengusaha cookies. Persaingan terjadi bukan hanya yang menjual cookies setiap hari tetapi juga pengusaha makanan jenis lain yang ikut memproduksi cookies. Sehingga, meskipun pasarnya sangat besar, untuk 31 berhasil dalam bisnis cookies cokelat Idul Fitri maka dibutuhkan suatu strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempertahankan konsumen yang ada saat ini. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Waroeng Cokelat yang sudah pernah membeli dan merasakan cookies cokelat Waroeng Cokelat yang berjumlah 30 orang. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif, analisis Multiatribut Fishben, Customer Statisfaction Index CSI dan Importance-Performance Analysis IPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen cookies cokelat Waroeng Cokelat memiliki karakteristik umum yaitu berjenis kelamin perempuan dengan kedudukan sebagai istri dalam keluarga, berusia 21-30 tahun dengan pendidikan terakhir SMA atau sederajat, memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta, memiliki anggota keluarga berjumlah tiga hingga empat orang dan berpenghasilan rumah tangga menengah Rp 2.000.000 - Rp 5.000.000. Analisis sikap fishben menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah netral. Sikap positif konsumen menyebabkan konsumen masih mau membeli cookies cokelat Waroeng Cokelat adalah bentuk cookies yang unik, cita rasa yang enak dan rasa cokelat yang terasa. Analisis IPA memberikan hasil yaitu atribut yang menjadi prioritas untuk diperbaiki adalah jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis yang tersedia dan kemasan. Menurut Amelia, bauran pemasaran yang dapat dilakukan Waroeng Cokelat, untuk produk yaitu memperbaiki kinerja jaminan keamanan pangan, harga yang ditawarkan, variasi jenis cookies yang tersedia dan kemasan, serta mempertahankan atribut cita rasa cookies, rasa cokelat, bentuk cookies, daya tahan dan ketepatan waktu pemenuhan pesanan. Untuk harga, pemilik melakukan komunikasi dengan tenaga penjual untuk penentuan harga, agar harga yang ditetapkan tenaga kerja penjual tidak dirasa mahal oleh konsumen dan memberikan alternatif ukuran kemasan yang lebih kecil. Untuk promosi, lebih menginformasikan informasi mengenai jaminan keamanan pangan dan cita rasa cookies dengan alat promosi berupa pengujian gratis dan promosi dilakukan melalui mulut ke mulut. Saluran distribusi dengan menggunakan tenaga penjual 32 sudah tepat dilakukan karena tenaga penjual dapat mendekatkan produk kepada konsumen, mengingat target pasarnya adalah seorang wanita karir. Penelitian mengenai cokelat dilakukan oleh Indriani 2005 yang berjudul Analisis Keputusan Pembelian Produk Cokelat di Kotamadya Bogor menjelaskan bahwa berdasarkan analisis pada proses keputusan pembelian produk cokelat terdapat persamaan dan perbedaan menyangkut aspek-aspek yang dipentingkan dalam setiap tahapan proses pengambilan keputusan pembelian produk cokelat antara kalangan remaja dan dewasa. Secara umum, produk cokelat yang dikonsumsi oleh remaja dan dewasa termasuk ke dalam barang convenience. Produk cokelat ini lebih khususnya termasuk ke dalam barang dadakan impulse. Berdasarkan penggolongan barang menurut psikologisnya, produk cokelat pada kalangan remaja termasuk barang fungsional dan hedonis. Pada orang dewasa, produk cokelat termasuk barang hedonis. Produk cokelat adalah produk remaja karena pengeluarannya lebih besar daripada dewasa. Selain itu, remaja lebih sering membeli produk cokelat dibandingkan orang dewasa. Karakteristik konsumen produk cokelat pada umumnya adalah impulse buyer.

2.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu