89
6.3.2 Analisis Faktor Internal Kekuatan dan Kelemahan
Analisis faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dihadapi Waroieng Cokelat. Beberapa variabel mengenai
kekuatan dan kelemahan, hasil dari wawancara dan pengisian kuesioner terhadap pihak-pihak terkait, yaitu pemilikpimpinan Waroeng Cokelat. Identifikasi
faktor-faktor internal Waroeng Cokelat dapat dilihat pada Tabel 18. Faktor- faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Waroeng Cokelat,
diantaranya : A. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari wilayah sekitar : hal tersebut
merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki Waroeng Cokelat. Hal ini merupakan suatu kepedulian Waroeng Cokelat untuk memberdayakan
masyarakat sekitar, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Mengingat tenaga kerja produksi Waroeng Cokelat merupakan orang yang putus
sekolah. B. Produk Waroeng Cokelat memiliki sertifikat halal dan izin Dinkes : produk
Waroeng Cokelat merupakan usaha yang bergerak dalam bidang makanan. Syarat dasar yang harus dimiliki oleh produk makanan untuk dipasarkan
melalui swalayan yaitu adanya sertifikasi halal yang dikeluarkan oleh MUI serta Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga SPP-IRT dari Dinas
Kesehatan Kota Bogor. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Dengan adanya kedua sertifikasi tersebut memiliki fungsi
untuk meyakinkan para pelanggan akan produk yang kita hasilkan. C. Produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat unik dan beragam : adanya
keunikan dan keaneka ragaman bentuk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat, baik cookies maupun praline merupakan hal yang dapat menarik
para pelanggan, sehingga dapat meningkatkan permintaan produk. D. Hubungan baik dengan pelanggan : Waroeng Cokelat memiliki hubungan
baik dengan para pelanggannya, misalnya dari segi keramahan dalam pelayanan yang diberikan pemilik. Hal tersebut salah satu cara pendekatan
kepada pelanggan agar tetap loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat.
90 E. Keuletan pemilik dalam mengelola usaha : hal ini merupakan modal dasar
untuk dapat menjalankan usaha. Dengan adanya kemauan yang kuat, maka dapat memotivasi pemilik Waroeng Cokelat itu sendiri maupun para tenaga
kerjanya. Keuletan pemilik ditunjukan pada keikutsertaan dalam berbagai pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Disperindagkop Kota Bogor. Dengan
mengikuti pelatihan, maka menambah pengetahuan pemilik sehingga mampu menghasilkan produk yang unik dan beragam.
F. Keterampilan yang dimiliki tenaga kerja produksi masih rendah : keterampilan tenaga kerja produksi yang rendah disebabkan karena sering keluar-masuknya
tenaga kerja yang digunakan, mengingat Waroeng Cokelat tidak memiliki tenaga kerja tetap. Hal ini dapat mempengaruhi keefisienan dalam
berproduksi, sehingga faktor ini merupakan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat.
G. Tidak memiliki karyawan tetap : hal ini disebabkan karena produksi Waroeng Cokelat masih tergantung pada pesanan. Kedua hal tersebut
merupakan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. H. Tenaga kerja penyalur distibutor terbatas : keterbatasan tenaga penyalur
disebabkan karena belum optimalnya promosi yang dilakukan oleh Waroeng Cokelat. Tenaga penyalur Waroeng Cokelat merupakan pelanggan yang
membeli dalam partai besar. Keterbatasan tenaga penyalur berdampak pada jumlah permintaan produk Waroeng Cokelat.
I. Promosi belum optimal : promosi merupakan hal yang sangat penting untuk
memperkenalkan produk pada masyarakat, namun Waroeng Cokelat belum melakukan promosi secara optimal. Promosi yang dilakukan Waroeng
Cokelat sebatas pameran, pemberian foto ataupun brosur. Promosi dengan pemberian foto sample atau penyebaran brosur dijalankan Waroeng
Cokelat hanya dilakukan pada musim tertentu saja. Hal ini menyebabkan produk Waroeng Cokelat kurang dikenal oleh masyarakat.
J. Modal terbatas : Waroeng Cokelat mengalami kekurangan modal, terutama pada saat musim Idul Fitri, karena pada saat tersebut permintaan akan produk
Waroeng Cokelat meningkat tajam, sehingga menjelang Idul Fitri Waroeng Cokelat membutuhkan modal yang lebih dibandingkan hari lainnya.
91 Waroeng Cokelat kesulitan dalam mencari lembaga keuangan yang bebas
anggunan. K. Lokasi ”Waroeng Cokelat” kurang strategis : lokasi Waroeng Cokelat
terdapat di dalam Perumahan Indahprasta. Dari sisi pelanggan lokasi Waroeng Cokelat saat ini dikatakan kurang strategis karena agak sulit
dijangkau. L. Peralatan yang digunakan masih terbatas : adanya keterbatasan peralatan yang
dimiliki menyebabkan jumlah produksi tidak optimal, misalnya kapasitas oven yang masih terbatas. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng
Cokelat. M. Produksi tergantung pesanan : proses produksi Waroeng Cokelat dilakukan
saat adanya pesanan. Hal ini merupakan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat karena ketersediaan bahan baku yang mencukupi untuk
terus berproduksi belum dimanfaatkan oleh Waroeng Cokelat. N. Pencatatan keuangan masih manual : Waroeng Cokelat belum memiliki
pembukuan yang baik dan belum menggunakan prinsip akuntansi. Dokumen yang dimiliki saat ini hanya berupa nota-nota penjualan.
Tabel 18. Identifikasi Faktor Internal “Waroeng Cokelat”
Faktor Internal Kekuatan
Kelemahan
Manajemen Keuletan pemilik dalam
mengelola perusahaan Produksi masih tergantung
pada pesanan Pemasaran
Produk yang ditawarkan “Waroeng Cokelat” unik
dan beragam Produk “Waroeng
Cokelat” memiliki sertifikasi halal dan izin
Dinkes Hubungan baik dengan
pelanggan Lokasi “Waroeng Cokelat”
kurang strategis Promosi belum optimal
Keuangan Modal terbatas
Sistem pencatatan keuangan masih manual
Produksi dan operasi Peralatan yang digunakan
masih terbatas Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja berasal dari wilayah sekitar
Tidak memiliki karyawan tetap
Keterampilan tenaga kerja bagian produksi masih
rendah
92
VII STRATEGI WAROENG COKELAT
7.1 Analisis Visi, Misi dan Tujuan Waroeng Cokelat