78
6.2 Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perusahaan.
Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan dari dalam perusahaan. Lingkungan internal dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis pendekatan fungsional, yaitu analisis yang dilakukan pada masing-masing fungsi dalam perusahaan dengan mengkaji manajemen,
pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan operasi serta sumber daya manusia.
6.2.1 Manajemen
Manajemen merupakan pihak yang menerapkan fungsi-fungsi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan
pengendalian. Waroeng Cokelat saat ini telah memiliki visi, misi dan tujuan yang merupakan pedoman dalam mengembangkan usahanya. Meskipun usaha
kecil, Waroeng Cokelat telah melakukan perencanaan. Namun perencanaan yang dilakukan tidak melibatkan para pekerja, karena wewenang masih
tersentralisasi pada sumberdaya pemilik sebagai pihak eksekutif, sehingga keputusan perencanaan tersebut hanya diambil berdasarkan pertimbangan pemilik
Waroeng Cokelat saja. Pada organisasi Waroeng Cokelat, posisi manajemen ditempati langsung
oleh pemilik. Posisi ini berwenang dalam mengambil keputusan strategis, baik itu pra produksi, produksi maupun pasca produksi. Pemilik pun bertanggung jawab
terhadap administrasi dan keuangan. Jika musim tertentu, seperti hari raya Idul Fitri, pemilik pun turun langsung sebagai tenaga pemasar karena pada saat
tersebut permintaan akan produk Waroeng Cokelat meningkat. Namun pemasaran di Kota Bandung khusus produk praline ditangani oleh dua orang
tenaga pemasar. Sedangkan bagian produksi atau pengolahan masih dalam pengawasan penuh pemilik Waroeng Cokelat. Keuletan pemilik dalam
mengelola usahanya ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat.
Permintaan produk Waroeng Cokelat meningkat pada musim-musim tertentu, seperti produk cookies pada saat hari raya Idul Fitri dan Natal, sedangkan
untuk produk praline meningkat ketika perayaan Valentine. Permintaan yang
79 bersifat musiman tersebut, menyebabkan Waroeng Cokelat memproduksi hanya
berdasarkan pesanan. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki Waroeng Cokelat saat ini. Namun Waroeng Cokelat selalu memiliki persediaan bahan
baku untuk produk cookies maupun praline. Pengendalian ini dilakukan untuk meminimalkan risiko kerugian, mengingat produk Waroeng Cokelat tidak tahan
lama dan tidak tahan terhadap panas.
6.2.2 Pemasaran