Latar Belakang Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

16 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian negara Indonesia berupa kontribusi produk pertanian terhadap Produk Domestik Bruto PDB. Nilai PDB dan kontribusi PDB setiap sektor perekonomian disajikan pada Tabel 1. Terlihat pada Tabel 1 bahwa PDB sektor pertanian termasuk perikanan dan kehutanan dari tahun 2002 hingga 2006 adalah 13 sampai 16 persen dari nilai PDB nasional. Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB cenderung menurun setiap tahunnya namun angka ini masih cukup besar, karena kontribusi sektor pertanian tersebut menempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Pertanian sebagai salah satu penggerak utama perekonomian, setidaknya mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas lapangan kerja, memenuhi kebutuhan masyarakat, pemerataan pendapatan dan mempercepat pengentasan kemiskinan. Tabel 1. Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya terhadap PDB Nasional Tahun 2002-2006 PDB Nominal Triliun Rupiah Lapangan Usaha Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 298,816,0 325,615,9 329,114,3 363,913,1 430,5 12,9 Pertambangan dan Penggalian 161,0 8,6 169,5 8,3 205,3 8,9 308,311,1 354,6 10,6 Industri Pengolahan 553,827,9 590,128,8 644,328,1 771,727,7 936,4 28,1 Listrik, Gas dan Air Bersih 15,4 0,8 19,5 1,0 23,7 1,0 26,7 0,9 30,4 0,91 Bangunan 101,6 5,5 112,6 5,5 151,2 6,6 195,8 7,0 249,1 7,5 Perdagangan, Hotel dan Restoran 314,616,9 337,816,5 368,616,0 430,115,5 496,3 14,9 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 154,4 8,3 174,3 8,5 194,4 8,5 230,6 8,3 271,6 8,1 Jasa-Jasa 165,6 8,9 198,1 9,7 234,910,3 276,8 9,9 338,4 10,1 PDB Total 1.863,2100 2.045,8100 2.295,8100 2.785,0 100 2.976,789,2 Keterangan : Angka adalah persentase terhadap PDB Sumber : BPS 2007 17 Sektor pertanian terbagi menjadi beberapa subsektor. Subsektor-subsektor tersebut diantaranya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. Salah satu subsektor yang berpotensi untuk dikembangkan adalah subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Berdasarkan data dari Direktorat Bina Produksi Perkebunan 2004, secara keseluruhan areal perkebunan di Indonesia meningkat dengan laju 2,6 persen per tahun pada periode tahun 2000-2003, dengan total areal pada tahun 2003 mencapai 16,3 juta hektar. Terdapat delapan komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, diantaranya karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh dan tebu. Kelapa sawit, karet dan kakao merupakan tiga komoditas yang tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya dengan laju pertumbuhan di atas lima persen per tahun. Pertumbuhan yang pesat dari komoditas kelapa sawit, karet dan kakao, pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan pengusahaan ketiga komoditas yang relatif lebih baik, selain itu kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal menjadi faktor pendorong perkembangan ketiga komoditas tersebut 1 . Kakao Theobroma cacao L. merupakan salah satu komoditas unggul perkebunan Indonesia yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari posisi Indonesia dalam memproduksi biji kakao menempati urutan ketiga, setelah Pantai Gading Ivory Coast dan Ghana Tabel 2. Pada tahun 2006 masing-masing negara tersebut mempunyai pangsa produksi 42,39 persen, 15,96 persen dan 13,65 persen atau 72,0 persen secara keseluruhan dari total produksi dunia sebesar 3.114 ribu ton. Menurut Statistik Perkebunan Indonesia 2004, biji kakao Indonesia 80 persen diekspor dalam bentuk biji kering sebesar 365.200 ton dan sisanya sebesar 121.300 ton termasuk impor 30.000 ton digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan kakao di dalam negeri. 1 http:www.ihsanarham.mutltiply.com. Potensi Strategis Pertanian dalam Membangun Perekonomian Indonesia. Diakeses Tanggal 10 November 2008. 18 Tabel 2. Perkembangan Produksi Biji Kakao Tahun 2002-2006 1000 Ton Tahun No Negara 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pantai Gading 1265 1325 1407 1286 1387 2. Ghana 341 497 737 599 741 3. Indonesia 455 410 430 460 470 4. Nigeria 185 173 180 200 170 5. Brazil 124 163 163 171 162 Sumber : www.indokakao.com Cokelat merupakan produk turunan dari kakao. Salah satu cara meningkatkan nilai tambah cokelat adalah dengan mengolah cokelat menjadi bahan olahan yang bermutu, baik berupa batangan cokelat, bubuk cokelat, permen cokelat, hingga kue cokelat dengan beragam bentuk. Makanan berbahan baku cokelat ini sangat digemari oleh seluruh kalangan. Permintaan cokelat tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga berasal dari luar negeri, karena saat ini orang telah menyadari bahwa mengkonsumsi cokelat memiliki berbagai manfaat bagi tubuh, seperti menenangkan dan memperbaiki suasana hati, berperan sebagai korektor kerja kimiawi dalam tubuh, sebagai antioksidan serta dapat menurunkan kolesterol 2 . Dalam perkembangannya, industri pengolahan cokelat tidak hanya didominasi oleh perusahaan besar saja, namun usaha kecil dan menengah pun memberikan andil dalam perkembangan perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik 2004, menyatakan bahwa Usaha Kecil dan Menengah UKM dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional. Peran UKM dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja diharapkan menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi pada berbagai lapangan usaha. Usaha Kecil dan Menengah, yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya 2 http:www.bisnis.com. Konsistensi Membangun Merk Cokelat. Diakses Tanggal 4 November 2008. 19 pembangunan Kota Bogor Azrin, 2004. Kota Bogor merupakan salah satu kota penyangga ibukota negara, letaknya yang strategis menjadikan Kota Bogor sebagai wilayah transit dan tujuan wisata, sehingga dari aspek inilah Kota Bogor memiliki peluang untuk menumbuh kembangkan beberapa sektor, diantaranya sektor perdagangan, pariwisata, hotel dan restoran. Dilatarbelakangi hal tersebut, maka Kota Bogor memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan perekonomiannya melalui pemanfaatan beberapa sektor. Salah satu prioritas pembangunan Kota Bogor yaitu sektor perdagangan melalui pengembangan sektor usaha kecil dan menengah. Pelaku UKM di Kota Bogor mencerminkan adanya pertumbuhan dinamis dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah UKM di Kota Bogor yang terus meningkat dari tahun ke tahun Tabel 3. Berdasarkan laporan Bank Indonesia wilayah Bandung neraca aliran modal selama kurun lima tahun terakhir, posisi simpanan dana masyarakat Kota Bogor hingga saat ini sudah mencapai lebih dari Rp 5,795 triliun. Dengan kata lain, mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 5,52 persen. Sedangkan dana yang disalurkan kepada pelaku UKM dalam bentuk kredit baru sekitar Rp 2,298 triliun. Kondisi demikian, mencerminkan adanya pertumbuhan yang dinamis dari sektor usaha kecil dan menengah di Kota Bogor. Jadi, inilah momentum yang harus dipelihara untuk bisa terus menumbuhkan kekuatan usaha kecil dan menengah 3 . Tabel 3. Jumlah UKM di Kota Bogor Tahun 2002-2008 Tahun Jumlah Unit 2002 20.931 2003 21.511 2004 22.304 2005 24.534 2006 31.831 2007 32.147 2008 32.256 Sumber : Disperindagkop Kota Bogor 2008 3 http:www.sinarharapan.com. Simpanan UKM di Kota Bogor Capai Rp 5,8 Triliun. Diakses Tanggal 4 November 2008. 20 Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat memproduksi beraneka macam praline permen cokelat dan cookies kue kering dengan bahan baku cokelat. Waroeng Cokelat mendapatkan pembinaan serta pengembangan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam bidang pemasaran maupun pelatihan. Pembinaan pemasaran dilakukan dengan cara mengikutsertakan UKM “Waroeng Cokelat” dalam pameran-pameran, baik skala nasional maupun internasional, sedangkan pelatihan ditujukan melalui berbagai macam seminar. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Disperindagkop Kota Bogor untuk terus mengembangkan UKM yang berada di wilayah Kota Bogor.

1.2 Perumusan Masalah