84 chocolate
. Sedangkan bahan baku tambahan yaitu dalam pembuatan cookies, yaitu kurma, kacang mede, kacang tanah, keju, telur, tepung terigu, rombutter.
Kebutuhan akan bahan baku utama maupun bahan baku tambahan dapat dipenuhi dari distributor tetap Waroeng Cokelat yang berada di Jakarta dan Bogor. Hal
ini didukung oleh adanya hubungan baik dengan pemasok, sehingga pengiriman bahan baku utama maupun tambahan senantiasa tepat waktu.
Kegiatan produksi memerlukan beberapa alat pembantu yang memadai agar berjalan dengan baik. Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan
operasi Waroeng Cokelat terdiri dari oven, kompor gas, lemari es, show case, AC, kipas angin, mixer, timbangan, cooler box dan peralatan masak cetakan kue
dan cokelat, penggiling kacang, loyang, panci, spatula, spuit, baskom, gelas plastik dan sendok. Menurut pegawai Disperindagkop Kota Bogor selaku
pembina menilai bahwa peralatan yang digunakan oleh Waroeng Cokelat masih terbatas. Hal ini menjadikan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat.
Strategi yang diterapkan Waroeng Cokelat yaitu berproduksi masih berdasarkan pesanan, mengingat produk yang ditawarkan Waroeng Cokelat
bersifat musiman. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Namun Waroeng Cokelat tetap memiliki persediaan produk meskipun
dalam jumlah sedikit. Persediaan produk tersebut digunakan untuk berjaga-jaga jika terdapat pesanan yang mendadak atau harus mengikuti pameran. Berdasarkan
hal tersebut maka proses produksi Waroeng Cokelat disesuaikan berdasarkan banyaknya pesanan.
6.2.5 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor internal perusahaan yang sangat menentukan pertumbuhan perusahaan. Identifikasi faktor sumber
daya manusia meliputi proses perekrutan dan penempatan tenaga kerja, pelatihan dan pengembangan, serta kompensasi untuk tenaga kerja.
Proses perekrutan tenaga kerja Waroeng Cokelat dilakukan secara langsung oleh pemilik Waroeng Cokelat. Tenaga kerja yang dipilih yaitu orang
yang putus sekolah atau orang yang tidak memiliki pekerjaan. Waroeng Cokelat tidak mengutamakan tingkat pendidikan dalam perekrutan, tingkat pendidikan
dari tenaga kerja yang dimiliki Waroeng Cokelat sangat beragam yaitu lulusan
85 SD, SLTP dan SMU. Tenaga kerja tersebut berasal dari wilayah lokasi Waroeng
Cokelat. Hal ini sesuai dengan tujuan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat yaitu memberdayakan masyarakat sekitar untuk dijadikan tenaga kerja yang
merupakan kekuatan Waroeng Cokelat itu sendiri. Namun tenaga kerja tersebut merupakan tenaga kerja borongan tidak tetap. Hal ini menjadi kelemahan yang
dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Proses penempatan tenaga kerja berdasarkan pengalaman dan
keterampilan yang dimiliki. Tenaga kerja bagian produksi yang baru biasanya ditempatkan menjadi orang kedua helper dengan tugas yang lebih ringan
dibandingkan tenaga kerja yang lama. Sedangkan tenaga pemasar dibutuhkan ketika musim pameran tiba dan tenaga pemasar tersebut diambil dari tenaga kerja
produksi yang paling cekatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Waroeng Cokelat, tenaga kerja bagian produksi banyak yang keluar dan masuk
dari pekerjaan ini. Proses produksi produk Waroeng Coklelat membutuhkan keterampilan yang tinggi sehingga sangat menyita waktu. Hal tersebut merupakan
alasan tenaga kerja keluar masuk untuk menjadi tenaga produksi Waroeng Cokelat. Tingkat pergantian tenaga kerja bagian produksi yang tinggi,
menyebabkan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja bagian produksi rendah. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat.
Disperindagkop Kota Bogor sangat berperan dalam pengembangan usaha Waroeng Cokelat. Beberapa peran yang telah diberikan oleh Disperindagkop
Kota Bogor yaitu berupa pelatihan dan pengembangan. Dari awal mula berdiri, Waroeng Cokelat telah diberi pelatihan berupa penyuluhan dan sosialisasi
mengenai beberapa perizinan yang harus dimiliki untuk sebuah usaha, khususnya usaha yang bergerak dalam bidang makanan. Selain itu, pembinaan yang
dilakukan Disperindagkop Kota Bogor diwujudkan dalam bentuk pemberian pelatihan, mencarikan mitra untuk menyalurkan produk-produk UKM di Kota
Bogor dan sekaligus membantu pemasaran melalui pameran ke luar daerah atau negara lain.
Waroeng Cokelat memberikan kompensasi kepada para tenaga kerjanya. Kompensasi tersebut berupa insentif yang berwujud sembilan bahan pokok dan
kue hasil produk Waroeng Cokelat itu sendiri. Banyaknya insentif yang
86 diterima oleh tenaga kerja didasarkan pada lamanya para tenaga kerja tersebut
bekerja. Menurut pemilik Waroeng Cokelat, insentif ini memiliki tujuan khusus yaitu untuk menarik para pekerja agar tetap loyal terhadap pekerjaannya.
6. 3 Identifikasi Faktor Lingkungan
Hasil identifikasi terhadap lingkungan eksternal dan internal digunakan untuk menyusun matriks External Factor Evaluation EFE dan Internal Factor
Evaluation IFE. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal,
selanjutnya dilakukan analisis terhadap kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi strategi yang dijalankan Waroeng
Cokelat.
6.3.1 Analisis Faktor Eksternal Peluang dan Ancaman