Keuangan Produksi dan Operasi

83 sehingga mampu menarik minat para konsumen, terutama pada musim hari perayaan Valentine tiba.

6.2.3 Keuangan

Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Dalam mengembangkan usahanya, Waroeng Cokelat mendapatkan dana pinjaman dari beberapa pihak. Pada tahun 2003, Waroeng Cokelat mendapatkan pinjaman modal dari BNI selama satu tahun dengan syarat adanya jaminan. Kemudian tahun 2004, Waroeng Cokelat mendapatkan pinjaman modal dari pihak BUMN yaitu Telkom. Pinjaman yang didapatkan dari Telkom ini tidak menggunakan jaminan karena setiap BUMN terkena peraturan dan perundang pemerintah yaitu berupa bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap perkembangan usaha kecil disekitar lingkungan usaha, sehingga bantuan modal tersebut masih dimanfaatkan oleh Waroeng Cokelat hingga saat ini untuk mengembangkan usahanya. Namun saat hari raya Idul Fitri, permintaan akan produk Waroeng Cokelat meningkat, sehingga membutuhkan modal yang lebih. Oleh karena itu, pada musim tersebut Waroeng Cokelat mencari investor untuk memperoleh tambahan modal dengan sistem bagi hasil yaitu sebesar lima persen. Keterbatasan modal ini menjadi kelemahan yang dimiliki Waroeng Cokelat saat ini untuk peningkatkan penjualan produknya. Waroeng Cokelat memiliki keterbatasan pada pembukuan keuangan yaitu hanya mencatat transaksi dalam bentuk nota, namun nota tersebut tidak tersimpan dengan baik. Pembukuan keuangan masih dilakukan sendiri oleh pemilik Waroeng Cokelat secara manual yang menyebabkan tercampurnya manajemen keuangan Waroeng Cokelat dengan keuangan pribadi. Hal ini menjadi kelemahan Waroeng Cokelat karena tidak ada data-data yang jelas mengenai biaya produksi yang dikeluarkan, serta berapa banyak keuntungan dan kerugian dari penjualan cookies maupun praline.

6.2.4 Produksi dan Operasi

Proses produksi dan operasi di dalam suatu perusahaan merupakan seluruh aktivitas yang merubah masukan input menjadi output yang berupa barang dan jasa. Bahan baku utama yang dibutuhkan oleh Waroeng Cokelat adalah cokelat, yang terdiri dari tiga jenis yaitu dark chocolate, white chocolate dan milk 84 chocolate . Sedangkan bahan baku tambahan yaitu dalam pembuatan cookies, yaitu kurma, kacang mede, kacang tanah, keju, telur, tepung terigu, rombutter. Kebutuhan akan bahan baku utama maupun bahan baku tambahan dapat dipenuhi dari distributor tetap Waroeng Cokelat yang berada di Jakarta dan Bogor. Hal ini didukung oleh adanya hubungan baik dengan pemasok, sehingga pengiriman bahan baku utama maupun tambahan senantiasa tepat waktu. Kegiatan produksi memerlukan beberapa alat pembantu yang memadai agar berjalan dengan baik. Peralatan yang digunakan untuk proses produksi dan operasi Waroeng Cokelat terdiri dari oven, kompor gas, lemari es, show case, AC, kipas angin, mixer, timbangan, cooler box dan peralatan masak cetakan kue dan cokelat, penggiling kacang, loyang, panci, spatula, spuit, baskom, gelas plastik dan sendok. Menurut pegawai Disperindagkop Kota Bogor selaku pembina menilai bahwa peralatan yang digunakan oleh Waroeng Cokelat masih terbatas. Hal ini menjadikan kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Strategi yang diterapkan Waroeng Cokelat yaitu berproduksi masih berdasarkan pesanan, mengingat produk yang ditawarkan Waroeng Cokelat bersifat musiman. Hal ini menjadi kelemahan yang dimiliki oleh Waroeng Cokelat. Namun Waroeng Cokelat tetap memiliki persediaan produk meskipun dalam jumlah sedikit. Persediaan produk tersebut digunakan untuk berjaga-jaga jika terdapat pesanan yang mendadak atau harus mengikuti pameran. Berdasarkan hal tersebut maka proses produksi Waroeng Cokelat disesuaikan berdasarkan banyaknya pesanan.

6.2.5 Sumber Daya Manusia