73 bagi UKM di Kota Bogor. Menurut Ketua Disperindag Kota Bogor, pemerintah
Kota Bogor bekerjasama dengan pihak Giant dalam memfasilitasi para pemilik UKM untuk membuka usahanya di pusat perbelanjaan tersebut. Hal ini
merupakan salah satu langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah Kota Bogor untuk membantu UKM di Kota Bogor dalam hal pemasaran. Kebijakan ini
diambil agar keberadaan pasar modern tidak membebani para UKM, namun sebaliknya kebijakan tersebut membantu para pengusaha UKM mengembangkan
usahanya. Adapun peran lain dari UKM Kota Bogor yaitu dapat menyerap tenaga
kerja yang cukup tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal. Usaha berbahan baku cokelat merupakan salah satu usaha yang
mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja industri makanan di Kota Bogor tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan di Kota Bogor
Tahun 2007
No. Kelompok Industri
Unit Usaha Investasi
Tenaga Kerja
1. MenengahBesar
15 20.619.500.000
1296 2.
Kecil formal 193
7.468.838.000 1900
3. Kecil Non Formal
998 799.387.823
4601
Sumber : Disperindag Kota Bogor 2008
Tabel 16 menjelaskan bahwa usaha kecil di Kota Bogor mampu menyerap tenaga kerja sebesar 4601 orang. Hal ini menunjukan bahwa Kota Bogor
berpotensi untuk melebarkan perekonomiannya melalui pengembangan UKM. Perekonomian Kota Bogor pun didukung dengan beberapa potensi wisata yang
dimiliki, karena Kota Bogor merupakan kota persinggahan wisata yang digemari banyak orang. Oleh karena itu, dukungan pemerintah setempat sangat berperan
untuk memajukan sumber daya yang dimiliki sebagai sarana memajukan perekonomian Kota Bogor.
6.1.4 Teknologi
Teknologi merupakan salah satu sumber utama perubahan dengan adanya inovasi baru. Variabel ini mempengaruhi bahan baku, operasi, serta produk suatu
usaha karena pada dasarnya perubahan teknologi dapat memberikan peluang besar
74 untuk peningkatan hasil, tujuan atau bahkan mengancam kedudukan usaha
tersebut. Teknologi yang terus berkembang memberikan kontribusi bagi keberadaan
Waroeng Cokelat. Faktor teknologi turut membantu Waroeng Cokelat dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, seperti telepon dan mesin faksimil
yang dapat memperlancar kegiatan Waroeng Cokelat dalam mempermudah transaksi jual beli dengan pelanggannya. Selanjutnya kemajuan di bidang
transportasi juga memperlancar kegiatan Waroeng Cokelat dalam memasarkan produknya, serta mempermudah dalam memperoleh bahan baku yang diperlukan.
Perkembangan teknologi dan informasi yang terus berkembang merupakan peluang bagi usaha Waroeng Cokelat untuk pengembangan usaha di waktu yang
akan datang. Peralatan yang digunakan Waroeng Cokelat untuk kegiatan produksi belum menggunakan teknologi yang lebih modern. Sedangkan dari sisi
teknologi informasi, saat ini Waroeng Cokelat belum memanfaatkan fasilitas internet. Hal ini merupakan tantangan bagi Waroeng Cokelat kedepan agar
dapat memanfaatkan teknologi dan informasi tepat guna. Dengan begitu Waroeng Cokelat dapat memberi kemudahan kepada para pelanggannya dalam
mengakses produk yang dihasilkan, selain itu Waroeng Cokelat dapat meningkatkan volume penjualannya.
6.1.5 Kekuatan Pesaing
a Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain : perebutan pasar,
perebutan sumber daya produksi dan peningkatan kapasitas. Ancaman pendatang baru sangat bergantung pada hambatan dalam memasuki suatu industri yaitu skala
ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi dan peraturan pemerintah.
Hambatan untuk memasuki industri ini dapat dilihat dari skala ekonomi dan permodalan yang relatif rendah, karena usaha ini tidak memerlukan skala
ekonomi yang besar dan kebutuhan modal awal yang relatif kecil. Selain itu, pendatang baru yang ingin memasuki usaha ini pun tidak terpengaruh oleh
peraturan-peraturan tertentu, karena pemerintah tidak membatasi atau
75 menghambat masuk ke dalam industri ini dengan peraturannya. Rendahnya
hambatan masuk ke dalam usaha ini akan menjadi ancaman, karena masuknya pendatang baru potensial yang mampu bersaing pada usaha ini tergolong cukup
tinggi. Meskipun beberapa pendatang baru tersebut hanya bermunculan pada musim tertentu saja.
b Ancaman Produk Substitusi
Keberadaan produk substitusi ini akan membatasi potensi suatu usaha. Jika suatu usaha tidak mampu meningkatkan kualitas produk, maka laba dan
pertumbuhan usaha tersebut dapat terancam. Produk substitusi ditentukan oleh banyaknya jumlah produk yang memiliki fungsi yang sama dengan produk usaha
yang dapat mempengaruhi eksistensinya di pasar. Produk substitusi yang dapat mengancam eksistensi produk Waroeng
Cokelat yaitu cookies sejenis dengan rasa yang berbeda, seperti nastar, putri salju, lontong paris yang diproduksi oleh PIRT sejenis maupun usaha yang telah
memiliki nama, seperti cookies Breadtalk dan Amanda. Produk tersebut memiliki fungsi yang sama dengan produk Waroeng Cokelat yaitu sebagai kue yang
dihidangkan oleh mayoritas masyarakat hanya pada musim tertentu saja. Sedangkan produk substitusi praline Waroeng Cokelat yaitu praline dengan isi
kismis yang diproduksi oleh Death By Cholate dan praline dengan isi buah- buahan yang diproduksi oleh Montaro. Produk substitusi cookies ini memiliki
perbedaan dalam penggunaan bahan baku, namun produk cookies dan praline ini mudah diproduksi oleh siapa saja, baik usaha kecil informalformal, usaha
menengah hingga usaha besar. Sehingga keberadaan produk-produk tersebut ditengah masyarakat perlu mendapatkan perhatian dari Waroeng Cokelat,
karena tidak menutup kemungkinan pelanggan Waroeng Cokelat beralih ke produk tersebut.
c Kekuatan Tawar PembeliKonsumen
Pembeli mempengaruhi industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik
dan memainkan peran untuk melawan satu pesaing dan lainnya. Kualitas produk
dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli, serta kemudahan konsumen
76 beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun substitusinya adalah faktor-faktor
yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar-menawar pembeli. Pembeli produk cookies Waroeng Cokelat terkonsentrasi di wilayah
Bogor dan Jakarta, sedangkan produk praline hanya di wilayah Bogor dan Bandung. Penjulan produk Waroeng Cokelat dilakukan dengan cara menjual
langsung di rumah produksi melalui tangan penyalur dan menawarkan langsung melalui pameran-pameran. Sistem penjualan yang ditawarkan langsung di rumah
produksi yaitu di Jalan Anggada I no.2 Perumahan Indrapasta, kenyamanan pelanggan saat membeli sangat penting untuk ditingkatkan. Waroeng Cokelat
melayani sistem delivery order dengan minimal pesanan sebanyak lima lusin dan waktu pengiriman untuk sistem pemesanan ini ditentukan oleh pihak Waroeng
Cokelat. Harga yang ditawarkanWaroeng Cokelat tidak dapat diturunkan lagi
karena harga yang diberikan kepada distributor dengan minimal pembelian sebesar lima lusin berbeda dengan pembelian produk Waroeng Cokelat per
toples. Sehingga kekuatan tawar-menawar dari pihak pembeli dapat dikatakan tidak kuat. Meskipun demikian, permintaan akan produk Waroeng Cokelat
selalu meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari kepuasan pelanggan akan kualitas yang ditawarkan Waroeng Cokelat, baik rasa maupun harga produk yang
terjangkau, sehingga mendapatkan respon yang baik dari pelanggan Waroeng Cokelat. Hal tersebut menyebabkan pelanggan selalu ingin membeli kembali
produk Waroeng Cokelat. Hubungan yang baik antara Waroeng Cokelat dengan pelanggan yang telah terjalin dapat mempertahankan posisi tawar produk
Waroeng Cokelat. Pemilik senantiasa menjaga kualitas produk, pelayanan dan kenyaman pelanggan dalam membeli, agar tidak berpaling pada produk pesaing.
d Kekuatan Tawar PenjualPemasok
Pemasok memiliki peran yang sangat signifikan bagi tiap perusahaan sebagai mitra usahanya. Seperti diketahui bahwa tidak banyak perusahaan yang
menguasai sendiri sumber-sumber suplai bahan mentah dan bahan baku untuk diolah lebih lanjut dalam proses produksi. Oleh karenanya terdapat
ketergantungan antara satu perusahaan yang menghasilkan satu produk tertentu dengan pemasoknya.
77 Waroeng Cokelat telah memiliki pemasok tetap untuk baku utama
cokelat. Bahan baku cokelat diperoeh dari distributor PT Gandum Mas Kencana dan PT Mero Sekawan Jaya. Pemasok khusus bahan baku cokelat memiliki
kekuatan tawar yang kuat, karena Waroeng Cokelat hanya bergantung pada dua pemasok tersebut. Hal ini disebakan karena sistem pembayaran yang dilakukan
oleh kedua pemasok tersebut menggunakan perjanjian sebelumnya, yaitu dibayar satu bulan setelah pengiriman bahan baku. Alasan ini yang menyebabkan
Waroeng Cokelat loyal terhadap kedua pemasok tersebut. Sedangkan untuk bahan baku tambahan didapatkan dari Toko Kota Jaya, Pasar Anyar Bogor.
Namun jika kebutuhan akan bahan baku tambahan di pemasok ini tidak dapat terpenuhi seluruhnya, maka Waroeng Cokelat mencari bahan baku yang kurang
tersebut di pemasok lain. Sehingga pemasok untuk bahan tambahan ini tidak memiliki posisi tawar yang begitu kuat bagi Waroeng Cokelat.
e Persaingan Diantara Perusahaan Sejenis
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinkes Kota Bogor untuk tahun 2007 terdaftar 35 usaha industri rumah tangga dengan usaha sejenis. Namun
terdapat beberapa pesaing Waroeng Cokelat yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di Diskes, sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha
informal atau usaha sejenis yang muncul pada musim tertentu saja. Selain itu, usaha sejenis Waroeng Cokelat yang menghasilkan produk sejenis, untuk
produk cookies yaitu Breadtalk dan Amanda, sedangkan untuk produk praline yaitu Davinda Cokelat, My Chocolate, Alya Cokelat, Death By Chocolate dan
Montaro. Hal tersebut disebabakan karena rendahnya hambatan untuk memasuki usaha ini, sehingga mendorong pengusaha baru yang sejenis masuk dalam usaha
tersebut. Target pasar yang dipilih oleh Waroeng Cokelat sejak awal berdiri yaitu
kalangan menengah ke bawah, dengan strategi harga yang ditawarkan oleh Waroeng Cokelat bersaing dengan para pesaingnya. Keberadaan usaha dalam
persaingan antar usaha cookies dan praline cukup kuat terutama pada musim tertentu, hal ini terlihat dari eksistensi Waroeng Cokelat dalam mengembangkan
usahanya.
78
6.2 Analisis Lingkungan Internal