Perumusan Masalah Strategi Pengembangan Usaha Kecil "Waroeng Cokelat" (Kasus Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat

20 Salah satu UKM di Kota Bogor yang berkembang sejak enam tahun terakhir adalah UKM Waroeng Cokelat. Waroeng Cokelat memproduksi beraneka macam praline permen cokelat dan cookies kue kering dengan bahan baku cokelat. Waroeng Cokelat mendapatkan pembinaan serta pengembangan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor dalam bidang pemasaran maupun pelatihan. Pembinaan pemasaran dilakukan dengan cara mengikutsertakan UKM “Waroeng Cokelat” dalam pameran-pameran, baik skala nasional maupun internasional, sedangkan pelatihan ditujukan melalui berbagai macam seminar. Hal ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Disperindagkop Kota Bogor untuk terus mengembangkan UKM yang berada di wilayah Kota Bogor.

1.2 Perumusan Masalah

“Waroeng Cokelat” adalah salah satu UKM unggulan binaan Disperindagkop Kota Bogor yang berdiri sejak tahun 2002, namun Waroeng Cokelat mulai memasarkan hasil produksinya pada tahun 2003. “Waroeng Cokelat” merupakan salah satu industri rumahan yang memproduksi beranekaragam praline, cookies dan cokelat batangan dengan bentuk dan rasa cokelat yang khas. Hasil produksi “Waroeng Cokelat” diantaranya adalah Cookies berupa kurma cokelat, pindekas cokelat, coco cokelat, etnik cokelat dan sagu keju. Candies berupa lolipop cokelat dan souvenir berupa spesial cokelat Valentine dan happy birthday . Berdasarkan keanekaragaman produk yang dihasilkan, “Waroeng Cokelat” mengalami peningkatan produksi selama enam tahun terakhir. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Cokelat Batangan yang Digunakan Waroeng Cokelat Dalam Pembuatan Praline dan Cookies Tahun 2003-2008 Cokelat Batangan yang Digunakan Kg Tahun Parline Cokelat Cookies Cokelat 2003 15 62 2004 26 137 2005 50 150 2006 72 167 2007 214 600 2008 250 1000 Sumber : “Waroeng Cokelat” 2008 21 Berdasarkan data di atas, nilai penjualan cookies cokelat lebih besar dibandingkan praline cokelat. Hal tersebut disebabkan karena jumlah batangan cokelat yang digunakan untuk pembuatan cookies lebih besar dibandingkan praline cokelat. Selain itu, hal yang melatarbelakangi peningkatan penjualan cookies di Waroeng Cokelat yaitu karena adanya peningkatan permintaan di hari raya Idul Fitri, karena pada saat itu konsumen memiliki budaya yang kuat untuk menyediakan cookies. Sehingga penjualan pada saat hari raya Idul Fitri memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan hari-hari di luar Idul Fitri. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Perkembangan Penjualan Cookies dan Praline Waroeng Cokelat Tahun 2003-2008 Penjualan Cookies dan Praline Cokelat Rp Tahun Saat Idul Fitri Selain Idul Fitri 2003 17.600.000 - 2004 36.000.000 - 2005 56.000.000 4.480.000 2006 79.200.000 16.800.000 2007 210.000.000 42.000.000 2008 280.000.000 63.800.000 Sumber : Waroeng Cokelat 2008 Pada saat permintaan cookies di hari raya Idul Fitri meningkat, Waroeng Cokelat menghadapi beberapa kendala dalam menjalankan usahanya. Meningkatnya permintaan akan cookies pada saat hari raya Idul Fitri, menyebabkan Waroeng Cokelat membutuhkan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan di luar hari raya Idul Fitri, karena selama ini Waroeng Cokelat hanya memiliki tenaga kerja yang bersifat tidak tetap tenaga kerja borongan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya keterampilan tenaga kerja dalam menghasilkan cookies, mengingat hasil produksi Waroeng Cokelat merupakan hasil olahan tangan handmade, sehingga pada saat hari raya Idul Fitri Waroeng Cokelat tidak dapat sepenuhnya memenuhi permintaan konsumen. Selain itu, untuk memenuhi pesanan dari konsumen pada saat permintaan meningkat, Waroeng Cokelat menghadapi kendala dalam hal keuangan, yaitu terbatasnya modal yang dimiliki. Pada saat permintaan meningkat, Waroeng Cokelat 22 memerlukan tambahan modal untuk dapat memenuhi pesanan para pelanggan sehingga usaha ini dapat meningkatkan produksi dan mengembangkan usahanya. Strategi pemasaran yang dijalankan oleh Waroeng Cokelat, yaitu hasil produksi tidak dipasarkan langsung ke konsumen akhir, namun pemasaran dilakukan melalui tenaga kerja penjual. Tenaga kerja penjual ini merupakan orang yang menyalurkan hasil produksi Waroeng Cokelat dengan patokan harga yang lebih murah dibandingkan harga untuk konsumen akhir. Strategi pemasaran tersebut dipilih dengan alasan bahwa pembelian yang dilakukan oleh distributor dalam partai besar, sehingga aliran modal berjalan dengan lancar. Namun di luar musim hari raya Idul Fitri, Natal maupun Valentine, strategi pemasaran ini diduga kurang efektif karena hanya menunggu pesanan dari para pelanggan, sehingga diperlukan strategi pemasaran yang tepat bagi Waroeng Cokelat untuk dapat terus meningkatkan penjualannya. Banyak bermunculan usaha-usaha sejenis yang memproduksi cookies maupun praline pada saat hari raya Idul Fitri, Natal ataupun hari Kasih Sayang Valentine menyebabkan meningkatnya persaingan usaha sejenis. Hal tersebut disebabkan karena bisnis cookies dan praline bersifat musiman, artinya permintaan akan produk tersebut meningkat ketika musim tertentu, sehingga Waroeng Cokelat memerlukan beberapa strategi untuk meningkatkan jumlah pelanggan. Data industri rumah tangga yang memproduksi produk sejenis dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Daftar Industri Rumah Tangga yang Memproduksi Cokelat, Cake, Cookies dan Roti di Kota Bogor Tahun 2004-2007 Tahun Jumlah 2004 4 2005 7 2006 23 2007 35 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Bogor 2008 Waroeng Cokelat telah terdaftar di Dinas Kesehatan Diskes PIRT No. 210.327101.622. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari Diskes Kota Bogor, menyatakan bahwa terdapat beberapa pelaku usaha industri rumah tangga yang 23 tidak mendaftarkan usahanya kepada Diskes untuk mendapatkan Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga SPP-IRT. Padahal salah satu keunggulan dari suatu produk pangan yaitu jika produk tersebut memiliki izin Diskes. Selain itu, SPP-IRT bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan kepada konsumen akan produk yang dihasilkan. Diskes pun menyatakan bahwa terdapat beberapa pesaing Waroeng Cokelat yang tidak masuk dalam daftar industri rumah tangga di Diskes sehingga usaha tersebut tergolong pada usaha informal atau usaha sejenis yang muncul pada musim tertentu saja. Dilatarbelakangi hal tersebut maka Waroeng Cokelat memerlukan perencanaan untuk mengembangkan usahanya dengan cara menunjukkan berbagai keunggulan yang dimiliki Waroeng Cokelat secara konsisten. Berdasarkan kondisi yang tengah dihadapi, diperlukan analisis lingkungan eksternal maupun lingkungan internal pada usaha kecil ”Waroeng Cokelat” berupa kekuatan dan kelemahan, serta ancaman dan peluang yang terdapat pada ”Waroeng Cokelat”. Hasil analisis lingkungan tersebut dapat menghasilkan formulasi strategi pengembangan usaha yang sesuai dengan keadaan Waroeng Cokelat saat ini. Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor eksternal dan internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan usaha kecil “Waroeng Cokelat”? 2. Strategi apa yang dapat diterapkan “Waroeng Cokelat” dalam mengembangkan usahanya yang sesuai dengan kondisi lingkungan “Waroeng Cokelat” saat ini?

1.3 Tujuan Penelitian