Tabel 91 Matriks evaluasi faktor eksternal kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG
Faktor eksternal
Bobot Rating
Nilai Peluang Opportunities
a. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi upaya pelestarian budaya
khususnya MTG yang kaya ragam, jenis dan fungsinya. 0.120
4 0.480
b. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan kesadaran
perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi dan seimbang. 0.120
4 0.480
c. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memberikan keterampilan dan jiwa
wira usaha pada setiap peserta didik. 0.100
4 0.400
d. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi media transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama tentang makanan tradisional yang selama ini hanya berada di institusi pendidikanpenelitian dan tidak
mencapai sasaran seluruh lapisan masyarakat. 0.120
4 0.480
e. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai
permasalahan gizi dan kesehatan serta memberikan peluang umur harapan hidup yang meningkat.
0.120 3
0.360 Ancaman Threats
a. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional.
0.085 1
0.085 b.
Persepsi masyarakat tentang mengonsumsi makanan tradisional tidak bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food.
0.080 1
0.080 c.
Semakin menjamurnya tempat-tempat makan kafe, restoran, warung, dll yang menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang
berkhasiat ditinggalkan. 0.075
1 0.075
d. Ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal.
0.090 2
0.180 e.
Semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam, dan seimbang.
0.090 1
0.090 Jumlah
1.00 2.710
Faktor eksternal ancaman yang memiliki kepentingan relatif tertinggi yaitu ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal dengan nilai
yang dibobot sebesar 0,18. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya ketersediaan pangan yang terbatas. Menurut Tanziha 2010 bahwa keberlang-
sungan ketersediaan pangan diperhadapkan pada beberapa masalah dan tantangan salah satunya adalah kapasitas produksi pangan yang semakin terbatas karena
adanya peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonominya yang berakibat pada konversi lahan pertanian ke lahan bukan pertanian.
Kemudian diikuti oleh semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam dan seimbang dengan nilai yang
dibobot sebesar 0,09. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional memiliki nilai yang dibobot sebesar 0,085 dan persepsi masyarakat dalam
mengonsumsi MTG tidak bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food memperoleh nilai yang dibobot sebesar 0,080. Selanjutnya yang mempunyai
faktor eksternal ancaman terendah adalah semakin menjamurnya tempat-tempat makan kafe, restoran, warung, dll yang menyediakan makanan lain sehingga
makanan tradisional yang berkhasiat ditinggalkan dengan nilai yang dibobot sebesar 0,075. Lihat Tabel 91.
2.3 Alternatif Strategi Pengembangan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis
MTG
Berdasarkan hasil pencocokan dari matriks SWOT pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG diperoleh beberapa alternatif strategi
159 yang dilakukan dalam perumusan pengembangan kebijakan mulok tersebut.
Alternatif strategi yang diperoleh berdasarkan hasil pencocokan pada matriks SWOT yaitu peningkatan kinerja dan kapasistas SDM Strategi S-O; komitmen,
peran dan kemitraan antar stakeholders S-T; peraturan daerah W-O; dan pengembagan sarana pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG W-T. Lihat
Tabel 92.
Alternatif strategi S-O yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah peningkatan kinerja lembaga dan kapasitas SDM. Strategi ini memanfaatkan
kekuatan utama yang dimiliki oleh pemerintah daerah yaitu terdapatnya institusi yang menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG, adanya guru mulok
yang telah disertifikasi pada mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG, tersedianya dukungan anggaran pelaksanaan kebijakan mulok melalui dana APBD
dan APBN. Faktor kekuatan yang ada ini digunakan untuk memanfaatkan peluang utama yaitu kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG yang dapat memberikan
kesadaran perilaku konsumsi MTG yang sehat, bergizi, beragam dan seimbang; dapat memberikan keterampilan dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik;
dapat menjadi media transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi terutama tentang makanan tradisional yang selama ini hanya berada di institusi
pendidikanpenelitian dan tidak mencapai sasaran seluruh lapisan masyarakat; dapat memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan serta memberikan
peluang umur harapan hidup yang meningkat.
Alternatif S-T yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah komitmen dan kemitraan antara stakeholders dalam pengembangan kebijakan mulok ilmu
gizi berbasis MTG. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman. Kekuatan yang ada adalah terdapat institusi yang
menangani kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG; terdapat dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan mulok sebagai upaya pelestarian dan
pengembangan budaya; mulok ilmu gizi berbasis MTG sangat menarik dan penerapannya mendapat perhatiandukungan dari para gurukomite sekolah dan
terterima di kalangan siswa; dan adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi pada mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Kekuatan ini dioptimalkan
dalam rangka mengurangi dampak ancaman berupa iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional; persepsi masyarakat tentang mengonsumsi
makanan tradisional tidak bergengsi dibandingkan dengan makanan fast food; Semakin menjamurnya tempat-tempat makan kafe, restoran, warung, dll yang
menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang berkhasiat ditinggalkan; dan ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan
lokal.
Alternatif strategi W-O yang dipilih berdasarkan pencocokan adalah peraturan daerah Perda yang ditujukan untuk mengurangi kelemahan dan
memanfaatkan peluang. Kelemahan yang ada meliputi: masih rendahnya sosialisasi kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG; masih rendahnya peran
antara dinas atau instansi terkait karena belum didasari oleh Perda; keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih; keterbatasan materi pembelajaran karena
pembahasan kurikulum belum komprehensif; dan kebijakan pemda baru sebatas surat kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo dengan Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Gorontalo, belum sebagai sebuah perda.
Tabel 92 Strategi pengembangan kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG berdasarkan analisis SWOT
Kekuatan S
1. Terdapat institusi
yang menangani kebijakan mulok
ilmu gizi berbasis MTG 2. Terdapat dukungan masyarakat
terhadap pelaksanaan mulok sebagai upaya pelestarian dan
pengembangan budaya 3. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
sangat menarik
dan penerapannya
mendapat perhatiandukungan dari para
gurukomite sekolah
dan terterima di kalangan siswa
4. Adanya guru-guru mulok yang telah disertifikasi pada mata
pelajaran mulok
ilmu gizi
berbasis MTG 5. Tersedianya dukungan anggaran
pelaksanaan kebijakan mulok melalui dana APBD dan APBN
Kelemahan W
1. Masih rendahnya
sosialisasi kebijakan mulok
ilmu gizi berbasis MTG
2. Masih rendahnya peran antara dinas atau instansi terkait karena
belum didasari oleh Perda 3. Keterbatasan tenaga guru yang
telah dilatih 4. Keterbatasan
materi pembelajaran
karena pembahasan kurikulum belum
komprehensif 5. Kebijakan pemda baru sebatas
surat kerja sama antara Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
dengan Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi
Gorontalo, belum
sebagai sebuah perda
Peluang O
1. Mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat menjadi upaya pelestarian
budaya 2. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG dapat memberikan kesadaran perilaku konsumsi MTG yang
sehat, bergizi,
beragam, dan
seimbang 3. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat memberikan keterampilan dan jiwa wira usaha pada setiap
peserta didik. 4. Mulok ilmu gizi berbasis MTG
dapat menjadi media transformasi Iptek terutama tentang makanan
tradisional. 5. Kebijakan mulok ilmu gizi berbasis
MTG dapat memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan
serta memberikan peluang umur harapan hidup yang meningkat
Strategi SO: Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Kinerja Lembaga dan Kapasitas SDM
S1, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5
Strategi WO: Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Peraturan Daerah Perda W1, W2, W3, W4, W5, O1,
O2, O3, O4, O5
Ancaman T
1. Iklan-iklan yang tidak memihak pada makanan tradisional
2. Persepsi masyarakat
tentang mengonsumsi makanan tradisional
tidak bergengsi
dibandingkan dengan makanan fast food
3. Semakin menjamurnya
tempat- tempat makan kafe, restoran,
warung, dll yang menyediakan makanan lain sehingga makanan
tradisional yang
berkhasiat ditinggalkan
4. Ketergantungan terhadap produk yang bukan berbahan makanan
lokal 5. Semakin menurunnya orang yang
mengetahui makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam dan
seimbang
Strategi ST: Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
Komitmen, Peran dan Kemitraan
S1, S2, S3, S4, T1, T2, T3, T4
Strategi WT: Strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari ancaman
Pengembangan Sarana Pembelajaran Mulok
W3, W4, T3, T4,T5
Kelemahan belum adanya perda tersebut dapat dikurangi dengan memanfaatkan peluang yang ada yaitu mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat
161 menjadi upaya pelestarian budaya; dapat memberikan kesadaran perilaku
konsumsi MTG yang sehat, bergizi, beragam dan berimbang; dapat memberikan keterampilan dan jiwa wira usaha pada setiap peserta didik, dapat menjadi media
transformasi Iptek terutama tentang makanan tradisional, kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dapat memutus mata rantai permasalahan gizi dan kesehatan
serta memberikan peluang umur harapan hidup yang meningkat.
Alternatif strategi W-T yang dipilih berdasarkan hasil pencocokan adalah pengembangan sarana pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG. Strategi ini
mengurangi kelemahan untuk menghindari ancaman. Kelemahan yang harus diminimalisir adalah keterbatasan tenaga guru yang telah dilatih dan keterbatasan
materi pembelajaran karena pembahasan kurikulum belum komprehensif. Sementara faktor ancaman yang harus diantisipasi adalah semakin menjamurnya
tempat-tempat makan kafe, restoran, warung, dll yang menyediakan makanan lain sehingga makanan tradisional yang berkhasiat ditinggalkan; ketergantungan
terhadap produk yang bukan berbahan makanan lokal; dan semakin menurunnya orang yang mengetahui makanan tradisional yang sehat, bergizi, beragam dan
berimbang.
3. Prioritas Strategi Pengembangan Kebijakan Mulok Ilmu Gizi Berbasis