Pengukuran sikap konsumsi MTG dilakukan dengan pendekatan penerimaan MTG pada contoh. Enumerator menanyakan tentang kesukaan MTG
pada contoh, dilanjutkan dengan alasannya berdasarkan penampilan, tekstur, aroma khas, cita rasa, menyehatkan, dan mudah diperoleh. Pengukuran sikap ini
menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban yaitu sangat suka SS, suka S cukup suka CS, kurang suka KS dan tidak suka TS.
Selanjutnya untuk praktik dilakukan dengan menanyakan frekuensi konsumsi MTG meliputi konsumsi: a. perhari, b. perminggu, c. perbulan, dan
d. pertahun. Lihat Lampiran 2.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku Konsumsi MTG
Untuk melihat perubahan perilaku konsumsi MTG yang terjadi dari kelompok nenek, ibu dan siswa maka unit analisis yang digunakan adalah siswa
itu sendiri dengan alasan bahwa kenampakan dari perubahan tersebut lebih terlihat pada siswa jika dibandingkan dengan ibu dan nenek sesuai hasil survei
pendahuluan. Data faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi MTG dapat ditinjau dari beberapa sisi yang didasari oleh pendapat Notoatmodjo 2010,
Lewin 1943 dalam Suhardjo 1989, Contento 2007 dan Krondl 1990 dalam Worobey 2006 yang meliputi keluarga, sekolah, peer group, keragaan makanan,
citra makanan, iklan dan pasar. Kemudian data tersebut dideskripsikan sebagai data dari faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku
konsumsi makanan MTG Gorontalo. Selanjutnya untuk faktor keluarga yang menyangkut tentang pendapatan keluarga dan pendidikan ibu dimasukan sebagai
variabel independen dalam faktor-faktor tersebut yang terpisah dari keluarga. Lihat Lampiran 4.
Kuesioner tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi makanan tradisional ini diujicobakan pada siswa yang mendapat mata pelajaran
mulok dan tidak mulok. Pengujian validitas butir instrument faktor-faktor tersebut dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkorelasi setiap butir soal dengan skor
total. Kriteria suatu butir soal valid dan reliabel apabila koefisen korelasi lebih besar dari nilai r T
abel pada taraf signifikan α=0,05. Untuk pengujian validitas dan realibilitas data digunakan software SPSS Statistical Program for Sosial
Sciences V.16.
Instrumen Pengumpulan Data 1. Kuesioner untuk mengukur perilaku pengetahuan, sikap dan praktik siswa,
ibu siswa dan nenek siswa Lampiran 2. 2. Kuisioner untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku konsumsi MTG pada siswa Lampiran 4.
Analisis Data 1. Perubahan perilaku konsumsi MTG dianalisis pada 3 generasi. Analisis data
dilakukan secara bertahap. Data pengetahuan, sikap, dan praktik konsumsi MTG terlebih dahulu dikelompokan sesuai dengan kelompok umur kemudian
diuji beda menggunakan t-test. Data yang digunakan adalah data rasio dan interval hasil wawancara dengan contoh. Untuk melihat perbedaan pada 3
generasi menggunakan uji Anova one-way dan two way yang selanjutnya dideskripsikan.
53 Terdapat 80 MTG yang telah teriventaris sementara, tetapi karena
keterbatasan sumber daya maka yang diajarkan rata-rata berkisar 40 berarti baru 32 MTG. Selanjutnya digambarkan pengetahuan MTG contoh siswa, ibu
siswa dan nenek siswa dalam 3 kategori. Cut-off point 3 kategori tersebut yaitu baik, sedang dan kurang Khomsan 2000 dengan skor masing-masing
adalah seperti pada Tabel 10.
Tabel 10 Kategori pengetahuan MTG contoh
Kategori Cut of point
Jumlah MTG Baik
80 dari 32 jenis MTG 26
Sedang 60-80 dari 32 jenis MTG
19-26 Kurang
60 dari 32 jenis MTG 19
Selain itu dideskripsikan pula frekuensi konsumsi MTG contoh dalam kategori berdasarkan frekuensi konsumsi perhari seperti Tabel 11.
Tabel 11Kategori frekuensi konsumsi MTG contoh perhari
Kategori frekuensi Cut of point
Tidak pernah 1
Jarang 1-4
Sering 4-7
Selalu ≥ 7
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku konsumsi MTG dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Sebelumnya dilakukan uji t-
test untuk melihat perbedaan faktor-faktor siswa mulok dan tidak mulok. Izin Penelitian
Izin dan persetujuan penelitian diperoleh dari contoh dengan melakukan: pertemuan dengan jajaran kesehatan dan dinas pendidikan; penjelasan pada siswa
dan keluarga siswa yang terpilih sebagai contoh penelitian juga mencakup hak dan kewajibannya dalam bentuk informed consent. Selanjutnya diperoleh izin
penelitian dari instansi penanggung jawab kebijakan mulok ilmu gizi berbasis MTG dari Dinas Kesehatan Provinsi Goronalo, Dinas Pendidikan Provinsi
Gorontalo dan Badan Kesatuan Bangsa Provinsi Gorontalo.
Hasil dan Pembahasan Gambaran Provinsi Gorontalo
Provinsi Gorontalo terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000 dan diresmikan pada tanggal 16 Pebruari 2001 yang secara resmi
terpisah dari provinsi induk yaitu Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi ini terletak antara 0
o
19’ – 1° 15’ Lintang Utara dan 121° 23’ – 123° 43’ Bujur Timur, dengan suhu berkisar antara 23,0
o
– 33,9
o
C. Wilayahnya berbatasan langsung dengan dua provinsi lain yaitu Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi
Sulawesi Utara di sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini
Undang-Undang No. 38 Tahun 2000.
Luas Provinsi Gorontalo adalah 11 967,64 km
2
. Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah ini hanya sebesar 0,63. Provinsi ini terdiri dari
5 lima kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Boalemo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo Utara, dan
Kota Gorontalo. Masing‐masing wilayah administrasinya terbagi lagi menjadi beberapa wilayah administrasi di bawahnya, yaitu kecamatan dan desakelurahan.
Pada tahun 2011. Provinsi Gorontalo terdiri dari 66 Kecamatan dan 619 DesaKelurahan. Lihat Tabel 12.
Pada tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi Gorontalo berdasarkan hasil sensus penduduk adalah 1 040 164 jiwa, yang terdiri dari 521 824 jiwa penduduk
laki‐laki dan 518 250 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk terbanyak yaitu berada pada daerah Kabupaten Gorontalo, yang terendah yaitu daerah
Kabupaten Gorontalo Utara dan daerah dengan tingkat kepadatan penduduknya paling tinggi adalah kota Gorontalo. Selain itu di Provinsi Gorontalo ada 96,82
penduduk beragama Islam, 1,97 Protestan, 0,74 Katolik, 0,39 Hindu, dan sisanya 0,08 pemeluk agama Budha. Lihat Tabel 12.
Tabel 12 Luas daerah dan jumlah penduduk tahun 2010 menurut kabupaten kota di Provinsi Gorontalo
KabupatenKota Luas km
2
Jumlah penduduk tahun 2010
Kabupaten Boalemo 1.735,93
129 253 Kabupaten Gorontalo
2.207,58 355 988
Kabupaten Pohuwato 4.291,81
128 748 Kabupaten Bone Bolango
1.889,04 141 915
Kabupaten Gorontalo Utara 1.777,03
104 133 Kota Gorontalo
66,25 180 127
Provinsi 11.967,64
1.040 164
Sumber : Badan Pertanahan Nasional Provinsi Gorontalo tahun 2011.
Penduduk Provinsi Gorontalo bekerja pada berbagai lapangan usaha. Menurut BPS Provinsi Gorontalo 2010 bahwa Paling banyak bekerja dalam
lapangan usaha pertanian yaitu sebesar 40,87 dari 432 926 jiwa, 18,78 bekerja dalam sektor jasa, 16,45 sebagai pedagang, sedangkan sisanya pada
lapangan usaha industri, konstruksi, listrik, dan transportasi.
Peningkatan SDM menjadi program unggulan pemerintahan Provinsi Gorontalo tahun 2012-1217 yang menggratiskan biaya pendidikan dasar dan
menengah. Ini lebih difokuskan kepada pemberian kesempatan seluas‐luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, terutama penduduk kelompok
usia sekolah umur 7‐24 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh, di Provinsi Gorontalo ada 603 Taman Kanak‐Kanak dengan 22 968 murid dan 1 935 guru;
945 Sekolah Dasar SD sederajat, dengan 146 118 murid dan 10 161 guru; 355 Sekolah Menengah Pertama SMP sederajat dengan 53 592 murid dan 4 113
guru; 119 Sekolah Menengah Atas SMA sederajat dengan 36 535 murid dan 2 970 guru Dikpora 2010. Selain itu terdapat 3 perguruan tinggi negeri dan 6
perguruan tinggi swasta dengan mahasiswa yang berasal daerah Gorontalo juga dari daerah lainnya Sulawesi, Maluku, Papua, Kalimantan, Jawa dan Sumatera.
55
Karakteristik Contoh
Penelitian ini menggunakan beberapa contoh yang meliputi: siswa yang mempunyai ibu yang tinggal serumah dan mempunyai nenek ibu dari ibu siswa
yang menjadi contoh atau ibu dari bapak siswa yang menjadi contoh. Selain itu contoh para pelaku kebijakan mulok yang ditentukan secara purposive meliputi
guru mata pelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG di sekolah contoh mulok, kepala sekolah contoh SMP mulok dan tidak mulok, para pejabat birokrasi, unsur
legislatif, akademisi dan tokoh masyarakatagama. 1.
Siswa
Umur contoh siswa terendah masing-masing pada mulok dan tidak mulok adalah 150 bulan dan 152 bulan. Umur mereka yang tertinggi pada contoh siswa
mulok yakni 223 bulan dan 214 bulan pada tidak mulok. Sementara rata-rata umur mereka yakni 176,01±12,74 atau 14,7 tahun bulan contoh siswa mulok dan
177,93±9,84 atau 14,8 tahun pada tidak mulok. Umur ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p0,05. Umur siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok
berdasarkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Jumlah terbanyak terdapat pada kelompok umur 13-15 tahun yaitu 91,50 contoh siswa mulok dan 89,47
pada tidak mulok.
Tabel 13 Sebaran contoh siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok berdasarkan umur
Umur siswa Tahun
Siswa mulok Siswa tidak mulok
n n
10-12 1
0.65 1
0.66 13-15
140 91.50
136 89.47
16-18 12
7.84 15
9.87
Contoh siswa ini tergolong sebagai kelompok umur remaja adolescence yaitu 11-19 tahun yang ditandai adanya perubahan kemampuan fisik, emosi, dan
berfikir Cobb 2001. Usia ini dikenal dengan masa pertumbuhan cepat growth spurt, tahap pertama dari serangkaian perubahan menuju kematangan fisik dan
seksual Soekirman et al. 2010. Selanjutnya bahwa pada masa remaja ini merupakan tahap transisi penting pertumbuhan dari masa anak-anak menuju
dewasa yang ditandai terjadinya peningkatan massa tubuh tulang, otot, lemak dan berat badan serta perubahan-perubahan biokimiawi hormonal. Lihat Tabel 13.
Hampir semua siswa setiap pergi ke sekolah selalu diberikan uang saku dan jajan. Ada 144 atau 94,11 contoh siswa mulok yang diberikan uang saku dan
tidak mulok ada 145 atau 95,39 yang berkisar antara Rp1000.00 sampai Rp3000.00. Uang saku yang diberikan ini sebagai ongkos transportasi dari rumah
ke sekolah atau sebaliknya dan ada yang ke sekolah jalan kaki, pulang baru naik kendaraan umum dengan rata-ratanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
p0,05
yaitu Rp2320,26±2032,650 pada contoh siswa mulok dan Rp2371,71±746,951 tidak mulok.
Contoh siswa mulok yang diberikan uang jajan ada 149 atau 97,38 dan tidak mulok ada 150 atau 98,68 contoh siswa yang berkisar antara Rp1000.00
sampai Rp13000.00. Uang jajan yang diberikan oleh masing-masing orang tua
bervariasi dan sesungguhnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p0,05. Rata-rata uang jajan mereka adalah Rp3620,92±2032,650 pada siswa mulok dan
Rp3680,92±1994,653 pada tidak mulok.
Penelitian Dwiriani et al. 2011 menunjukkan bahwa pemberian uang saku berkisar antara Rp 2 000 - Rp 15 000. Demikian pula dengan uang jajan yang
relatif sama dengan uang saku.
2. Ibu Siswa