motivasi untuk makan dan asupan makanan pada remaja yang kelebihan berat badan diperoleh ada bukti yang berkembang bahwa pengalaman dikucilkan
seseorang dapat mengganggu kemampuan individu untuk mengatur diri, yang pada gilirannya menyebabkan perilaku kesehatan negatif, seperti makan yang
tidak sehat meningkat. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas pada remaja mungkin beresiko sebagai pengisolasian secara sosial
dan dapat meningkatkan kesulitan untuk mempromosikan perubahan perilaku jangka panjang dalam perilaku kesehatan remaja yang kelebihan berat badan. Hal
ini didukung oleh hasil penelitian Wouters et al. 2010 yang menyatakan bahwa intervensi pada peer group mendukung penurunan tekanan psikologis, khususnya
gejala depresi, kecemasan dan kemarahan. Dengan demikian, penggunaan intervensi dukungan kelompok sebaya harus dimasukkan ke dalam program
kesehatan sekolah.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pilihan makanan yang dibuat oleh para pemimpin kelompok di suatu kafetaria sekolah memiliki
pengaruh dalam membuat pilihan makanan sehat di AS Birnbaum et al. 2002 dalam Bevelander et al. 2011. Hal ini terjadi mungkin karena rekan-
rekannya memfasilitasi pembelian produk makanan yang tidak sehat dan temuan ini mungkin menjadi nilai berarti bagi kebijakan pemerintah, kesehatan, dan
sekolah misalnya dengan mengarahkan pendidikan kesehatan pada kelompok di sekolah. Selanjutnya Bevelander et al. 2011 menyatakan bahwa konsumsi
makanan
dan minuman
ringan individu terkait dengan
ketersediaan kombinasi konsumsi makanan tertentu dari rekan-rekan mereka di sekolah, dan
karakteristik pribadi mereka. 4.
Keragaan Makanan Tradisional
Pola kebiasaan konsumsi makanan dipengaruhi oleh bagaimana seseorang memberi arti kepada makanan yang biasa dikonsumsi. Pada umumnya penerimaan
dan penolakan terhadap suatu jenis makanan merupakan kebiasaan yang sulit untuk dirubah karena sifatnya sangat pribadi Wulan 1997. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Johnson et al. 2011 dengan tujuan untuk memahami makanan sehari-hari pada ibu menyatakan bahwa keragaan makanan tradisional
menggarisbawahi bagaimana pentingnya memahami identitas yang berkaitan dengan makanan serta yang dapat mempengaruhi pilihan makanan.
Lewin 1943 dalam Suhardjo 1989 telah mempelajari apa yang dia anggap sebagai nilai dasar yang menentukan pilihan makanan agar dapat
menentukan lebih baik apa yang orang makan dan lakukan yang meliputi rasa taste, nilai sosial, manfaat bagi kesehatan dan harga.
Menurut Kuhne et al. 2010 bahwa meskipun ada kontroversial dalam konteks makanan tradisional, tetapi sangat penting untuk mengatasinya melalui
proses inovasi. Selanjutnya bahwa proses ini dapat diterima oleh konsumen sepanjang melestarikan karakter makanan tradisional yang ditekankan sebagai
prasyarat dalam inovasi produk tersebut.
5. Citra Makanan Tradisional
Berbagai jenis makanan mempunyai citra tersendiri di mata masyarakat. Ini menyebabkan masyarakat akan mengonsumsi makanan tertentu yang mempunyai
nilai sesuai dengan tingkat naluri pada makanan yang terdapat dalam masyarakat
21 Suhardjo 1989. Nilai makanan yang terdapat dalam masyarakat tersebut selalu
tergambarkan dalam pikiran manusia sehingga dapat berakhir dengan keputusan untuk mengonsumsi makanan tradisional tersebut.
Adapula orang yang mengonsumsi makanan didasari oleh gengsi sosialnya yang mengikuti perkembangan zaman sehingga akan dianggap mempunyai gaya
hidup yang beda dan bahkan lebih modern jika tidak mengonsumsi makanan tradisional. Hasil penelitian yang dilakukan Yulianis 2009 ditemukan bahwa
faktor gengsi sosial dan gaya hidup yang mengarah ke nilai-nilai modernisasi yang menganggap segala sesuatu yang berbau tradisional atau lokal adalah
dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman.
Citra makanan tradisional berhubungan dengan berbagai bahan makanan yang menyusunnya. Ada orang senang mengonsumsi makanan tersebut, tetapi
dapat menjadi pengalaman yang dilematis: mereka butuh untuk mencari beragam makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi di sisi lain dapat berpotensi
berbahaya Rozin 1988 dalam Contento 2007. Sebagai contoh adalah bahan makanan dari hewani seperti daging yang dapat memenuhi kebutuhan protein
namun dapat pula berpotensi menyebabkan tubuh tidak sehat.
Kemungkinan oleh karena kelangkaan ketersediaan makanan tradisional maka terjadi berbagai keadaan yang dapat mempengaruhi citra dari makanan
tersebut. Menurut Almli et al. 2011 bahwa makanan tradisional relatif mahal dan memakan waktu dalam menyiapkannya untuk selera tertentu, kualitas,
penampilan, nilai gizi, kesehatan dan keamanan makanan tersebut. 6.
Iklan
Iklan sangat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan seseorang sehingga dapat berubah dari makanan tradisional ke makanan fasf food. Iklan ini dapat
melalui media elektronik radio, televisi, dll juga dari media cetak Koran, majalah, bulletin, dll. Menurut Bowen dan Devine 2011 bahwa model
multimedia termasuk karakteristik masyarakat dan budaya dapat mempengaruhi akulturasi makanan di tingkat keluarga dan rumah tangga serta pilihan makanan
pada kalangan remaja wanita.
Goris et al. 2009 menyatakan bahwa kontribusi iklan terhadap terjadinya obesitas di Amerika Serikat berkisar antara 16-40, di Australia 10-28, di
Italia dan Inggris berkisar antara 4-18, sehingga kontribusi iklan televisi tentang makanan dan minuman untuk prevalensi obesitas jelas berbeda antara
negara dan mungkin signifikan di beberapa negara. Selanjutnya dalam penelitian Andreyeva et al. 2011 dengan tujuan menganalisis pengaruh iklan dihubungkan
dengan konsumsi makanan siap saji, minuman ringan dan obesitas, ternyata iklan televisi dapat meningkatkan penggunaan gula pemanis, soft drink berkarbonasi
pada anak. Akibatnya iklan dikatakan dapat meningkatkan konsumsi keseluruhan kategori makanan yang tidak sehat.
Anschutz et al. 2011 melakukan penelitian tentang efek langsung dari menonton iklan di televisi terhadap asupan makanan ringan pada dewasa muda,
dimana hasilnya
menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan
berbeda terpengaruh oleh iklan makanan. Asupan makanan pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan pria ketika mereka melihat iklan makanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan untuk makan
makanan ringan bila terkena iklan makanan.
Menurut Wadolowska et al. 2008 bahwa iklan telah menyangkal secara umum dan merupakan faktor yang penting dalam pemilihan makanan. Perhatian
pada iklan meningkat jika informasi tentang makanan yang diberikan terkait dengan kesehatan. Motif pemilihan makanan lebih besar tegantung pada jenis
kelamin dan umur, keterjangkauan informasi pada suatu daerah, kondisi ekonomi dan pendidikan. Ibu-ibu dan remaja wanita dalam memilih makanan lebih sering
ditunjukkan oleh karena perilaku dukungan kesehatan, motif mengonsumsi, kesukaan dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
7. Pasar