4.6.2 Ibu Siswa
Makanan pokok MTG yang menjadi pilihan terbanyak contoh ibu siswa perhari adalah nasi kuning sebesar 62,50, sementara untuk perminggu dan
perbulan adalah binthe biluhuta yang masing-masing 46,55 dan 40,00. Terlihat pula untuk pertahunnya adalah menu balobinthe sebesar 75,00.
Memang makanan pokok ini adalah makanan yang selalu tersedia di rumah atau di tempat penjualan. Selanjutnya akan dijelaskan seperti terlihat pada Tabel 48.
Tabel 48 Sebaran contoh ibu siswa yang mengonsumsi makanan tradisional
Gorontalo
Hari Minggu
Bulan Tahun
Nama MTG Nama MTG
Nama MTG Nama MTG
Makanan pokok Nasi Kuning
62.50 Binthe Biluhuta
46.55 Binthe Biluhuta
40.00 Balobinthe
75.00 Binthe Biluhuta
25.00 Balobinthe
32.76 Balobinthe
35.00 Binthe Luopa
25.00 Balobinthe
12.50 Kasubi Ilahe
8.62 Kasubi Ilahe
17.50 -
- Lauk pauk
Bilenthango 90.00
Bilenthango 25.58
Dabu-dabu Lo sagela
25.00 Gamie Lo hele
20.00 Dabu-dabu Lo
sagela 7.50
Dabu-dabu Lo sagela
23.26 Gamie Lo hele
18.75 Gamie Lo
Bolowa 20.00
Perkedede Lo Binthe
2.50 Pilitode
20.93 Gamie Lo Bolowa
12.50 Garo Lo
Payangga 20.00
Sayuran Kando Tilumiti
71.43 Pilitode Lo
Poki-Poki 33.33
Gohu Lo Putungo 70.00
- -
Pilitode Lo Poki- Poki
9.52 Kando Tilumiti
30.95 Pilitode Lo Poki-
Poki 20.00
- -
Gohu Lo Putungo 4.76
Gohu Lo Putungo
19.05 Tilumithi Dungo
Popaya 10.00
- -
SnackKue Sabongi
36.59 Onde-onde
19.27 Onde-onde
14.00 Aliyadala
22.22 Sanggala
25.61 Popolulu
17.43 Tutulu
14.00 Onde-onde
16.67 Pusu lo kasubi
10.98 Lalamba
8.26 Keyabo
10.00 Sabongi
16.67 Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 43.
Jenis lauk pauk MTG yang dikonsumsi oleh contoh ibu siswa paling banyak untuk perharinya dan perminggu adalah bilenthango. Ada 90 ibu siswa yang
mengonsumsi bilenthango setiap hari dan setiap minggunya ada 25,58. Sementara pilihan terbanyak untuk perbulan adalah dabu-dabu lo sagela sebesar
25, dan untuk pertahunnya adalah gamie lo hele sebanyak 20.
Lagi-lagi kando tilumiti menjadi jenis sayuran pilihan terbanyak contoh ibu siswa untuk frekuensi setiap hari yaitu 71,43. Sedangkan konsumsi perminggu
terdapat sayur pilitode lo poki-poki sebanyak 33,33 dan perbulan adalah gohu lo putungo sebesar 70. Sementara tidak terdapat pilihan contoh ibu siswa pada
jenis menu sayuran pertahun. Kemungkinan ini karena semua jenis sayuran MTG biasa dikonsumsi setiap hari dan tidak ada yang khusus dikonsumsi pada hari-hari
tertentu.
Sebanyak 36,59 setiap hari ibu siswa mulok memilih sabongi sebagai jenis snackkue. Selanjutnya untuk perminggu dan perbulannya, onde-onde
menjadi pilihan terbanyak, sedangkan untuk pertahun adalah aliyadala. Jenis
85 snackkue ini dengan bahan utama ubi kayu atau singkong, sehingga ini juga
dapat merupakan upaya dalam ketahanan pangan yaitu dengan mengonsumsi makanan tradisional yang berbahan lokal.
4.6.3
Nenek Siswa
Banyak contoh nenek siswa memilih makanan pokok MTG yang terbuat dari bahan dasar jagung. Frekuensi konsumsi MTG perhari, minggu dan bulan
terbanyak pada binthe biluhuta dan balobinthe. Ini menandakan bahwa mereka masih mempertahankan makanan pokok yang berasal dari bahan bukan beras dan
masih menjadi pilihan yang dianggapnya terbaik.
Kesenangan contoh nenek siswa pada jenis lauk pauk yaitu bilenthango, yang terjadi frekuensi perhari dan bulan. MTG ini terbuat dari ikan air tawar
maupun ikan laut yang menjadi pilihan terbanyak. Hal ini terjadi pula pada umur masyarakat lainnya yang banyak mengonsumsi MTG tersebut setiap harinya.
Konsumsi contoh nenek siswa perbulan terbanyak pada pilitode. MTG ini merupakan paduan antara ikan dan santan kelapa disertai dengan bumbu-bumbu
yang khas, sehingga memberikan cita rasa yang spesifik. Kemungkinan hal ini yang menyebabkan banyak pilihan contoh pada pilitode. Sementara jumlah
pilihan MTG terbanyak pertahun adalah palau yaitu ayam kampung yang digoreng utuh satu ekor sudah dikeluarkan karkasnya, dibumbui dan biasanya
dibuat pada setiap ada upacara adat 7 bulanan kehamilan ibu dalam keluarga. Para nenek atau orang yang dianggap lebih tua biasanya diundang untuk pesta tersebut
karena dianggap akan memberikan keberkahan pada keluarga yang sedang hajatan tersebut. Kehadiran orang yang dituakan ini adalah sebuah kebahagiaan untuk
keluarga yang menyelenggakan pesta sehingga dihargai dengan diberikan palau. Ini terjadi pula pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang
diselenggarakan di masjid, dihadiri oleh berbagai kalangan dan dilaksanakan pada waktu setelah sholat Isya sampai jam 10 pagi. Tetapi pada waktu sebelum sholat
subuh, pembacaan doa dihentikan guna melaksanakan sholat subuh. Setelah itu dilanjutkan lagi pembacaan doa tersebut. Palau ini diberikan pada orang-orang
yang membaca doa yang biasanya paling banyak terdiri dari nenek-nenek dan kakek-kakek, dan ada juga yang dihadiahkan untuk para tokoh masyarakat atau
pemimpin daerah.
Tabel 49 menjelaskan pula praktik konsumsi MTG contoh nenek siswa pada jenis sayuran. Untuk pilihan terbanyak pada setiap hari dan minggu adalah kando
tilumiti. Sayur ini menjadi pilihan terbanyak karena kebiasaan makan jenis sayur tersebut telah diajarkan atau dibiasakan sejak kecil pada masyarakat Gorontalo
dan mudah diperoleh serta harganya murah. Selanjutnya untuk perbulan adalah menu ihu tilinanga yaitu sayur terong yang digoreng kemudian dibumbui dengan
bumbu yang sudah dicampur dengan santan yang kental. Ini seiring dengan rata- rata kebiasaan makanan pokok perbulan terbanyak pada balobinthe, karena
sayuran tersebut biasanya dianggap paling enak jika dimakan dengan makanan pokok yang berbahan jagung.
Tabel 49 Sebaran contoh nenek siswa yang mengonsumsi makanan tradisional Gorontalo
Hari Minggu
Bulan Tahun
Nama MTG Nama MTG
Nama MTG Nama MTG
Makanan pokok Binthe Biluhuta
33.33 Balobinthe
33.33 Balobinthe
40.74 Bajoe
33.33 Nasi Kuning
22.22 Binthe Biluhuta
31.25 Binthe Biluhuta
35.19 Balobinthe
33.33 Bajoe
11.11 Kasubi Ilahe
20.83 Kasubi Ilahe
11.11 Binthe
Biluhuta 33.33
Lauk pauk Bilenthango
49.09 Bilenthango
35.14 Pilitode
46.15 Palau
60.00 Dabu-dabu Lo
sagela 21.82
Dabu-dabu Lo sagela
32.43 Gamie Lo Bolowa
30.77 Gamie Lo
Bolowa 40.00
Pilitode 10.91
Pilitode 18.92
Bilenthango 23.08
- -
Sayuran Kando Tilumiti
90.48 Kando Tilumiti
38.89 Ihu tilinanga
41.67 -
- Ilahu
4.76 Pilitode Lo Poki-
Poki 33.33
Gohu Lo Putungo 33.33
- -
Pilitode Lo Poki- Poki
4.76 Gohu Lo Putungo
19.44 Pilitode Lo Poki-
Poki 16.67
- -
Snackkue Sanggala
49.18 Sabongi
24.14 Onde-onde
14.94 Tiliaya
17.86 Sabongi
24.59 Sanggala
22.99 Tutulu
11.49 Aliyadala
10.71 Aliyadala
4.92 Onde-onde
9.20 Aliyadala
10.34 Sabongi
10.71 Lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 44.
Untuk snackkue MTG, contoh nenek siswa untuk frekuensi perhari paling banyak memilih sanggala. Kue ini mudah dibuat dan diperoleh, biasanya menjadi
sandingan ketika seseorang minum kopi atau teh di pagi dan petang hari. Sementara untuk snackkue perminggu dan perbulan banyak dipilih adalah yang
terbuat dari singkong yaitu sabongi dan onde-onde. Di sini terlihat bahwa para contoh nenek siswa mempunyai kebiasaan yang masih dipertahankan yaitu
mengonsumsi menu dari bahan umbi-umbian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi MTG
Sebelum dilihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi MTG, terlebih dahulu ditunjukan perbedaan antara faktor-faktor tersebut pada contoh
siswa mulok dan tidak mulok lihat Tabel 50. Faktor-faktor ini ada tujuh yaitu keluarga, sekolah, peer group, keragaan MTG, citra MTG, iklan dan pasar.
Unit terkecil tempat interaksi contoh siswa dalam mengonsumsi MTG yang meliputi kefamilieran, kebiasaan, ketersediaan dan aturan makan dalam keluarga
yang merupakan faktor keluarga. Faktor keluarga contoh siswa mulok dibandingkan dengan tidak mulok perbedaannya tidak nyata. Rata-rata nilai faktor
keluarga contoh siswa mulok yaitu 23,39±2,162 dan 23,34±2,132 tidak mulok. Ini membuktikan adanya kesamaan bahwa sesungguhnya dalam keluarga contoh
siswa telah dilakukan upaya-upaya dalam memperkenalkan MTG kepada anaknya, dan upaya-upaya dalam membiasakan serta menganjurkan penggunaan
uang jajan untuk MTG.
Tempat interaksi siswa tentang konsumsi MTG yang meliputi pengenalan MTG, upaya pembiasaan mengonsumsi MTG, kegiatan praktik memasak MTG,
87 ketersediaan di kantin dan aturan yang diberlakukan di sekolah merupakan faktor
sekolah. Terdapat perbedaan yang nyata antara contoh siswa mulok dan tidak mulok yang masing-masing nilai rata-ratanya adalah 13,83±0,377 dan
8,01±0,880. Perbedaan ini jelas dimungkinkan karena adanya pembelajaran tentang MTG baik secara teori maupun praktik pada contoh siswa mulok sehingga
hal ini yang memberikan dasar perbedaan nilai rata-rata yang ada. Sementara pada siswa tidak mulok tentunya tidak dapat memberikan jawaban atau pernyataan
akibatnya nilai rata-ratanya lebih rendah. Hasil penelitian Ritchie et al. 2010 tentang dampak pendidikan gizi di California menyatakan bahwa pendidikan gizi
di sekolah yang terkoordinasi secara signifikan dapat mempengaruhi perilaku konsumsi makanan ke arah yang lebih baik pada pilihan makanan sehat.
Pertanyaan tentang peer group menyangkut tentang keberadaan teman sebaya dalam lingkungannya, komunikasi dalam kelompok tersebut, kesukaan
teman sebaya dalam mengonsumsi MTG, penggunaan MTG jika melakukan pertemuan atau kumpul-kumpul dengan teman sebaya, dan praktik memasak
MTG jika melakukan pertemuan. Rata-rata nilai peer group adalah hampir sama dan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara peer group contoh siswa mulok
dan tidak mulok dalam perilaku konsumsi MTG. Adapun rata-rata nilai faktor peer group pada contoh siswa mulok adalah 14,88±1,84 dan 14,74±1,74 tidak
mulok. Ini dapat menunjukkan bahwa sesungguhnya dalam peer group ini terjadi proses-proses perilaku konsumsi MTG karena dilihat dari nilai rata-rata yang ada
dengan skala Gudman yang berjumlah 9 pertanyaan maka yang menjawab setuju berkisar lebih dari 80. Interaksi dalam peer group ini dapat merupakan media
pelestarian dan pengembangan MTG.
Keragaan MTG menggambarkan tentang karakter makanan tersebut yang terdiri dari rasa, warna, aroma, tekstur, bahan-bahan yang digunakan, kepraktisan
dalam membuat dan membawa, mempunyai nilai sejarah serta berhubungan dengan nilai-nilai adat istiadat dan agama. Ternyata faktor ini berbeda nyata
antara yang terjadi pada contoh siswa mulok dan tidak mulok dengan rata-rata nilainya masing-masing adalah 45,88±2,50 dan 44,53±2,81. Perbedaan ini sebagai
luaran dari proses pembelajaran MTG yang membuat contoh siswa mulok memiliki pengetahuan keragaan MTG yang lebih tinggi karena materi
pembelajarannya menyangkut teori dan praktik yang dapat dikatakan sebagai inovasi dalam pelestarian makanan tradisional. Proses inovasi ini dapat diterima
oleh konsumen sepanjang melestarikan karakter makanan tradisional Kuhne et al 2010.
Citra MTG merupakan persepsi masyarakat contoh siswa tentang prestise konsumsi MTG, pengalaman mengonsumsi, kelangkaan dalam ketersediaan dan
kalangan yang mengonsumsinya. Terdapat perbedaan yang nyata citra MTG contoh siswa mulok dan tidak mulok yang masing-masing adalah 30,25±2,45 dan
27,40±3,23. Untuk contoh siswa mulok jika total nilai rata-ratanya dibagi dengan jumlah pernyataan ada 7 maka masuk dalam kategori setuju, sementara contoh
tidak mulok masuk dalam kategori cukup setuju. Sangat dimungkinkan keadaan ini karena contoh siswa mulok selain mempunyai persepsi tentang MTG secara
umum di masyarakat juga ditunjang oleh pembelajaran formal yang diterimanya di kelas yaitu tentang MTG secara teori dan praktik.
Tabel 50 Rata-rata nilai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi MTG siswa mulok ilmu gizi berbasis MTG dan tidak mulok
Faktor-faktor Siswa mulok
Siswa tidak mulok Sig 2-tailed
Keluarga 23.39±2.16
a
23.34±2.13
a
0.860 Sekolah
13.83±0.38
a
8.01±0.88
b
0.000 Peer group
14.88±1.84
a
14.74±1.74
a
0.519 Keragaan MTG
45.88±2.50
a
44.53±2.81
b
0.000 Citra MTG
30.25±2.45
a
27.40±3.23
b
0.000 Iklan
19.99±4.61
a
20.36±4.79
a
0.502 Pasar
8.39±1.43
a
8.62±1.18
a
0.133
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5.
Faktor selanjutnya adalah iklan yang merupakan frekuensi informasi makanan yang diakses melalui media televisi, internet, radio dan media cetak.
Ternyata akses yang dilakukan contoh siswa mulok dan tidak mulok tidak terdapat perbedaan yang nyata. Rata-rata 19,99±4,61 contoh siswa mulok dan
20,36±4,79 pada tidak mulok. Jika dirata-ratakan dalam kategori yang ada maka masuk dalam kategori antara kurang sering dan cukup sering dalam mengakses
informasi melalui media yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Andreyeva et al. 2011 menunjukan bahwa dengan paparan iklan
televisi dapat meningkatkan penggunaan gula pemanis dan soft drink berkarbonasi pada anak, akibatnya iklan dikatakan dapat meningkatkan konsumsi
keseluruhan kategori makanan yang tidak sehat.
Hasil penelitian Turrell et al. 2007 menunjukan bahwa perilaku pembelian makanan dapat dibedakan berdasarkan ketersediaan makanan, kemudahan
mengaksesnya, dan keterjangkauannya. Hal ini secara tidak langsung berkaitan dengan pasar yang dapat mempengaruhi perilaku konsumsi MTG, karena pasar
merupakan salah satu sarana tempat penyediaan MTG, tempat mengakses dalam proses perdagangan sehingga mudah diperoleh. Ini tidak menunjukkan perbedaan
baik jawaban yang diberikan oleh contoh siswa mulok dan tidak mulok dengan rata-rata masing-masingnya adalah 8,39±1,43 dan 8,62±1,18. Ketersediaan tempat
memproduksi dan penjualan MTG masih terbatas baik toko, warung, restoran dan pasar mingguan. Terdapat pula daerah yang belum tersedia toko ole-ole khusus
MTG. Ini sesuai dengan hasil pemantauan tempat penjualan di kabupatenkota di Provinsi Gorontalo pada 15 pasar, 12 restoran, 13 warung, 6 tempat penjual kaki
lima, 2 toko ole-ole dan 3 mall seperti pada Lampiran 35.
Ketiga faktor sekolah, keragaan MTG dan citra MTG yang berbeda antara
siswa mulok dan tidak mulok dapat disebabkan karena adanya proses pembelajaran mulok itu sendiri. Pembelajaran di sekolah menjadi stimulus
terhadap pengetahuan MTG yang difahami dari sisi keragaan dan citra MTG itu sendiri. Sementara pada siswa tidak mulok karena tidak ada pembelajaran tersebut
maka pemahaman mereka tentang keragaan dan citra MTG lebih rendah dan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan siswa mulok.
Dalam melihat keberpengaruhan faktor-faktor yang ada terhadap perilaku konsumsi MTG ternyata terdapat kolinieritas pada variabel bebas antara faktor
sekolah dan dummy membedakan sekolah mulok dan tidak mulok. Selanjutnya digunakan faktor dummy dalam membedakan antara mulok dan tidak mulok
melalui uji regresi linier berganda. Pengaruh faktor-faktor ini akan dijelaskan
89 berdasarkan perilaku konsumsi MTG yang meliputi pengetahuan, sikap dan
praktik.
1. Pengetahuan MTG
Model dari faktor-faktor yang berpengaruh pada pengetahuan MTG seperti pada Lampiran 48 ternyata hanya 9,2 keragaman dari pengetahuan yang dapat
dijelaskan sementara sisanya 90,8 dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Adapun faktor yang berpengaruh nyata pada pengetahuan adalah faktor dummy
p0,05. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi upaya-upaya peningkatan perilaku konsumsi MTG di sekolah maka semakin tinggi pula pengetahuan MTG
siswa.
Selain itu ternyata faktor pendidikan ibu juga berpengaruh secara nyata pada pengetahuan siswa. Hasil penelitian Rachmadewi dan Khomsan 2009
menunjukan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai pengetahuan gizi lebih tinggi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Ini dapat
menunjukkan bahwa selain pembelajaran mulok ilmu gizi berbasis MTG yang dapat meningkatkan pengetahuan MTG siswa juga didukung oleh pendidikan ibu
yang menunjang pembelajaran informal kepada anaknya tentang MTG. Selanjutnya, kedepan nanti jika pengetahuan MTG siswa saat ini baik,
kemungkinan pada saat dia dewasa nanti dapat merefleksikannya kepada keluarga dan masyarakat.
Dari Lampiran 48 tersebut dapat dituliskan model prediksi peningkatan pengetahuan MTG sebagai berikut adalah:
Pengetahuan MTG = 30,079 + 7,792D + 0,049Kel +0,386PG + -0,621K + 0,787 C + 0,043 I + 0,783 Psr + -3,836E-7 PdptnK+
2,101 Pddkn I
Keterangan: D
: dummy variabel Kel
: keluarga PG
: peer group K
: keragaan MTG C
: citra MTG I
: iklan Psr
: pasar Pdptn K
: pendapatan keluarga Pddkn I
: pendidikan ibu
2. Sikap Konsumsi MTG Pada Lampiran 48 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap siswa tentang MTG secara nyata hanyalah dummy. Ini berarti bahwa dalam model ini hanya proses pembelajaran mulok yang berpengaruh terhadap sikap
tentang MTG pada siswa. Terbentuknya sikap ini dimungkinkan oleh pembelajaran teori maupun praktik MTG di sekolah.
Keragaman dari sikap ini hanya 3,5 yang dapat dijelaskan melalui model. Sekalipun signifikan namun model ini sangat kecil kemampuannya untuk
menjelaskan peningkatan sikap terhadap MTG siswa. Adapun modelnya adalah: Sikap MTG = 177,730 + 40,039 D + -3,512 7Kel + 5,117 PG + 1,029 K +
0,960 C + -0,862 I + 4,156 Psr + 2,343E-6 Pdpatn K + 0,045Pddkn I