16
III. METODE PENELITIAN
3.1. KERANGKA PEMIKIRAN
Strategi pengelolaan lingkungan dalam suatu industri pada awalnya mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung. Hal ini tidak dapat diterapkan lagi dikarenakan sangat memerlukan biaya yang
cukup tinggi. Kemudian konsep strategi pengolahan pada industri berubah menjadi konsep EOP End of Pipe
, yaitu suatu strategi pemecahan masalah dengan mengolah limbah yang terbentuk sehingga kualitas lingkungan dapat ditingkatkan. Namun pada kenyataan konsep ini juga kurang efektif karena
limbah tetap terbentuk. Penerapan konsep ini berarti hanya bereaksi setelah limbah terbentuk dan tetap memerlukan biaya teknologi pengolahan limbah yang cukup tinggi dalam upaya perbaikan kerusakan
dan pencemaran Bapedal, 1996. Upaya pengelolaan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari industri kelapa sawit dilakukan
terus-menerus. Konsep pengelolaan mulai mendekati suatu konsep dengan upaya pencegahan. Konsep ini biasa lebih dikenal dengan produksi bersih. UNEP 1999 mendefenisikan produksi bersih adalah
sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan mengurangi risiko
terhadap manusia dan lingkungan. Pelaksanaan produksi bersih dilakukan dengan mengenalkan konsep dasar atau prinsip-prinsip produksi bersih kepada perusahaan. Kajian langsung di lapangan
dilakukan untuk melihat potensi-potensi kemungkinan penerapan produksi bersih untuk diterapkan. Selain itu juga dilakukan dengan pengamatan dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan. Hasil
dari lapangan akan dijadikan alternatif yang akan diolah dalam hal kelayakan teknis, ekonomi, maupun lingkungannya dan yang akan menjadi rekomendasi untuk perusahaan dalam pelaksanaan
produksi bersih.
3.2. TAHAPAN PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA
3.2.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan awal penelitian. Tahapan ini juga dilakukan dengan mempelajari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan. Referensi dan
literatur didapat dari artikel, jurnal ilmiah, buku, laporan administrasi perusahaan yang berkaitan dengan tema dan penelitian yang dilakukan, serta internet.
3.2.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari sumber data dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dan tidak
langsung. Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen perusahaan di bagian P2K3 Panitia Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mengetahui dari aspek perkebunan, pengolahan,
hingga sistem pengiriman CPO. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, dan data di industri kelapa sawit bagian pengolahan PKS Pabrik Kelapa Sawit, perkebunan, dan penggudangan.
17
3.2.3. Identifikasi Proses Produksi dan Analisis Limbah
Tahapan identifikasi proses produksi dilakukan dengan menetapkan input produksi, teknologi proses produksi, output produksi dan perhitungan neraca massa pada setiap stasiun proses. Dari setiap proses
produksi tersebut kemudian dilakukan analisis terbentuknya limbah. Selain itu juga dilakukan pengkajian karakteristik secara kuantitas limbah yang dihasilkan setiap proses untuk mempermudah
penentuan alternatif produksi bersih. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.2.4. Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Teknik, Ekonomi, dan Lingkungan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan alternatif pelaksanaan produksi bersih yaitu potensi keuntungan pelaksanaan ditinjau dari segi ekonomi, penataan peraturan, peningkatan
keselamatan tempat kerja, kemudaan pengadaan teknologi, estimasi biaya investasi, pemeliharaan, fleksibilitas proses produksi terhadap kemungkinan perubahan yang dilakukan, kemungkinan
timbulnya permasalahan pada unit lain, dan kemungkinan kegagalan dalam penerapan produksi bersih. Dari data proses produksi dan analisis limbah yang telah didapatkan sebelumnya, maka dapat
dilakukan penentuan alternatif pelaksanaan produksi bersih didasarkan pada aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknik dilihat dari kemudahan dalam segi teknik pengolahan dalam alternatif
yang dipilih. Aspek ekonomi dilihat dengan estimasi biaya dan kemungkinan penghematan dan keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan produksi bersih dan estimasi pengelolaan lingkungan
industri kelapa sawit. Aspek lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan jika mengambil alternatif yang dipilih. Analisis ekonomi financial akan dilakukan dengan
mengevaluasi kelayakan ekonomis cashflow analysis untuk melihat apakah alternatif penerapan produksi bersih yang diajukan dapat diterapkan atau tidak dengan membandingkan finansial
pengeluaran dan penerimaan setiap tahunnya. Analisis finansial yang dilakukan meliputi penghitungan nilai Net Present Value NPV, Pay Back Period PBP, Net Benefit Cost Ratio Net
BC , dam Internal Rate of Return IRR.
a. Net Present Value NPV
B
t
C : Benefit atau penerimaan pada tahun ke-t Rp
t
t : Tahun proyek yang sedang berlangsung : Cost atau biaya pada tahun ke-t Rp
i : Discount rate Jika NPV
≥ 0, proyek layak untuk dilaksanakan. Jika NPV 0, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
b. Pay Back Period PBP
t
1
t : Tahun saat kumulatif cashflow mulai bernilai positif
2
Kumulatif cashflow1 = kumulatif cashflow mulai bernilai positif : Tahun saat kumulatif cashflow bernilai negatif
Kumulatif cashflow1 = kumulatif cashflow bernilai negatif
18 c.
Net BC
NPV
B-C
NPV positif : Selisih NPV benefit dan NPV cost yang bernilai positif
B-C
Jika Net BC ≥ 1, proyek layak untuk dilaksanakan.
negatif : Selisih NPV benefit dan NPV cost yang bernilai negatif Jika Net BC 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
d. Internal Rate of Return IRR
i
1
i : Discount rate yang membuat NPV positif
2
NPV : Discount rate yang membuat NPV negatif
1
: NPV pada saat discount rate i NPV
1 2
: NPV pada saat discount rate i Jika IRR
≥ discount rate, proyek layak untuk dilaksanakan.
2
Jika IRR discount rate, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
3.2.5. Penentuan Alternatif Produksi Bersih secara Kualitatif
Analisis kualitatif penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan metode AHP Analitycal Hierarchy Process. Prinsip kerja AHP adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategis, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel
diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti variabel tersebut dengan variabel-variabel lainnya. Dalam kasus penerapan produksi bersih pada industri kelapa sawit, variabel yang akan digunakan
yaitu model-model alternatif pelaksanaan produksi bersih yang direkomendasikan dan dilakukan untuk mengambil keputusan variabel mana yang lebih baik untuk direkomendasikan terlebih dahulu.
Menurut Marimin 2008 persoalan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara grafis, yaitu dengan dikonstruksikannya sebagai diagram bertingkat, dengan struktur bertingkat dari atas ke bawah
berturut-berturut tujuan, kriteria, dan alternatif. Penilaian AHP memberikan nilai yang relatif dari suatu kriteria majemuk. Penilaian ini dilakukan
untuk membantu pengambilan keputusan alternatif yang akan direkomendasikan. Subjek yang akan digunakan adalah tiga ahli atau pakar yang berkompetensi dalam bidang perkelapasawitan di
Indonesia. Kuisioner penilaian AHP Pakar dapat dilihat pada Lampiran 3. Penilaian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan perbandingan berpasangan pairwise comparisons antar variabel. Hasil
dari penilaian akan diselesaikan lebih lanjut dengan menggunakan perhitungan manipulasi matrik untuk mendapatkan bobot setiap kriteria dan alternatif yang direkomendasikan dengan menggunakan
Expert Choice 2000.
3.3. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Adolina-Perbaungan, Sumatera Utara di bagian pengolahan dan bagian perkebunan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni
sampai dengan bulan September 2012.
19
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN
Pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina didirikan oleh Pemerintah Belanda sejak tahun 1926 dengan nama “NV Cultuur Maatschappy Onderneming NV CMO” yang bergerak dalam budidaya
tembakau. Pada tahun 1938, budidaya tembakau diubah menjadi kelapa sawit dan karet dengan nama “NV Serdang Cultuur Maatschappy NV SCM”. Pada tahun 1942, pabrik kelapa sawit ini diambil
alih oleh Pemerintah Jepang dan diambil kembali oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1946 dengan nama tetap “NV Serdang Cultuur Maatschappy NV SCM”. Pada tahun 1958, perusahaan ini diambil
alih oleh pemerintah Republik Indonesia dengan nama Perusahaan Perkebunan Negara PPN. Nama PPN diganti menjadi PPN baru SUMUT V tahun 1960. Pada tahun 1963 PPN Baru SUMUT V
dipisah menjadi dua kesatuan yaitu : PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir, yang mempunyai kantor kesatuan di Pabatu.
Pada tahun 1968 PPN Aneka Tanaman II diganti menjadi PNP VI, dengan penggabungan kembali PPN Karet III Kebun Adolina Hulu dengan PPN Aneka Tanaman II Kebun Adolina Hilir. Sejak tahun
1973, budidaya karet diganti menjadi kakao, sedangkan kelapa sawit tetap dipertahankan. Pada tahun 1978 PNP VI diubah menjadi bentuk Persero dengan nama PT Perkebunan VI Persero. Tahun 1994
PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII digabung dan dipimpin oleh Direktur Utama PTP VII. Sejak tanggal 11 Maret 1996 sampai dengan saat ini gabungan PTP VI, PTP VII, dan PTP VIII diberi nama PT
Perkebunan Nusantara IV Persero. Unit Usaha Adolina merupakan salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara IV Persero dan merupakan BUMN Badan Usaha Milik Negara.
Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Penampakan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina
4.2. LETAK GEOGRAFIS
PT Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Adolina berada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara dengan koordinat 35,0
LU dan 98,9 BT. Letaknya di pinggir Jalan Raya
Lintas Sumatera Jalinsum antara kota Medan dan Pematang Siantar, kurang lebih 38 km dari kota Medan. Daerah kerja Unit Usaha Adolina tersebar di dua kabupaten, delapan kecamatan, dan dua
puluh tujuh desa. Kecamatan Perbaungan, Pantai Cermin, Pegajahan, Serba Jadi, dan Dolok Masihul berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Sedangkan Kecamatan Galang, Bangun Purba, dan STM Hilir