TANAMAN KELAPA SAWIT TINJAUAN PUSTAKA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada masa Pemerintahan Belanda pada tahun 1848 di Kebun Raya Bogor. Pada waktu itu bernama s’Lands Plantentuin Buitenzorg dimana benihnya didatangkan dari Inggris Pahan, 2006. Yoseph Hooker di tahun 1876 mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli-Sumatera Utara, namun sepuluh tahun berikutnya semua tanaman kelapa sawit ini ditebang habis dan diganti dengan tanaman kelapa. Budidaya tanaman kelapa sawit kemudian dilanjutkan pada tahun 1911 oleh seorang berkebangsaan Jerman, Schadt dengan mendirikan perkebunan kelapa sawit di Tanah Deli-Sumatera Utara. Pada tahun yang sama Andrien Hallet seorang berkebangsaan Belgia juga mendirikan perkebunan kelapa sawit di Pulau Raja Asahan-Sumatera Utara dan Sungai Liput-NAD. Tahun berikutnya perkebunan kelapa sawit semakin berkembang pesat khususnya di Pulau Sumatera. Penampakan tanaman kelapa sawit dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tanaman kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. Sumber : LokerInside 2012 Perkembangan kelapa sawit sejalan dengan kebutuhan dunia akan minyak nabati dan produk turunan minyak lainnya yang dihasilkan terus meningkat. Hal ini menjadi sesuatu hal yang penting bagi devisa negara dalam perdagangan minyak di Indonesia dan dunia. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil yang termasuk palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani elaion atau minyak. Sedangkan nama spesies guineensis berasal dari Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Giunea Ketaren, 1996. Dalam sistematika tumbuhan taksonomi, tanaman kelapa sawit dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Taksonomi tanaman kelapa sawit Tingkat Taksonomi Klasifikasi Kingdom Plantae Divisi Embryophita Siphonagama Kelas Angiospermae Ordo Monocotyledonae Famili Arecaceae Sub famili Cocoideae Genus Elaeis Spesies Elaeis guineensis Jacq. Sumber : Lubis 2008 4 Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting yang menghasilkan minyak nabati. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daratan rendah di daerah tropis basah. Daerah tropis basah berarti tanaman ini sangat cocok di Indonesia tepatnya di sepanjang garis khatulistiwa antara 23,5 LU sampai 23,5 LS. Kelapa sawit yang umum dibudidayakan di indonesia berspesies Elaeis guineensis Jacq. dan Elaeis oleifera. Spesies Elaeis guineensis Jacq. mempunyai kemampuan produksi yang lebih tinggi dibandingkan Elaeis oleifera. Namun spesies Elaeis oleifera memiliki tanaman yang lebih rendah sehingga lebih muda dipanen. Hingga saat ini para ahli terus melakukan penelitian untuk menyilangkan dua spesies ini. Persyaratan tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik menurut Pahan 2006 yaitu daerah yang memiliki curah hujan ≥ 2. 000 mmtahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering ‹100 mmbulan tidak lebih dari tiga bulan. Temperatur atau suhu siang hari rata-rata 29-33 C dan malam hari 22-24 a. Kelapa sawit adalah tanaman palmae yang bisa terus menghasilkan buah produktif lebih dari 10 tahun lebih. C. Selain itu matahari bersinar sepanjang tahun minimal 5 jam perhari dengan ketinggian area tidak lebih dari 500 mdpl dan kelembaban yang tinggi. Pardamean 2008 menyebutkan kelapa sawit merupakan tanaman monokotil berbiji tunggal yang dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah. Tanaman ini adalah salah satu tanaman yang dibudidayakan. Seperti tanaman budidaya lainnya, kelapa sawit membutuhkan kondisi tumbuh yang baik agar produksinya dapat dikeluarkan secara maksimal. Kelapa sawit dapat menghasilkan buah bernilai ekonomis. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut : b. Buah tersusun dalam sebuah tandan yang biasa disebut dengan TBS Tandan Buah Segar dan dalam satu pohon bisa menghasilkan 12-15 Tandan Data Kantor Tanaman PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Adolina. c. Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 15-30 kg, tersusun dari 600-2.000 buah. d. Buah diambil minyaknya dan menghasilkan CPO Crude Palm Oil sebesar 20-24 dan 6 inti sawit yang menghasilkan PKO Palm Kernel Oil sebesar 3-4. Buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp. Eksokarp adalah lapisan kulit luar buah kelapa sawit yang keras dan licin. Lapisan ini berwarna hitam, ungu tua, atau hijau ketika buah masih muda dan berubah menjadi oranye, merah, atau kuning oranye ketika buah mulai matang. Mesokarp adalah lapisan daging buah yang mengandung minyak CPO dalam jumlah besar jika buah sudah masak. Sedangkan lapisan terakhir disebut dengan endokarp yang merupakan lapisan cangkang yang melindungi inti. Endokarp atau cangkang ini berwarna putih dan memiliki tekstur lunak ketika buah masih muda. Ketika buah sudah mulai masak, endokarp akan berubah menjadi keras dan berwarna merah Sastrosayono, 2006. Penampakan bagian-bagian buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Penampakan buah a. eksokarp, b. mesokarp, dan c. endokarp. Sumber : Fauziah 2011 a c b 5 Tipe tanaman kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dapat dibedakan menjadi dura, pisifera, dan tenera. Tipe dura memiliki ketebalan tempurung 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis yaitu sekitar 35-50 dari buah brondol, dan kernel besar dengan kandungan minyak rendah. Jika dilakukan persilangan maka tipe dura dipakai sebagai pohon induk betina. Tipe pisifera memiliki ketebalan tempurung sangat tipis bahkan hampir tidak ada, memiliki daging buah tebal dan lebih tebal dari daging buah dura, serta daging biji sangat tipis. Tipe ini tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan tipe ini biasanya dipakai sebagai pohon induk jantan. Dari kombinasi antara tipe dura dan pisipera akan menghasilkan tipe tenera yang menghasilkan tempurung tipis 0,5-4,0 mm. Pada tipe tenera terdapat lingkaran serabut sekeliling tempurung, daging buah sangat tebal 60-96 dari buah, dan menghasilkan tandan buah lebih banyak walaupun berukuran relatif lebih kecil. Tipe varietas buah kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Penampakan varietas buah kelapa sawit Suprianto, 2010 Naibaho 1996 menyebutkan bahwa kelapa sawit pada umumnya mengandung 67 daging buah, 23 tandan, dan 10 air dimana dalam pengolahan daging buah mampu menghasilkan 43 minyak kasar, 11 biji, dan 13 ampas. Setiap varietas tanaman kelapa sawit yang berbeda sudah pasti berbeda pula kandungan di dalamnya. Setiap varietas selalu memiliki ciri-ciri yang khas. Ciri-ciri yang khas tersebut meliputi ketebalan cangkang, persen cangkang, persen mesokarp, persen inti buah, dan kadar minyak yang terdapat didalamnya. Ciri-ciri dari varietas tanaman kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ciri-ciri buah Dura, Pisifera, dan Tenera Komponen Dura Pisifera Tenera Ketebalan cangkang mm 2-5 Tidak ada 1-2 Cangkangbuah 20-50 Tidak ada 3-20 Mesokarpbuah 20-65 92-97 60-90 Intibuah 4-20 3-8 3-15 Kadar minyak Rendah Tinggi Sedang Sumber : Naibaho 1996 Buah kelapa sawit mempunyai warna yang bervariasi dari ungu, merah, dan ada juga yang hitam. Warna yang bervariasi ini tergantung penggunaan bibit yang digunakan. Buah kelapa sawit akan membrondol pada tandan. Buah inilah yang akan menghasilkan minyak dimana dagingnya menghasilkan CPO Crude Palm Oil dan intinya menghasilkan PKO Palm Kernel Oil. Kandungan minyak akan bertambah seiring dengan kematangan buah. Setelah melewati fase matang maka kandungan asam lemak bebas akan meningkat. Semakin tinggi asam lemak bebas maka semakin menurun pula kualitas minyak yang dihasilkan. Oleh karena itu buah dipanen pada saat masa panen yang tepat, tidak mentah, dan juga tidak terlalu matang. Panen kelapa sawit didasarkan pada saat kadar minyak mesokarp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum. Kondisi ini 6 terjadi saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu dimana kriteria kematangan dapat dilihat dari warna kulit dan jumlah buah yang membrondol pada setiap tandan tanaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Ekspansi lahan semakin luas untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan mencakup hampir seluruh provinsi di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian 2012, terdapat lima provinsi yang memiliki area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia berturut-turut Provinsi Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. Luas lahan perkebunan di Indonesia berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 mencapai luasan 8,03 juta ha. Kepemilikan usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia dipegang oleh 3 stakeholder. Ketiga stakeholder tersebut yaitu perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan swasta nasional. Komposisi kepemilikan perkebunan dominan dikuasai oleh perkebunan swasta nasional, disusul perkebunan rakyat, dan perkebunan negara BUMN. Penggunaan lahan untuk tanaman kelapa sawit ini akan terus meningkat seiring waktu dan kebutuhan minyak nabati dunia. Pulau yang paling luas area perkebunan kelapa sawitnya yaitu Pulau Sumatera. Pulau Kalimantan dan Papua merupakan pulau yang saat ini masih sedikit ditanami, namun daerah ini sangat berpotensi untuk ditumbuhi dan dikembangkan budidaya kelapa sawit. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit 2006-2010 menurut Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia juta ha Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan 2012

2.2. MINYAK SAWIT