STASIUN PENERIMAAN BUAH a. Kontaminan Pada Buah

41 Pengujian udara ambient dilakukan pada tiga lokasi. Lokasi pertama yaitu ruang proses pengolahan kelapa sawit, lokasi kedua yaitu perkantoran administrasi PT Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Usaha Adolina, dan lokasi ketiga pengujian berada pada pemukiman penduduk. Parameter yang diuji adalah sulfur dioksida, nitrogen dioksida, hydrogen sulfide, amonia, TSP debu dan kebisingan. Untuk semua pengujian parameter, Instalasi udara ambient tidak melebihi Baku Mutu Lingkungan kecuali parameter kebisingan di lokasi pemukiman penduduk. Hasil pengujian kebisingan tahun terakhir didapatkan nilai kebisingan 70,60 dB sedangkan Baku Mutu No 48MENLH111996 sebesar 55 dB. Hal ini dikarenakan lokasi pemukiman penduduk merupakan Jalinsum Jalur Lintas Sumatera. Upaya yang dilakukan pabrik kelapa sawit Unit Usaha Adolina yaitu dengan menanami pohon-pohon sepanjang Jalinsum yang melintasi pabrik dan pemukiman karyawan.

5.3.4. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun B3

Limbah bahan berbahaya dan beracun B3 merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan ataupun merusak dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 merupakan limbah yang berasal dari akivitas bagian kebun dan bagian pengolahan. Limbah B3 perkebunan berupa pupuk yang sudah kadaluarsa serta penggunaan pupuk dan kimia tanaman lainnya seperti pestisida, rodentisida, dan fungisida yang tidak sesuai dengan prosedur. Limbah B3 hasil perkebunan biasanya dilakukan dengan menjual kepada pihak penampung dan pengumpul. Limbah pengolahan berasal dari kantor tata usaha dan teknik. Limbah B3 yang dihasilkan berupa oli dan aki bekas, bekas wadah kimia, lampu bekas, buangan APD yang terkontaminasi bahan kimia, sampel yang telah dianalisis dan bahan kimia yang telah kadaluarsa Limbah B3 yang dihasilkan dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu di pembuangan khusus sampah B3. Limbah B3 ini kemudian disimpan sementara dalam gudang penyimpanan limbah B3. Penanganan limbah B3 ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun serta Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01BAPEDAL091995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 dapat dijual ke perusahaan pengumpul, pengolah dan pengguna minyak pelumas bekas. PKS Unit Usaha Adolina telah memiliki izin untuk menyimpan limbah B3 berdasarkan KepMenLH No 14 tahun 2006. Limbah B3 yang dihasilkan sebagian dimanfaatkan untuk kelancaran produksi. Oli bekas yang dihasilkan oleh bagian pengolahan dan teknik dimanfaatkan untuk melumasi rel lori.

5.4 ANALISIS PELUANG APLIKASI PRODUKSI BERSIH

5.4.1. STASIUN PENERIMAAN BUAH a. Kontaminan Pada Buah

Kontaminan pada buah akan banyak ditemukan di stasiun penerimaan buah bagian sortasi loading ramp . Pada stasiun ini operator akan melihat kontaminan yang terjadi pada buah. Kontaminan ini berupa tanah, pasir, batu, dan plastik-plastik dari kebun afdeling yang terikut ke dalam truk saat buah akan diangkut ke pabrik pengolahan atau PKS Pabrik Kelapa Sawit. Kontaminan ini harus dicegah 42 atau setidaknya dikurangi kadarnya karena akan menurunkan kualitas produk, merusak peralatan pengolahan, dan sangat mengotori lingkungan pabrik. Hasil uji kadar kotoran terhadap buah yang jatuh dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil uji kadar kotoran terhadap buah yang jatuh Sampel Berat TBS gram Kotoran gram Kadar 1 4.444,40 5,30 0,12 2 4.882,50 6,40 0,13 3 6.041,75 4,80 0,07 Rata-Rata 5.122,88 5,50 0,11 Sumber : PKS Adolina 2011 Dari ketiga sampel uji yang diambil dari kebun, maka didapatkan kadar kotoran pada buah sebesar 0,11. Kotoran-kotoran ini merupakan pasir dan tanah yang menempel ketika buah dijatuhkan dari pohonnya. Jika kotoran-kotoran ini tidak dibersihkan di kebun maka akan terbawa ke dalam pabrik. Produksi TBS pada tahun 2011 mencapai 188.024,60 ton TBS, maka kontaminan atau kadar kotoran ini mencapai 206,83 ton. Walaupun hal ini terlihat tidak terlalu berdampak pada lingkungan karena hanya berupa tanah, pasir, dan kotoran lainnya, namun jika tidak dilakukan upaya intensif berupa pencegahan dan dibiarkan dalam jumlah banyak akan sangat menggangu operasional pabrik. Upaya ini perlu dilakukan pencegahan agar tidak mengotori pabrik dan meningkatkan kualitas produk. PKS Unit Usaha Adolina mengatasinya dengan membuat kisi-kisi pada loading ramp. Pasir, tanah, dan batu akan terjatuh melalui kisi-kisi tersebut. Kemudian operator rel lori akan mengumpul dan mengutip secara manual kotoran yang terjatuh dan selanjutnya membuangnya. Kotoran yang masih tetap terikut akan dihilangkan pada stasiun pemurnian pada alat sand trap tank. Pelaksanaan produksi bersih yang direkomendasikan pada alternatif ini yaitu upaya good house-keeping berupa penerapan SOP yang sudah ada dengan lebih baik. Hal yang dilakukan yaitu optimasi pengawasan buah yang dikirim dari kebun dan pembersihan area lantai loading ramp pada saat hari memulai proses serta pada interval waktu tertentu saat proses. Kesadaran dari pihak pekerja untuk menerapkan SOP yang sudah ada juga harus mendukung. Secara teknis dan lingkungan rekomendasi pelaksanaan produksi bersih ini bisa dilakukan dengan mudah tanpa biaya untuk menjaga efisiensi dan efektifitas proses dan lingkungan kerja menjadi tetap bersih. Dalam hal finansial atau ekonomi, keuntungan yang diperoleh memerlukan kajian lebih lanjut dan koordinasi yang baik dengan pihak manajemen perusahaan untuk menentukan nilai keuntungan kuantitatif yang akan didapatkan. Rekomendasi ini layak untuk dilaksanakan karena secara teknik, ekonomi, dan lingkungan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Permasalahan dan rekomendasi penerapan produksi bersih kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 7.

b. Peningkatan Asam Lemak Bebas