MINYAK SAWIT TINJAUAN PUSTAKA

6 terjadi saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu dimana kriteria kematangan dapat dilihat dari warna kulit dan jumlah buah yang membrondol pada setiap tandan tanaman kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Ekspansi lahan semakin luas untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit dan mencakup hampir seluruh provinsi di Indonesia. Menurut Pusat Data dan Informasi Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian 2012, terdapat lima provinsi yang memiliki area perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia berturut-turut Provinsi Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Barat. Luas lahan perkebunan di Indonesia berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2010 mencapai luasan 8,03 juta ha. Kepemilikan usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia dipegang oleh 3 stakeholder. Ketiga stakeholder tersebut yaitu perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan swasta nasional. Komposisi kepemilikan perkebunan dominan dikuasai oleh perkebunan swasta nasional, disusul perkebunan rakyat, dan perkebunan negara BUMN. Penggunaan lahan untuk tanaman kelapa sawit ini akan terus meningkat seiring waktu dan kebutuhan minyak nabati dunia. Pulau yang paling luas area perkebunan kelapa sawitnya yaitu Pulau Sumatera. Pulau Kalimantan dan Papua merupakan pulau yang saat ini masih sedikit ditanami, namun daerah ini sangat berpotensi untuk ditumbuhi dan dikembangkan budidaya kelapa sawit. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit 2006-2010 menurut Direktorat Jenderal Perkebunan 2012 disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia juta ha Sumber : Statistik Perkebunan Indonesia, Direktorat Jenderal Perkebunan 2012

2.2. MINYAK SAWIT

Minyak sawit adalah suatu trigriserida yang merupakan senyawa gliserol dengan asam lemak yang berwarna kemerahan karena mengandung karotenoid ẞ-Karotena, berkonsistensi setengah padat pada suhu kamar, serta dalam keadaan yang segar mengandung kadar asam lemak bebas yang rendah Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003. Muchtadi 1992 mengartikan minyak sawit sebagai minyak yang diperoleh dari ekstraksi bagian mesokarp buah kelapa sawit Elaies guineensis Jacq. yang tidak mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak kelapa sawit mengandung trigliserida hampir 94 dan komponen-komponen lainnya seperti karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipida dan glikolipida Winarni, 2007. Trigliserida dapat berbentuk padat maupun cair. Hal ini bergantung 7 kepada komposisi asam lemak penyusunnya. Dalam minyak sawit terdapat banyak asam lemak Pusat Data dan Informasi Kementerian Perindustrian, 2007. Asam lemak adalah senyawa-senyawa alifatik dengan gugus berupa karboksil. Asam lemak merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak bersama-sama dengan gliserol dan merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam lemak biasanya berbentuk bebas karena lemak yang terhidrolisis biasa disebut dengan asam lemak bebas dan ada juga asam lemak yang terikat sebagai gliserida. Komposisi asam lemak minyak dan inti sawit menurut Eckey 1955 berbeda-beda dan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak sawit dan minyak inti sawit Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit persen Minyak Inti Sawit Persen Asam kaprilat - 3,0-4,0 Asam Kaproat - 3,0-7,0 Asam laurat - 46,0-52,0 Asam miristat 1,1-2,5 14,0-17,0 Asam palmitat 40,0-46,0 6,5-9,0 Asam stearat 3,6-4,7 1,0-2,5 Asam oleat 39,0-45,0 13,0-19,0 Asam linoleat 7,0-11,0 0,5-2,0 Sumber : Eckey 1955 Produk minyak kelapa sawit mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak serta kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma, kejernihan, dan kemurnian produk. Asam lemak bebas Free Fatty Acid, FFA merupakan satu indikator penentuan mutu dari CPO dan PKO. Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas maka mutu dari minyak yang dihasilkan semakin menurun. Kelapa sawit bermutu prima Special Quality mengandung FFA tidak lebih dari 2. Kelapa sawit dengan mutu standar mengandung tidak lebih dari 5 FFA. Sebagai negara produsen CPO terbesar dunia dan untuk keberlangsungan ekspor CPO, maka Indonesia memiliki standar untuk tetap menjaga kualitas dari minyak dan inti sawit yang dihasilkan. Standar Nasional Indonesia mutu minyak dan inti sawit disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Standar Nasional Indonesia tentang syarat mutu minyak dan inti sawit No Karakteristik Syarat Cara Pengujian Minyak Sawit SNI 01-2901-1992 1 Warna Kuning jingga sampai kemerah-merahan Visual 2 Asam lemak bebas sebagai asam palmitat, bobotbobot maks 5,00 BS 684-1958 3 Kadar kotoran, bobotbobot maks 0,05 SNI 01-3184-1992 4 Kadar air bobotbobot maks 0,45 BS 684-1958 Inti Sawit SNI 01-0003-1987 1 Asam lemak bebas sebagai asam palmitat, bobotbobot maks 5,00 SP.SMP-30-1975 BS.684:1958 2 Kadar kotoran, bobotbobot maks 0,05 SP.SMP-28-1975 3 Kadar air bobotbobot maks 0,45 SP.SMP-29-1975 Sumber : Badan Standardisasi Nasional 1987 dan 1992 8 Pahan 2006 menambahkan bahwa untuk memastikan kualitas minyak hasil produksi perlu dilakukan pengecekan ulang mengenai tingkat kematangan buah dengan benar dan telah sesuai dengan standar. Terlaksananya persyaratan kematangan buah diharapkan menghasilkan produk minyak dan inti sawit menjadi baik dengan losses rendah. Dengan tercapainya nilai standar mutu minyak dan inti sawit maka secara tidak langsung akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari suatu pabrik kelapa sawit. Standar kualitas minyak sawit menurut Pahan 2006 disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Standar kualitas minyak sawit No Karakteristik Batasan 1 Kadar asam lemak bebas 3,50 2 Kadar air 0,10 3 Kadar kotoran 0,01 4 DOBI Deterioritation of Bleachability Index 2,40 Sumber : Pahan 2006 Permintaan CPO dunia terus bertambah. Produksi dunia hingga November 2012 telah mencapai 52,32 juta ton CPO USDA, 2012. Indonesia sebagai negara penghasil terbesar CPO hingga November 2012 mampu menghasilkan 27,00 juta ton CPO atau sekitar 51,60 dari total produksi dunia dan telah mengekspor 19,10 juta ton CPO. Rata-rata produktivitas terhadap lahan mencapai 2,73 ton CPOha pada tahun 2006-2010. Produktivitas diperkirakan akan terus meningkat karena permintaan minyak sawit juga terus meningkat karena kebutuhan dunia. Minyak sawit biasanya digunakan untuk memproduksi kebutuhan bahan pangan, industri kosmetik, industri kimia dan industri pakan ternak. Kebutuhan minyak sawit yang berasal dari tanaman kelapa sawit hampir 90 digunakan untuk memproduksi bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kokoa, kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Sedangkan kebutuhan 10 digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, alkohol lemak, gliserin dan metil ester. Oleokimia digunakan pada industri yang menghasilkan produk pangan, lemak, sabun, deterjen, kosmetik, produk perawatan pribadi, pelumas, minyak pengering, polimer, pelapis permukaan coating, dan biofuel Gelder, 2004. Pohon Industri tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1. Produksi dan volume ekspor CPO di Indonesia 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Produksi dan volume ekspor CPO di Indonesia juta ton Sumber : United States Departement of Agriculture 2012 [www.IndeksMundi.com] Tahun Volume CPO juta ton 9

2.3. LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT