ANALISIS PENILAIAN SECARA KUANTITATIF

56 6.248,06 ton COD yang berarti mempunyai potensi menghasilkan biogas sampai 2.688.751,78 m 3 . Oktaviani D 2012 mengkaji biaya proyek investasi pendirian dan instalasi biogas PT KME Karya Mas Energi di PKS Tandun yang berkapasitas 45 ton TBSjam memerlukan biaya investasi sebesar Rp. 30.067.440.000,00 dengan biaya operasional setiap tahunnya Rp. 1.093.420.000,00. Maka untuk PKS Unit Usaha Adolina yang berkapasitas rata-rata 30 ton TBSjam memerlukan biaya investasi Rp. 20.044.960.000,00 dan biaya operasional sebesar Rp. 728.940.000,00. Dari hasil analisis finansial didapatkan NPV sebesar Rp. 16.885.060.000,00 untuk arus kas 10 tahun, Net BC sebesar 1,69, IRR 16, dan PBP pada tahun ke 5. Hal ini mengidentifikasikan pembuatan sistem lagoon tertutup layak untuk dilaksanakan untuk secara ekonomi untuk umur ekonomis 10 tahun. Dari segi teknik pelaksanaanya harus adanya koordinasi lebih lanjut dengan pihak perusahaan karena proyek ini memerlukan biaya yang sangat besar. Secara lingkungan pembuatan sistem lagoon tertutup layak untuk dilakukan karena mengurangi efek gas rumah kaca. Perhitungan rekomendasi pembuatan kolam stabilisasi tertutup dapat dilihat pada Lampiran 12.

5.4.8. ANALISIS PENILAIAN SECARA KUANTITATIF

Analisis penerapan produksi bersih dilakukan pada kesepuluh alternatif yang telah disebutkan sebelumnya. Kesepuluh alternatif dibagi ke dalam tiga bagian besar teknik pelaksanaan produksi bersih, yaitu good house-keeping, modifikasi proses, dan on site reuse. Untuk mempermudah penentuan prioritas maka beberapa alternatif yang telah dijelaskan sebelumnya dikelompokkan menjadi delapan alternatif. Alternatif pengaturan penuangan buah ke dalam autofeeder dan pengaturan suhu kernel digabung ke dalam upaya tata cara operasi yang baik. Sedangkan pengaturan pengutipan minyak akibat dari digester dan pengaturan di stasiun perebusan disatukan dalam alternatif optimasi penegasan SOP Standar Operasional Prosedur. Kedelapan alternatif ini yang akan direkomendasikan kepada perusahaan untuk dilaksanakan sesuai dengan prioritas. Kegiatan good house-keeping meliputi pencegahan kontaminan pada buah, pengaturan jadwal dan efisiensi penggunaan truk untuk pengendalian asam lemak bebas, tata cara operasi yang baik, optimasi penegasan standar operasional prosedur, dan efisiensi penggunaan air. Kegiatan modifikasi proses dilakukan dengan pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak dari kolam kondensat. Sedangkan kegiatan on site reuse meliputi optimasi pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit untuk aplikasi lahan dan pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai biogas. Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam penentuan prioritas alternatif pelaksanaan produksi bersih menurut Bapedal 1996 yaitu potensi keuntungan pelaksanaan ditinjau dari segi ekonomi, penataan peraturan, peningkatan keselamatan tempat kerja, kemudaan pengadaan teknologi, estimasi biaya investasi, pemeliharaan, fleksibilitas proses produksi terhadap kemungkinan perubahan yang dilakukan, kemungkinan timbulnya permasalahan pada unit lain, dan kemungkinan kegagalan dalam penerapan produksi bersih. Dalam penelitian ini, untuk menentukan prioritas pelaksanaan produksi bersih secara kuantitas dilakukan dengan melihat aspek teknis, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknis dikaji dari kemudahan dalam pelaksanaan alternatif yang akan direkomendasikan. Ketika alternatif semakin mudah dilaksanakan semakin besar pula peluang perusahaan melaksanakannya. Aspek teknis dilakukan dengan mudah dalam arti tidak terlalu membutuhkan banyak biaya yang dikeluarkan, mudah diaplikasikan ke pekerja, dan tenaga yang dibutuhkan tidak harus menggunakan tenaga ahli. Aspek ekonomi dilihat dengan estimasi biaya investasi dan kemungkinan penghematan atau keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan produksi bersih dan estimasi pengelolaan lingkungan industri kelapa sawit. Semakin besar keuntungan atau penghematan maka semakin besar 57 keinginan perusahaan untuk menerapkan rekomendasi dari alternatif. Aspek lingkungan dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan jika mengambil alternatif yang dipilih. Semakin besar peluang minimasi limbah atau pemanfaatan limbah yang dihasilkan, maka semakin tinggi pula prioritas alternatif untuk direkomendasikan. Dari penentuan prioritas kuantitatif secara teknis, ekonomis, dan lingkungan maka didapatkan secara berturut-turut alternatif yang akan dilaksanakan yaitu optimasi penegasan SOP, tata cara operasi yang baik, efisiensi penggunaan air, pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai biogas, optimasi pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit sebagai pupuk organik, pengutipan minyak dengan pembuatan kolam penampung air kondensat dan kolam penampung minyak, pengendalian ALB dengan pengaturan jadwal panen dan efisiensi penggunaan truk, dan yang terakhir pencegahan kontaminasi pada buah. Penentuan penilaian prioritas produksi bersih secara teknis, ekonomi, dan lingkungan disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Penentuan penilaian prioritas produksi bersih secara teknis, ekonomi, dan lingkungan Kriteria Teknik PB Prioritas ∑ Prioritas Teknis Ekonomi Lingkungan Kontaminasi pada buah GHK 5 8 7 20 8 Pengendalian ALB GHK 6 3 8 17 7 Tata cara operasi yang baik Autofeeder GHK 2 7 2 11 2 Pengaturan suhu kernel Pengutipan minyak MP 7 4 5 16 6 Optimasi penegasan SOP Digester GHK 1 2 1 4 1 Tekanan rebusan Optimasi pemanfaatan TKKS OSR 3 6 6 15 5 Efisiensi penggunaan air GHK 4 5 3 12 3 Pemanfaatan LCPKS OSR 8 1 4 13 4

5.4.9. ANALISIS PENILAIAN SECARA KUALITATIF