Limbah Cair PENANGANAN LIMBAH YANG DITERAPKAN

37 Serabut kelapa sawit atau biasa lebih sering dikenal dengan serat fibre adalah limbah padat PKS yang dihasilkan dari proses pressing TBS. Sama seperti cangkang kelapa sawit, sabut kelapa sawit ini pemanfaatannya masih kurang maksimal, yaitu hanya dijadikan sebagai bahan bakar boiler. Pada proses pengempaan ekstraksi dihasilkan ampas press cake yang terdiri dari serabut dan biji yang kemudian dipisahkan. Hasil dari pemisahan tersebut menghasilkan serabut sebesar 13 dari bobot TBS Ditjen PPHP 2006. Di Indonesia potensi limbah serat kelapa sawit ini diperkirakan sebanyak 846.981 ton kering dan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 2.688.280 ton kering. Serat selama ini hanya dimanfaatkan atau diaplikasikan untuk keperluan bahan bakar boiler untuk menghasilkan uap pengolahan di stasiun proses. Pada dasarnya serat juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan papan partikel dan pulp kertas. Perpaduan kedua limbah padat ini cangkang dan serat sampai saat ini dimanfaatkan di stasiun ketel uap sebagai bahan bakar boiler.

5.3.2. Limbah Cair

Pengolahan limbah cair bertujuan untuk mengurangi BOD, partikel tercampur, serta membunuh organisme patogen. Pengolahan limbah cair juga bertujuan untuk menghilangkan bahan nutrisi, komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar konsentrasinya menjadi lebih rendah. Oleh karena itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan-bahan di atas dapat dikurangi Sugiharto, 1987. Kegiatan-kegiatan pengolahan limbah cair dapat dikelompokkan menjadi pengolahan pendahuluan pre treatment, pengolahan pertama primary treatment, pengolahan kedua secondary treatment, pengolahan ketiga tertiary treatment, pembunuhan kuman, dan pembuangan lanjutan. Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama meliputi proses pemisahan bahan mengapung dan mengendap di kolam pengolahan. Proses penanganannya dilakukan secara fisik maupun kimia. Penanganan kedua meliputi proses biologis, untuk mengurangi bahan-bahan organik yang ada di dalamnya melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya yang dilakukan apabila masih terdapat bahan tertentu yang berbahaya. Pengolahan lanjutan dilakukan untuk menangani lumpur hasil penanganan sebelumnya. Proses biologis dan aplikasi lahan merupakan salah satu sistem yang memberikan keuntungan dalam penanganan limbah karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk. Pengolahan limbah ini mampu meminimasi biaya karena hanya membutuhkan energi yang lebih kecil namun dapat menurunkan beban pencemar berat hingga terbentuk lumpur sebagai pengganti pupuk organik. Limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan limbah yang memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan limbah cair mengandung padatan tersuspensi organik dan minyak. Nilai kandungan bahan organik yang tinggi ini dapat terlihat dari nilai BOD Biological Oxygen Demand yang merupakan nilai yang menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD maka kandungan bahan organik yang ada dalam limbah juga semakin tinggi. BOD adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Dengan kata lain semakin tinggi nilai BOD maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada badan penerima semakin tinggi. Nilai BOD sering digunakan sebagai tolak ukur kualitas limbah. Analisis kandungan limbah cair pabrik kelapa sawit disajikan pada Tabel 11. Selain BOD terdapat juga beberapa parameter yang biasa digunakan dalam pengujian limbah cair kelapa sawit diantaranya COD, TSS, pH, minyak dan lemak, senyawa-senyawa lainnya seperti Pb, Cu, Cd, dan Zn. COD Chemical Oxygen Demand adalah kelarutan oksigen kimiawi yang diperlukan 38 untuk merombak bahan organik dan anorganik. Parameter ini digunakan sebagai perbandingan atau kontrol terhadap nilai BOD. Nilai COD suatu air limbah umumnya dua kali atau lebih dari nilai BOD. Total Suspended Solid TSS merupakan padatan melayang dalam cairan limbah. Pengaruh suspended solid lebih nyata pada kehidupan biota mikroorganisme. Semakin tinggi TSS maka bahan organik membutuhkan oksigen untuk perombakan yang lebih tinggi BOD. Oleh karena itu TSS diupayakan diminimalisasi dengan penyaringan, pengendapan atau penambahan bahan kimia flokulan. Derajat keasaman pH menjadi parameter untuk melihat keasaman dari limbah cair. Semakin rendah atau tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula keasaman atau basa dari limbah cair. Semakin tinggi kandungan limbah maka pH akan semakin rendah asam. pH yang diinginkan mendekati nilai netral agar aman disalurkan ke aplikasi lahan. Minyak dan lemak dijadikan parameter sebagai referensi perbaikan proses pengambilan minyak dari sludge di stasiun pemurnian. Tingginya nilai kandungan minyak di IPAL berarti mengindikasikan bahwa pengambilan minyak dari sludge kurang baik. Tabel 11. Data analisis limbah cair pabrik kelapa sawit No Parameter Satuan Inlet Inlet 1 Oulet 2 3 1 pH 3,3-4,6 4,0-5,0 7,89 2 BOD mg L 5 8.200-35.000 20.000-30.000 1.255 3 COD mg L 15.103-65.100 40.000-60.000 8.462 4 Minyak Lemak mg L 190-14.720 5.000-7.000 23 5 TSS mg L 1.330-50.700 30.000-70.000 - 6 Nitrogen Total mg L 12-126 500-800 - 7 Pb mg L - - 0,01 8 Cu mg L - - 0,004 9 Cd mg L - - 0,004 10 Zn mg L - - 0,02 Sumber : 1 Ditjen PPHP 2006 2 Inlet PKS PTPN 3 Outlet PKS PTPN RKL Hasil Pengujian BLH Sumut Desember 2011 Pengolahan pendahuluan yang dilakukan oleh PKS Unit Usaha Adolina ini adalah pemisahan minyak. Pengambilan minyak dilakukan dengan alat rodos yang terdapat pada unit deoiling pond. Rodos ini merupakan rotary drum dryer yang dimodifikasi. Minyak yang terdapat pada permukaan limbah cair dialirkan menuju rodos tersebut. Minyak ini akan menempel pada rodos yang berputar lalu minyak dipisahkan dengan pisau yang menempel pada rodos. Minyak tersebut kemudian akan dikembalikan ke stasiun klarifikasi continious settling tank untuk diolah kembali. Perlakuan selanjutnya yang dilakukan yaitu pengiriman ke dalam kolam anaerobik primer melalui parit-parit yang bertujuan untuk menguraikan butiran-butiran minyak atau senyawa-senyawa organik yang masih tersisa dengan bantuan bakteri. Pada kolam anaerobik primer ini limbah dinetralkan pH-nya dengan cara resirkulasi. Limbah yang keluar dari kolam anaerobik primer selanjutnya masuk ke kolam anaerobik sekunder. Kolam anaerobik sekunder ini bertujuan untuk memproses kembali limbah dari kolam anaerobik primer. Pada kolam anaerobik primer nilai BOD limbah cair masih cukup tinggi sehingga diperlukan proses lanjut untuk menurunkan nilai BOD limbah. Proses pengolahan limbah ini juga dilakukan dengan cara sirkulasi untuk menaikan pH dan menurunkan temperatur. Selanjutnya limbah cair ini masuk ke final pond sebelum dialirkan untuk aplikasi lahan PKS Adolina, 2011. 39 Aplikasi lahan adalah upaya pemanfaatan hasil dari penanganan limbah secara biologis. Metode penanganan limbah secara biologis untuk land application cukup populer karena tergolong murah dalam operasi dan pemeliharaannya, tidak ada pembuangan ke badan air, tidak ada bau tidak sedap yang dapat mengganggu masyarakat, serta menyediakan air yang kaya unsur hara Cortland Official 2012. Hasil dari proses biologis adalah air reklamasi berkualitas tinggi high quality reclaimed water yang telah memenuhi Baku Mutu Lingkungan. Air tersebut baik untuk digunakan untuk aplikasi lahan perkebunan sawit sebagai pupuk organik. Limbah yang akan diaplikasikan ke lahan ini terlebih dahulu diambil contohnya untuk dianalisis. Analisis bertujuan untuk mengetahui apakah limbah sudah sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan atau belum. Limbah cair yang ada di final pond diresirkulasikan dengan cara menyemprotkan cairan menuju kolam anaerobik primer dan kolam anaerobik sekunder. Selain itu proses resirkulasinya juga dilakukan dengan membuat saluran pipa-pipa yang diarahkan ke kolam anaerobik primer. Hal ini bertujuan untuk menghancurkan sekam-sekam yang timbul pada kolam anaerobik primer, menurunkan suhu, dan menaikan pH. Volume kolam limbah yang dimiliki PKS Unit Usaha Adolina adalah sebesar 5.390 m 3 untuk tiap kolam sehingga total volume kolam limbah sebesar 21.560 m 3 . Kedalaman kolam limbah ini 3,5 m dengan volume limbah efektif yang terisi adalah 80 dari total volume kolam limbah atau sebesar 17.248 m 3 . Limbah yang dikeluarkan oleh PKS dari hasil pemurnian pada tahun 2011 sebesar 91.567,98 m 3 . Jika kapasitas satu kolam efektif 80 x 5.390 m 3 dapat menampung sebesar 4.312 m 3 dengan waktu retensi 15 hari. Maka untuk jumlah limbah tahun 2011 di kolam pertama untuk diolah 91.567,98 m 3 sebesar ± 22 kali atau mencapai waktu retensi 330 hari asumsi satu tahun adalah 365 hari. Limbah cair yang diolah di Unit Pengolahan Limbah PKS Unit Usaha Adolina ini dianalisis sekali dalam sebulan. Analisis dilakukan oleh UPT Laboratorium Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara dan Laboratorium Bagian Pengolahan Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV. Dari data analisis limbah cair maka limbah yang dihasilkan masih berada dibawah standar Baku Mutu Lingkungan. Denah pengolahan limbah dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada PKS Unit Usaha Adolina, limbah cair yang telah diolah di IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah diangkut dengan mobil tangki. Limbah cair yang diangkut per hari adalah ± 25 ton. Selain itu, limbah juga dialirkan melalui parit-parit yang berbentuk spiral menuju afdeling. Panjang parit- parit yang dimiliki PKS Unit Usaha Adolina adalah ± 30 km. Aplikasi lahan di pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit biasanya menggunakan teknik parit dan teknik traktor tangki. Pada teknik parit, parit yang diterapkan berliku-liku spiral. Teknik ini dilakukan dengan memompakan limbah ke tempat yang tinggi, lalu dialirkan ke bawah dengan kemiringan tertentu di dalam alur. Pada teknik traktor tangki, limbah cair diangkut dari IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah ke areal tanaman afdeling dengan menggunakan traktor yang menarik tangki.

5.3.3. Limbah Gas