9
2.3. LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT
Limbah Industri kelapa sawit secara umum berdasarkan lokasi pembentukannya dibedakan menjadi dua tipe yaitu limbah hasil perkebunan dan limbah hasil pengolahan Sa’id, 1994. Fauzi 2007
menyebutkan bahwa limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit dan digolongkan menjadi limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat yang
dihasilkan dari industri kelapa sawit biasanya berasal dari proses penebahan, proses pengempaan dan pemecahan biji. Proses penebahan menghasilkan limbah padat berupa tandan kosong. Proses
pengempaan menghasilkan ampas sedangkan proses pemecahan biji menghasilkan limbah padat berupa cangkang sawit. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan yang berasal
dari sisa proses pengolahan. Berdasarkan nilai guna atau pemanfaatannya limbah padat dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat didaur ulang dan limbah padat yang
tidak memiliki nilai ekonomis. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat yang cukup besar dalam proses pengolahan CPO yaitu mencapai 22 dan dapat dimanfaatkan. Tandan kosong
dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk TBM Tanaman Belum Menghasilkan perkebunan kelapa sawit. Ditjen PPHP 2006 menyebutkan bahwa cangkang yang dihasilkan pada pengolahan bisa
mencapai 6,5. Cangkang mengandung bahan organik yang cukup tinggi dan dapat menimbulkan permasalahan yang cukup besar bagi lingkungan. Serabut atau serat yang juga dihasilkan dari proses
pengolahan bisa mencapai 13 dari bobot TBS. Serat akan dihisap dan dibawa ke stasiun boiler, sedangkan biji akan diolah lebih lanjut untuk
mendapatkan inti. Pada stasiun pabrik biji, biji akan dipecah pada proses ripple mill dan mendapatkan hasil samping berupa cangkang. Inti akan dipisahkan dari cangkang, dicuci dan disimpan lebih lanjut
pada hopper inti. Sedangkan cangkang yang terpisah akan dibawa ke stasiun boiler. Komposisi serat yang dihasilkan di stasiun pengempaan dan cangkang yang dihasilkan dari stasiun pabrik biji akan
dijadikan sebagai bahan bakar unit boiler untuk menghasilkan uap. Sampai saat ini cangkang dan serat hanya dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit sebagai bahan bakar utama boiler. Namun di sisi lain
cangkang sebenarnya bisa dimanfaatkan ke bahan bakar kebutuhan rumah tangga seperti biopelet, sedangkan serat atau serabut bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
Menurut Ditjen PPHP 2006, bahwa setiap limbah padat kelapa sawit memiliki kandungan hara spesifik. Kandungan hara spesifik limbah padat kelapa sawit disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan hara spesifik limbah padat kelapa sawit
No Limbah Kelapa Sawit
Kandungan atas dasar berat kering N
P K
Mg Ca
1 Batang pohon
0,488 0,047
0,699 0,117
0,194 2
Pelepah 2,380
0,157 1,116
0,287 0,568
3 Daun
0,373 0,066
0,873 0,161
0,295 4
Tandan kosong 0,350
0,028 2,285
0,175 0,149
5 Serat buah
0,320 0,080
0,470 0,020
0,110 6
Cangkang 0,330
0,010 0,090
0,020 0,020
Sumber : Ditjen PPHP 2006 Limbah cair pengolahan kelapa sawit berasal dari proses perebusan dan klarifikasi. Limbah cair yang
dihasilkan langsung dialirkan melalui saluran yang diarahkan ke kolam pengolahan limbah. Kolam
pengolahan limbah industri kelapa sawit terdiri atas kolam pendinginan cooling pond, primary
10 anaerobic pond, secondary anaerobic pond, dan final pond.
Limbah cair kelapa sawit mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut dapat mengakibatkan beban
pencemaran semakin besar karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar. Salah satu limbah cair industri kelapa sawit yang menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan karena
lumpur primernya berasal dari proses pemurnian Sa’id, 1994. Lumpur yang dihasilkan pada proses pemurnian mengandung minyak dan lemak karena proses ekstraksi minyak kelapa sawit
menggunakan uap air. Kualitas limbah cair pabrik kelapa sawit harus sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan yang ada pada setiap daerah dimana pabrik tersebut mengolah. Kualitas limbah cair
inlet pada pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kualitas limbah cair inlet pabrik kelapa sawit
No Parameter
Lingkungan Satuan
Rata-Rata Rata-Rata
1 2
1 BOD
mgl 8.200-35.000
23.500-29.300 2
COD mgl
15.103-65.100 49.000-63.600
3 TSS
mgl 1.330-50.700
26.500-45.400 4
Nitrogen Total mgl
12-126 -
5 Minyak dan Lemak
mgl 190-14.720
- 6
pH mgl
3,3-4,6 4,4-4,5
Sumber :
1
Ditjen PPHP 2006
2
Mahajoeno et al. 2008 Limbah hasil pengolahan harus ditangani lebih lanjut untuk menghindari pengurangan kadar oksigen
di dalam badan air yang menerimanya sebagai akibat dari terjadinya pemecahan bahan-bahan organik. Banyaknya zat pencemar dalam air, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut
di dalam air limbah tersebut. Hal ini secara tidak langsung menyebabkan kehidupan mahluk hidup yang membutuhkan oksigen di dalam air akan terganggu dan menghambat pertumbuhannya. Limbah
yang dihasilkan dalam proses pengolahan kelapa sawit dapat diminimasi dan dikurangi kadar pencemarannya. Jika kadar limbah telah diuji tingkat pencemarannya dan telah dinyatakan aman,
maka pabrik kelapa sawit pada umumnya memanfaatkan limbah cair sebagai aplikasi lahan. Aplikasi lahan adalah upaya pemanfaatan hasil dari penanganan limbah secara biologis. Penanganan limbah
secara biologis untuk aplikasi lahan cukup populer karena tergolong murah dalam operasi dan pemeliharaannya, tidak ada pembuangan ke badan air, tidak ada bau yang terlalu tidak sedap yang
dapat mengganggu masyarakat, serta menyediakan air yang kaya unsur hara Cortland Official 2012. Limbah gas yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit merupakan gas yang keluar dari cerobong ketel
uap boiler dan gas hasil pembakaran solar dari generator set genset. Gas yang dihasilkan oleh boiler
pada industri kelapa sawit umumnya akan mengalami masa uji setiap enam bulan sekali oleh Bapedal daerah dimana industri tersebut mengolah. Parameter yang diuji adalah sulfur dioksida,
nitrogen dioksida, ammonia, hidrogen sulfida, hidrogen fluorida, klorin, hidrogen klorida, opasitas, dan partikulat. Hasil pengujian dari parameter tersebut dilakukan UPT Laboratorium Lingkungan
BLH Daerah dan akan menjadi pedoman untuk menunjukkan apakah emisi udara yang dikeluarkan oleh PKS masih berada di Baku Mutu Lingkungan atau tidak. Limbah B3 industri kelapa sawit terdiri
atas oli, accu bekas dari alat angkut forklift, besi, dan baja mesin yang telah rusak. Limbah B3 merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena
sifat dan konsentrasinya dalam jumlahnya. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung dapat
11 mencemarkan dan merusak sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya Kementrian Lingkungan Hidup, 2002. Limbah B3 yang dihasilkan biasanya dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu di tempat yang
aman. Limbah B3 dapat dijual ke perusahaan pengumpul, pengolah, dan pengguna barang-barang bekas. Ada banyak potensi limbah yang dihasilkan di industri kelapa sawit. Oleh karena itu sangat
penting dilakukan upaya untuk untuk meminimasinya. Sebelum meminimasi limbah yang terbentuk ada baiknya kita mengetahui limbah-limbah yang dihasikan dari setiap stasiun proses pengolahan
kelapa sawit yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tahap proses, fungsi, dan limbah pengolahan minyak sawit
No Stasiun Proses
Fungsi LimbahPencemaran
1 Perebusan Sterilization
a. Mempermudah
perontokan b.
Mengurangi kadar air c.
Inaktivasi enzim lipase dan oksidase
Limbah cair panas dan kebisingan
2 Penebahan Thressing
a. Memisahkan buah dari
tandan. Tandan kosong dikirim ke hopper
tandan kosong Limbah padat dan kebisingan
3 Pengempaan
1. Pelumatan Digesting
2. Ekstraksi Extraction
a. Menghancurkan
daging buah b.
Melepaskan sel yang mengandung minyak
a. Memisahkan minyak
daging buah dengan bagian lain
Kebisingan
Limbah padat serat yang bercampur dengan inti sawit
dan limbah cair panas 4
Pemurnian Clarification a.
Membersihkan minyak dari kotoran lain
Limbah cair panas, limbah padat sludge dan kebisingan
Sumber : Kautsar 2006
2.4. PRODUKSI BERSIH