11 mencemarkan dan merusak sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya Kementrian Lingkungan Hidup, 2002. Limbah B3 yang dihasilkan biasanya dikumpulkan atau disimpan terlebih dahulu di tempat yang
aman. Limbah B3 dapat dijual ke perusahaan pengumpul, pengolah, dan pengguna barang-barang bekas. Ada banyak potensi limbah yang dihasilkan di industri kelapa sawit. Oleh karena itu sangat
penting dilakukan upaya untuk untuk meminimasinya. Sebelum meminimasi limbah yang terbentuk ada baiknya kita mengetahui limbah-limbah yang dihasikan dari setiap stasiun proses pengolahan
kelapa sawit yang disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Tahap proses, fungsi, dan limbah pengolahan minyak sawit
No Stasiun Proses
Fungsi LimbahPencemaran
1 Perebusan Sterilization
a. Mempermudah
perontokan b.
Mengurangi kadar air c.
Inaktivasi enzim lipase dan oksidase
Limbah cair panas dan kebisingan
2 Penebahan Thressing
a. Memisahkan buah dari
tandan. Tandan kosong dikirim ke hopper
tandan kosong Limbah padat dan kebisingan
3 Pengempaan
1. Pelumatan Digesting
2. Ekstraksi Extraction
a. Menghancurkan
daging buah b.
Melepaskan sel yang mengandung minyak
a. Memisahkan minyak
daging buah dengan bagian lain
Kebisingan
Limbah padat serat yang bercampur dengan inti sawit
dan limbah cair panas 4
Pemurnian Clarification a.
Membersihkan minyak dari kotoran lain
Limbah cair panas, limbah padat sludge dan kebisingan
Sumber : Kautsar 2006
2.4. PRODUKSI BERSIH
Produksi bersih adalah sebuah strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan
tujuan mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan UNEP, 2003. UNIDO 2002 menambahkan definisi dari produksi bersih adalah salah satu strategi pengelolaan lingkungan yang
sifatnya mengarah pada pencegahan dan terpadu untuk diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal ini memiliki arti bahwa produksi bersih memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan
memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, air, dan mendorong performansi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan sumber-sumber pembangkit
limbah. Dari tujuan tersebut produksi bersih juga dapat diartikan memiliki fokus pada usaha pencegahan terbentuknya limbah. Upaya pencegahan tersebut harus dilakukan sejak awal proses
produksi dengan mengurangi terbentuknya limbah serta pemanfaatan limbah yang terbentuk melalui
12 daur ulang. Keberhasilan upaya ini akan menghasilkan penghematan yang besar karena penurunan
biaya produksi yang signifikan sehingga pendekatan ini dapat menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan.
Purwanto 2005 menyebutkan bahwa produksi bersih adalah tindakan pemakaian bahan baku, air, dan energi. Tindakan ini dilakukan untuk pencegahan pencemaran, dengan sasaran
peningkatan produktivitas dan minimasi terciptanya limbah. Sedangkan Oginawati 2010 menyebutkan produksi bersih sebagai upaya penerapan yang terus-menerus pada suatu strategi
pengelolaan lingkungan yang saling terkait dan pencegahan terhadap proses, produk, dan jasa untuk meningkatkan ekoefisiensi.
Istilah produksi bersih mulai diperkenalkan oleh UNEP United Nations Environment Program pada bulan Mei 1989 dan diajukan secara resmi pada bulan September 1989 pada seminar The Promotion
of Cleaner Production di Canterbury, Inggris Indrasti dan Fauzi, 2009. Beberapa kata kunci yang
perlu dicermati dalam produksi bersih adalah pencegahan preventive, terpadu, terus-menerus sustainable dan mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Dalam strategi pengelolaan
lingkungan melalui pendekatan produksi bersih, segala upaya dilakukan untuk mencegah dan menghindari terbentuknya limbah. Keterpaduan dalam konsep produksi bersih dicerminkan dari
banyaknya aspek yang terlibat seperti sumber daya manusia, teknik teknologi, finansial, manajemen dan lingkungan. Suatu keberhasilan atau pencapaian target pengelolaan lingkungan bukan merupakan
akhir suatu upaya melainkan menjadi input bagi siklus upaya pengelolaan lingkungan berikutnya. Produksi bersih diperlukan sebagai suatu strategi untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan
lingkungan dengan kegiatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang,
mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan, pemanfaatan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah, dan memperkuat daya saing produk di pasar internasional.
Indrasti dan Anas 2009 menyebutkan bahwa ada lima prinsip pokok dalam pelaksanaan produksi bersih. Prinsip-prinsip pokok dalam produksi bersih meliputi :
a. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, dan energi serta menghindari
pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya, sehingga mencegah mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan serta resikonya terhadap manusia. b.
Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.
c. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola
pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik dari pihak pemerintah, masyarakat maupun kalangan dunia industri industriawan. Selain itu juga, perlu diterapkan pola
manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.
d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan serta manajemen dan prosedur standar operasi
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang diperlukan
untuk pengembalian modal investasi relatif singkat. e.
Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan sendiri dan peraturan yang sifatnya musyawarah mufakat dari pada pengaturan secara command control.
Jadi, pelaksanaan program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk mengubah sikap dan tingkah laku.
13 Sebelumnya juga telah disebutkan UNEP 1999 bahwa prinsip pendekatan produksi bersih dalam
melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu 1E4R Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery. Kementerian Lingkungan Hidup 2003 menambahkan bahwa prinsip-prinsip pokok
dalam strategi produksi bersih telah ada dalam Kebijakan Nasional dan biasa dikenal dengan 5R Re- think, Reuse, Reduction, Recovery,
dan Recycle. Prinsip-prinsip pokok dalam pelaksanaan produksi bersih tersebut adalah sebagai berikut :
a. Elimination pencegahan adalah upaya untuk mencegah timbulnya limbah langsung dari
sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk. b.
Re-think berpikir ulang, adalah suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi bahwa perubahan dalam pola produksi dan
konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan. Oleh karena itu harus dipahami dengan benar analisis daur hidup produk. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil
dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat, maupun kalangan usaha
c. Reduce pengurangan adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulnya limbah
pada sumbernya. d.
Reuse pakai ulangpenggunaan kembali adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia, atau biologi.
e. Recycle daur ulang adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan
memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia, dan biologi. f.
RecoveryReclaim pungut ulang, ambil ulang adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam
proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia, dan biologi. Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5 R, namun perlu diberikan tekanan
penting bahwa inti utamanya pada pencegahan dan pengurangan. Strategi Elimination, Re-think, dan Reduce
masih ada kemungkinan menghasilkan pencemar atau limbah. Hal inilah perlu dilakukan strategi berikutnya Reuse, Recycle, dan Recovery sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan
limbah. Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan Purwanto, 2005.
Menurut Afmar 1999 ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih antara lain teknik daur ulang dan pengurangan pada sumber. Teknik daur ulang merupakan suatu upaya penggunaan kembali
limbah dalam berbagai bentuk, diantaranya dikembalikan lagi ke proses semula, bahan baku pengganti untuk proses produksi lain, dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat, dan diolah
kembali sebagai produk samping. Walaupun daur ulang limbah cenderung efektif dari segi biaya dibanding pengolahan limbah, ada hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa proses daur ulang limbah
harus mempertimbangkan semua upaya pengurangan limbah pada sumber telah dilakukan. Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya-
upaya yang dilakukan dalam pengurangan pada sumber ini meliputi : a.
Perubahan produk. Perancangan ulang produk, proses, dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan
produk, proses, dan jasa. Perubahan ini dapat bersifat komprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu subsitusi produk, konservasi produk, dan perubahan
komposisi produk.
14 b.
Perubahan material input. Perubahan material input dilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan
berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapat menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material input ini akan
mempengaruhi proses dan bahan yang dihasilkan, sehingga limbah pun dapat diminimasi. c.
Volume buangan diperkecil. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam usaha memperkecil volume buangan yaitu perlakuan
pemisahan. Pemisahan limbah dilakukan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi yang digunakan untuk mengurangi
volume limbah sekaligus menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali on site reuse. d.
Perubahan teknologi. Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi
limbah dan emisi. Perubahan teknologi dapat dilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat dan biaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi.
Pengeluaran biaya yang tinggi untuk memodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi, dan menurunnya biaya pengolahan limbah.
e. Penerapan operasi yang Baik good house-keeping.
Praktik operasi yang baik good house-keeping adalah salah satu pilihan pengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan
di perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasi ini melibatkan unsur- unsur seperti pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi loss prevention, praktek
manajemen, segregasi limbah, perbaikan penanganan material, dan penjadwalan produk. Tujuan Program produksi bersih pada industri kelapa sawit ini adalah pengurangan ceceran di setiap
unit proses, penggunaan air, pengurangan pencemaran kegiatan produksi serta peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif karyawan dalam melaksanakan upaya produksi bersih. Teknik produksi bersih
pada berbagai alternatif industri kelapa sawit biasanya berupa good house-keeping dan modifikasi proses. Alternatif pertama merupakan suatu upaya pengendalian operasional suatu kegiatan yang
bersifat prosedural, administratif, institusional, dengan tujuan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Selain upaya pengendalian operasional, teknik dalam melihat potensi dari penerapan produksi bersih
limbah kelapa sawit adalah dari segi modifikasi proses. Upaya pengurangan volume dan kualitas limbah dapat dilakukan dengan memodifikasi peralatan yang ada pada unit proses, seperti
penambahan dan penggantian sebagian peralatan proses. Modifikasi proses yang dilakukan biasanya terjadi pada proses di stasiun perebusan karena pada proses perebusan ini umumnya terjadi final
effluent diatas standar. Modifikasi proses yang dilakukan pada proses perebusan ini biasanya
dilakukan dengan membuat kolam penampung air kondesat Kautsar, 2006. Teknik produksi bersih dapat dilihat pada Gambar 6.
15 Gambar 6. Teknik pelaksanaan produksi bersih USAID, 1997
Daur ulang TEKNIK PRODUKSI BERSIH
Pencegahan sumber pencemar
Penggunaan kembali
1. Pengambilan
ke proses asal 2.
Penggantian bahan baku
untuk proses lain
Pengendalian sumber pencemar
Penggunaan kembali
Diproses untuk : 1.
Mendapatkan kembali bahan
asal 2.
Memperoleh produk
samping Penggunaan
kembali 1.
Pengambilan ke proses asal
2. Penggantian
bahan baku untuk proses
lain
Mengubah material input
1. Pemurnian
material 2.
Penggantian material
produksi Mengubah
teknologi 1.
Pengubahan proses
2. Pengubahan
tata letak, peralatan, dan
perpipaan Tata cara operasi
1. Tindakan prosedural
2. Pencegahan kehilangan
3. Pemisahan aliran limbah
4. Peningkatan penanganan
material 5.
Penjadwalan produksi
16
III. METODE PENELITIAN