Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pada gambar di atas, siswa diminta untuk membuat suatu perumpamaan lain mengenai luas permukaan suatu bangun ruang. Setelah masalah kontekstual dipahami oleh siswa, kemudian siswa menggali informasi mengenai permukaan bangun ruang kemudian siswa diminta untuk membuat perumpamaan lain mengenai luas permukaan suatu bangun ruang yang diperoleh siswa dari pengalaman pengetahuan sehari-hari yang dimiliki oleh siswa. Dari gambar tersebut diketahui bahwa siswa mampu memberikan perumpamaan yang dimaksud, berdasarkan benda-benda disekitarnya. Pada awal pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking, siswa mampu memberikan contoh perumpamaan yang dimaksudkan, namun beberapa siswa kebingungan untuk mengungkapkan contoh perumpamaan yang telah dipilih ke dalam LKS yang telah disediakan. Namun setelah diberikan pengarahan lagi, akhirnya siswa mampu mengisi kolom pada gambar 4.3 tersebut. Dari gambar tersebut siswa memilih dan menggunakan metafora contoh lain mengenai luas permukaan bangun ruang sesuai dengan benda-benda yang ada di sekitarnya. Siswa juga paham untuk menjelaskan luas permukaan benda yang dipilihnya. Dengan demikian siswa mampu untuk memilih dan menggunakan metafora. Metafora yang digunakan oleh siswa yaitu berdasarkan peristiwa, pengalaman, atau benda yang ada disekitar siswa. Pada langkah ini terdapat beberapa metafora siswa yang muncul pada setiap LKS yang diberikan. Pada LKS 1 siswa diminta untuk memberikan contoh metafora terkait bidang, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang. Metafora yang muncul dari siswa terkait bidang pada bangun ruang yaitu tembok, lantai, beserta atap ruang kelas, plastik bungkus es, kayu-kayu lemari, kulit bola basket, toples dan tutupnya, tempat makan, kotak pensil, botol minuman, bahan kain tas, tumpukan kardus tetapi hanya yang terlihat dari luar, bungkus taro jajanan snack ringan, kardus teh gelas. Adapun metafora yang muncul dari siswa terkait rusuk pada bangun ruang yaitu pertemuan antara tembok dengan tembok, pertemuan antara tembok dengan atap, pertemuan antara tembok dengan lantai, kayu pada tengah-tengah atap rumah, resleting tempat makan Tupperware, pita yang mengelilingi kotak tempat tisu, kabel kelas yang dililitkan di pinggir ruangan, pinggiran kardus, kaki meja, bagian yang terkena lem ketika 2 bidang disatukan di lem pada pinggirnya, klips antara tempat makan dan tutupnya, hiasan pita di pinggir lemari. Sedangkan metafora yang muncul dari siswa terkait titik sudut pada bangun ruang yaitu buah cherry yang diletakkan di setiap pojok kue ulang tahun, CCTV di pojok ruangan, lampu tembak yang dipasang di pojok panggung, tempat sampah di pojok kelas, ikatan pionering pada tongkat, meja sudut pada kursi sudut, paku yang digunakan untuk memaku setiap pojok meja, paku yang digunakan untuk memaku pojok kursi, vas bunga pada pojok ruangan, dan pojok kardus. Pada LKS 2 siswa diminta untuk memberikan contoh metafora terkait diagonal bidang dan diagonal ruang pada bangun ruang. Adapun metafora yang muncul dari siswa terkait diagonal bidang pada bangun ruang yaitu bekas lipatan kertas origami dari pojok ke pojok sehingga jika dilipat mementuk segitiga, foto- foto yang ditempel pada didinding rumah dari pojok kanan atas hingga pojok kiri bawah, escalator di mall, tangga yang disandarkan miring pada tembok, hiasan atap dengan kertas warna-warni yang dibentuk menyilang terdapat pada atap kelas, batas warna merah dan kuning pada bendera semaphore, pita yang ditempelkan menyilang pada kardus, pita untuk hiasan sisi pada kotak kado yang ditempel miring dari pojok ke pojok yang tidak berdekatan, dan tempat tisu yang dihias menggunakan manik-manik secara berderet dari pojok ke pojok yang tidak berdekatan. Sedangkan metafora yang muncul dari siswa terkait diagonal ruang pada bangun ruang yaitu jarak antara vas bunga di pojok ruangan dengan CCTV yang berada di pojok yang lain, cahaya lampu laser yang ditembakkan dari pojok ruangan ke pojok ruangan lain yang berhadapan, tali yang diikat dari pojok ke pojok yang berhadapan dalam 1 ruangan, tongkat yang diletakkan pada pojok ruangan ke pojok ruangan lain sehingga melewati tengah ruangan, jarak CCTV yang terdapat pada pojok kelas dengan siswa yang duduk di pojok ruang kelas secara berhadapan, jarak pandangan kucing yang masuk di pintu pojok ke tikus yang berada di pojok atas ruangan yang berhadapan, tali yang dipasang pada kardus secara menyilang dari pojok ke pojok yang berhadapan, jarak antara CCTV ke tempat sampah yang ada di pojok ruangan, papan miring pada mainan prosotan, bambu penyangga pada rumah yang sedang dibangun, penyangga pada figura duduk, dan ganggang sapu yang disandarkan pada tembok. Pada LKS 3 siswa diminta untuk memberikan contoh metafora terkait jaring-jaring pada bangun ruang. Adapun metafora yang muncul terkait jaring- jaring pada bangun ruang yaitu kardus snack sebelum di sterples, pola baju yang belum di jahit, kardus TV yang dibongkar, kardus mie yang dibongkar, puzzle, kardus hello panda yang dibongkar, kardus silverqueen yang dibongkar, dan kardus the gelas yang dibongkar Pada LKS 4 siswa diminta untuk memberikan contoh metafora terkait luas permukaan pada bangun ruang. Adapun metafora yang muncul terkait luas permukaan pada bangun ruang yaitu kotak pensil yang mempunyai 6 permukaan, luas permukaannya adalah luas seluruh kotak dan tutupnya, luas sprei yang digunakan untuk menutup kasur, luas kayu yang digunakan untuk membuat peti, seluruh bagian yang tongkat pramuka yang dicat , luas kain pada kasur yang membungkus kapas di dalamnya, luas bagian kayu pada lemari kelas, luas sampul buku paket, luas kayu pada loker di kelas yang terbuat, luas tembok kelas beserta atap dan lantainya, luas seluruh bagian kardus pada kardus mie, yaitu pada seluruh bidangnya, luas seluruh bagian kardus pada kardus TV, tempat yang digunakan dalam menyimpan buku absensi kelas tanpa tutup maka luas permukaannya adalah yang seluruh bagian yang menutupinya yaitu luas 5 bidangnya, luas kayu yang dibutuhkan untuk membuat kotak amal, luas seluruh kain yang digunakan untuk sarung bantal, luas kotak makan beserta tutupnya, dan luas seluruh keramik yang terdapat pada dinding kolam renang. Pada LKS 6 siswa diminta untuk memberikan contoh metafora terkait Volume bangun ruang. Adapun metafora yang muncul terkait volume bangun ruang yaitu banyaknya air minum yang terdapat pada botol minuman secara penuh, banyaknya nasi yang dimasukkan ke dalam tempat makanan, banyaknya udara yang masuk ke dalam balon ketika ditiup, udara yang terdapat pada ruangan, banyaknya air yang dimasukkan ke dalam plastik. Jika ukuran plastic lebih besar maka banyaknya air volumnya lebih banyak pula, es batu pada plastic, banyaknya pasir yang dapat dituangkan ke dalam truk hingga penuh, slime yang dimasukkan ke dalam tempatnya, banyaknya kopi yang dituangkan ke dalam cangkir, buah jeruk tanpa kulit, air yang dapat ditampung pada bak mandi, banyak air pada gallon, air yang ditampung di ember, dan susu yang ada di dalam kotak. Gambar 4.4 Contoh Hasil Pekerjaan Lembar Kerja Siswa 4 Pada Tahap Diskusi Kelompok Contoh metafora perumpamaan yang diberikan oleh masing-masing siswa tentu berbeda-beda. Oleh karena itu siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan metafora tersebut ke dalam LKS yang disediakan. Siswa diminta untuk membandingkan dan mendiskusikan contoh-contoh yang dibuat masing-masing siswa pada kelompok yang telah ditentukan. Pada tahap ini diharapkan siswa dapat membandingkan dan mengambil kesamaan dari contoh- contoh yang telah dibuat oleh teman-teman satu kelompoknya. Dengan demikian siswa dapat menuangkan ilustrasi-ilustrasi yang ada ke dalam konsep yang sedang dipeelajari. Dengan membandingkan contoh yang dibuat oleh masing-masing siswa tersebut, maka setiap kelompok diminta untuk memberikan kesimpulan terkait luas permukaan bangun ruang. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu untuk membangun pemahaman mengenai luas permukaan suatu bangun ruang. Dari gambar 4.4 di atas siswa memberikan hasil diskusi dari teman-teman kelompoknya menggunakan bahasa sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa telah mampu memahami kosep luas permukaan suatu bangun ruang sesuai yang diharapkan. Dari kesimpulan yang dikemukakan oleh masing-masing kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain sehingga pada akhir pembelajaran ini siswa mempunyai kesimpulan secara umum mengenai luas permukaan suatu bangun ruang. Dalam hal ini, guru hanya memfasilitasi siswa dan memberikan tambahan apabila diperlukan. Adapun pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru matematika MTs N 5 Tangerang. Pembelajaran yang dilakukan adalah guru memberikan penjelasan dan memberikan catatan materi yang diajarkan, kemudian siswa mencatat penjelasan dan catatan yang ada di papan tulis. Setelah materi telah disampaikan oleh guru, kemudian guru memberikan contoh soal beserta penyelesaiannya, melakukan tanya jawab antara siswa dengan guru terkait materi yang dipelajari, dan siswa diberikan latihan soal yang dikerjakan secara individu. Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal yang diberikan, kemudian guru meminta beberapa siswa untuk menuliskan jawabannya dipanpan tulis yang selanjutnya dibahas bersama oleh guru.

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka dilakukan posttest pada akhir pembelajan mengenai bangun ruang sisi datar. Adapaun soal yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama dan soal tersebut mengacu pada indikator kemampuan komunikasi matematis pada penelitian ini. Berdasarkan data hasil posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terkait kemampuan komunikasi matematis siswa diperoleh adanya perbedaan nilai rata-rata pada kedua kelas tersebut. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, yang berarti bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model pembelajaran metaphorical thinking lebih baik daripada pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran konvensional. Adapun hasil posttestt siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol selanjutnya akan dijabarkan berdasarkan tiap indikator kemampuan komunikasi matematis siswa sebagai berikut. a. Indikator 1 : Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika. Pada soal posttest yang diberikan, terdapat 1 soal komunikasi matematis indikator menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika, yaitu soal nomer 2. Soal kemampuan komunikasi indikator 1 Menyatakan peristiwa sehari- hari dalam bahasa matematika adalah sebagai berikut: Perhatikan gambar berikut Sebuah tenda pleton tanpa alas akan dibangun seperti pada gambar di atas. Jika tinggi tenda 4 m, maka berapa luas seluruh permukaan tenda tersebut? Contoh jawaban siswa posttest kemampuan komunikasi matematis siswa indikator 1 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Gambar 4.5 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen Indikator 1 Gambar 4.6 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol Indikator 1 Berdasarkan contoh jawaban siswa indikator 1, hasil akhir pekerjaan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol pada gambar 4.5 dan gambar 4.6 di atas sama, namun kedua jawaban tersebut mempunyai perbedaan cara menjawab soal. Pada gambar 4.5 siswa kelas eksperimen menjawab soal dengan terlebih dahulu memaparkan ke dalam bentuk matematika. Siswa dengan jelas menuliskan cara yang ia gunakan dalam mencari ukuran tenda yang belum diketahui menggunakan konsep matematika. Jawaban yang dituliskan siswa kelas eksperimen juga lebih rinci dan lebih mudah dipahami sehingga siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Beberapa siswa telah mampu menjawab masalah tersebut dengan lengkap dan tepat. Pada gambar 4.6 siswa kelas kontrol menjawab soal dengan tanpa mengubah ke dalam bahasa matematika. Siswa juga kurang dapat menuliskan keterangan jawaban yang akan dicari. Secara umum siswa kelas kontrol belum bisa memahami soal yang diberikan dan kurang memahami dalam menggunakan konsep yang terlibat dalam soal tersebut sehingga siswa banyak yang masih menjawab soal dengan perkiraan jawaban. Dari jawaban siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di atas menunjukkan bahwa jawaban kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol karena jawaban kelas eksperimen lebih terlihat kemampuan komunikasi matematisnya dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran menggunakan Metaphorical Thinking mampu melatih siswa untuk menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika. Hal ini karena siswa kelas eksperimen sudah dilatih untuk menggunakan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dengan model pembelajaran Metaphorical Thinking dalam menentukan konsep matematika. Sebagian besar siswa telah mampu menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk matematika, terutama untuk siswa kelas eksperimen. Hal ini berdasarkan data persentase skor posttest indikator 1 kelas eksperimen sebesar 62,66 dan kelas kontrol sebanyak 55,13. Persentase rata-rata siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. b. Indikator 2 : Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar. Pada soal posttest yang diberikan, terdapat 2 soal komunikasi matematis indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, yaitu soal nomer 1 dan soal nomer 2. Di bawah ini akan dibahas mengenai jawaban siswa pada soal nomor 3 mengenai indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar. Soal kemampuan komunikasi indikator 2 pada nomer 3 adalah sebagai berikut: Suatu kubus ABCD.EFGH, T adalah titik potong diagonal-diagonal ruangnya. Awalnya panjang rusuk kubus tersebut adalah 12 cm. Jika rusuk kubus diperpanjang 6 cm dari ukuran semula, berapa perbandingan volume limas T.ABCD sebelum dan sesudah rusuk kubus diperpanjang? Contoh jawaban siswa posttest kemampuan komunikasi matematis siswa indikator 2 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Gambar 4.7 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen Indikator 2 Gambar 4.8 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol Indikator 2 Gambar 4.7 menunjukkan jawaban siswa kelas eksperimen yang mempunyai perbedaan dengan gambar 4.8 yang merupakan jawaban siswa pada kelas kontrol dalam cara menjawabnya. Siswa kelas eksperimen menyatakan masalah tersebut ke dalam bentuk gambar terlebih dahulu sesuai dengan pernyataan yang ada pada soal agar lebih mudah dipahami kemudian diselesaikan dengan baik sehingga siswa mampu menjawab soal tersebut secara sempurna. Sedangkan siswa kelas kontrol tidak menyatakan masalah ke dalam bentuk gambar dan langsung menjawab dengan perhitungan dan siswa tidak menuliskan perbandingan yang diminta pada soal tersebut sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa kelas kontrol kurang sempurna. Beberapa siswa pada kelas kontrol