Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Gambar 4.7 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen Indikator 2 Gambar 4.8 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol Indikator 2 Gambar 4.7 menunjukkan jawaban siswa kelas eksperimen yang mempunyai perbedaan dengan gambar 4.8 yang merupakan jawaban siswa pada kelas kontrol dalam cara menjawabnya. Siswa kelas eksperimen menyatakan masalah tersebut ke dalam bentuk gambar terlebih dahulu sesuai dengan pernyataan yang ada pada soal agar lebih mudah dipahami kemudian diselesaikan dengan baik sehingga siswa mampu menjawab soal tersebut secara sempurna. Sedangkan siswa kelas kontrol tidak menyatakan masalah ke dalam bentuk gambar dan langsung menjawab dengan perhitungan dan siswa tidak menuliskan perbandingan yang diminta pada soal tersebut sehingga jawaban yang diberikan oleh siswa kelas kontrol kurang sempurna. Beberapa siswa pada kelas kontrol masih kebingungan dalam menyatajkan soal dalam bentuk gambar dan mengaitkan dua bangun datar beserta konsepnya. Dari perbandingan kedua jawaban siswa di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi siswa kelas eksperimen dalam menyajikan pernyataan matematika ke dalam bentuk tulisan dan gambar lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking dapat membantu siswa dalam menyajikan pernyataan matematika ke dalam bentuk tulisan dan gambar. Berdasarkan data persentase skor posttest indikator 2 kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Namun kedua kelas tersebut memiliki persentase yang tinggi pada indikator 2 ini. Pada indikator menyajikan pernyataan matematika inilah persentase kelas eksperimen maupun kelas kontrol mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan persentase pada 2 indikator lainnya, yaitu sebesar 76,66 pada kelas eksperimen dan sebesar 66,03 kelas kontrol. Dengan demikian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol telah memiliki kemampuan komunikasi yang baik dalam menyajikan pernyyataan matematika ke dalam bentuk tulisan dan gambar. c. Indikator 3 : Menarik kesimpulan dari pernyataan Pada soal posttest yang diberikan, terdapat 1 soal komunikasi matematis indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, yaitu soal nomer 4. Soal kemampuan komunikasi indikator 2 adalah sebagai berikut: Pak Syaiful akan membuat kolam renang di halaman belakang rumahnya. Ia akan memilih salah satu dari rancangan kolam renang tersebut. Pilihan pertama adalah kolam renang dengan ukuran panjang, lebar, dan kedalaman berturut- turut 18 m, 12 m, dan 1,5 m. Pilihan kedua adalah kolam renang dengan ukuran panjang, lebar, dan kedalaman berturut-turut 13,5 m, 12 m, dan 2 m. Kolam renang ini nantinya akan dipasang keramik. Menurut kalian rancangan yang mana yang harus dipilih oleh Pak Syaiful agar biaya pembuatan kolam renangnya lebih murah? Jelaskan alasannya Contoh jawaban siswa posttest kemampuan komunikasi matematis siswa indikator 3 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut: Gambar 4.9 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Eksperimen Indikator 3 Gambar 4.10 Contoh Jawaban Posttest Siswa Kelas Kontrol Indikator 3 Pada soal terkait indikator 3 yakni memberikan kesimpulan dari pernyataan ini menuntut siswa untuk mengambil suatu keputusan dari dua pilihan yang telah diberikan dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kedua pilihan dengan menyelesaikan masalah berdasarkan konsep yang ada. Pada gambar 4.9 menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen mampu menjawab soal dengan memberikan kesimpulan yang tepat disertai alasan yang lengkap berdasarkan konsep matematika yang sesuai. Sedangkan pada gambar 4.10 siswa kelas kontrol menjawab pertanyaan dengan kurang lengkap dan dalam memberikan kesimpulan Siswa kelas kontrol masih kesulitan dalam mengungkapkan ide gagasan siswa. hal ini terlihat pada jawaban yang ditulis oleh siswa kelas kontrol yang kurang mampu memaparkan dengan jelas kesimpulan beserta alasannya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menarik kesimpulan dari pernyataan kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Metaphorical Thinking dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada indikator menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking dapat membiasakan siswa dalam memberikan kesimpulan dari beberapa pernyataan yang berbeda, terutama model pembelajaran Metaphorical Thinking pada tahap diskusi kelompok dan memberikan kesimpulan. Berdasarkan data persentase skor posttest indikator 3 kelas eksperimen sebesar 49,60 dan kelas kontrol sebanyak 46,15. Perbedaan persentase skor posttest indikator 3 pada kedua kelas tersebut sebesar 5,45 yang merupakan selisih terkecil dibandingkan dengan selisih kelas eksperimen dan kelas kontrol yang terdapat pada indikator yang lainnya. Persentase pada indikator 3 ini sekaligus sebagai persentase terendah dari ketiga indikator baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada penelitian ini peneliti menemukan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Metaphorical Thinking dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa pada indikator menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa matematika, menyajikan pernyataan matematika secara tulisan dan gambar, dan menarik kesimpulan dari pernyataan. Hal tersebut berdasarkan beberapa uraian diatas sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Metaphorical Thinking selama proses pembelajaran memberikan pengaruh baik pada kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini diperkuat dengan hasil persentase skor posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada persentase skor posttest siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol. Model pembelajaran Metaphorical Thinking tidak hanya dapat dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, namun model pembelajaran Metaphorical Thinking juga dapat meningkatkan kemampuan siswa yang lainnya. Hal ini dibuktikan dari penelitian M. Afrilianto yang menyatakan bahwa Pembelajaran Metaphorical Thinking dapat meningkatnkan pemahaman konsep dan kemampuan strategis matematis siswa. 1

D. KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti telah berupaya agar penelitian mendapatkan hasil yang optimal. Namun demikian peneliti menyadari adanya beberapa hal yang masih kurang dan masih jauh dari sempurna. Adapun beberapa factor yang menjadi kendala bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yang sulit untuk dikendalikan. Beberapa kendala tersebut menjadi keterbatas penelitian, yaitu: 1. Pada pertemuan pertama siswa masih kesulitan dalam pembelajaran karena siswa perlu beradaptasi dalam belajar menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking. 2. Beberapa siswa masih kurang percaya diri dalam mengemukaan ide gagasan dalam proses diskusi karena ketidakterbiasanya berdiskusi dan bekerja kelompok dalam pembelajaran. 3. LKS yang disusun oleh peneliti kurang dapat memberikan arahan-arahan yang lebih jelas, sehingga pada proses pembelajaran siswa terkadang menanyakan kepada peneliti maksud dari pertanyaan pada LKS yang diberikan. 4. Instrumen nomer 1 merupakan soal rutin yang mudah bagi siswa untuk diselesaikan sehingga ada instrument tersebut kurang mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. 1 M. Afrilianto, Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Strategi Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking, Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, No. 2, 2012 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa yang dilaksanakan di MTs Negeri 5 Tangerang, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking mendapatkan rata-rata tertinggi sebesar 76,66 pada indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, 62,66 pada indikator menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika, dan 49,60 pada indikator menarik kesimpulan dari pernyataan. 2. Kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional mendapatkan rata-rata tertinggi sebesar 66,03 pada indikator menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar, 55,13 pada indikator menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika, dan 46,15 pada indikator menarik kesimpulan dari pernyataan. 3. Kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari rata- rata hasil posttest siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Metaphorical Thinking sebesar 67,80 sedangkan nilai rata-rata posttest siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional sebesar 59,46. Berdasarkan pengujian hipotesis tes kemampuan komunikasi matematis menggunakan analisis Independent Samples T-Test diperoleh nilai signifikansi perhitungan p-value sebesar 0,021 kurang dari nilai taraf signifikansi α 0,05. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran Metaphorical Thinking memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pengamatan peneliti selama melakukan penelitian dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk dapat mengkaji seberapa besar pengaruh model pembelajaran Metaphorical Thinking terhadap kemampuan matematika yang lain. 2. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar, untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan juga pada pokok bahasan matematika yang lain. 3. Langkah kerja pada LKS harus dikomunikasikan kepada siswa secara jelas dan terarah sehingga siswa dapat menjalani proses pembelajaran dengan baik. 4. Desain LKS yang digunakan hendaknya lebih detail dan mendalam pada materi yang diajarkan sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking berjalan lancar dan efektif. 5. Kegiatan belajar mengajar secara berkelompok diharapkan dapat dilakukan sesering mungkin sehingga siswa terbiasa belajar dengan berdiskusi bertukar ide dengan teman sekelas sehingga siswa lebih mandiri dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 6. Guru yang hendak menerapkan model pembelajaran Metaphorical Thinking membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk itu, guru yang hendak menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking dalam pembelajaran matematika di kelas diharapkan dapat mendesain pembelajaran seefektif mungkin sehingga pembelajaran dapat selesai tepat waktu dan efisien. 75 DAFTAR PUSTAKA Afrilianto, M. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, No. 2. 2012. Afrilianto, M. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategis Matematis Siswa SMP. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI. 2012. Al., Sharon L. Pugh, et. Bridging to A Teachers Guideto Metaphorical Thinking. Urbana: ERIC Clearinghouse on Reading and Communication SkillsIndiana University, Smith Research Center, National Council of Teachers of English. Anisa, Witri Nur. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik Melalui Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Untuk Siswa SMP Negeri Di Kabupaten Garut. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, Vol. 1, No. 1. 2014. Ardogan, Ahmet, dkk. Mathematics Teacher Candidates’ Metaphors about the Concept of “Mathematics”, International Journaln of Education in Mathematics Science and Technology, Vol. 2, Num. 4. 2014. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. 2. Cet. 2. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Carreira, Susana Where There’s a Model, There’s a Metaphor: Metaphorical Thinking in Students’ Understanding of a Mathematical Model. Article mathematical Thinking and Learning. Portugal: Departamento de Matematica Universidade Nova de Lisboa Monte da Caparica. 2001. Elida, Nunun. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Think-Talk-Write TTW. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 1, No. 2. 2012. Ferrara, Francesca. Bridging Perception and Theory: What Role Can Metaphors and Imagery Play, European Research In Mathematics Education III. Gurria, Angel. PISA 2012. Results: What Students Know and Can Do Student Performance in Mathematics, Reading and Science. vol. 1. US:OECD. revised edition. 2014. Hendriana, Heris. Pembelajaran Matematika Humanis dengan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1. 2012. Hudojo, Herman. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang. 2001. Jensen, Devon F. N. Metaphors as a Bridge to Understanding Educational and Social Contexts. International Journal of Qualitative Methods 5 1. 2006. Kadir, Statistika Terapan, Cet. II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2015. Kadir, Statistika untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rose Mata Sampurna. 2010. National Council of Techer of Mathematics NCTM. Principles and Standards for School Mathematics. United States of America: NCTM. 2000. Notowidjadja, Rochman, dkk. Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: UPI Press, cet 1. 2005. Putri, Ratu Ilma Indra. Pengembangan Soal Tipe PISA Siswa sekolah Menengah Pertama dan Implementasinya pada Kontes Literasi Matematika KLM. 2011. http:eprints.unsri.ac.id37731ARTICLE_SIMANTAP_2013.pdf Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMPMTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan, Kementrian Pendidikan Nasional, 2006. Umar, Wahid. Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung Vol. 1 No. 1, 2012. Rachmayani, Dwi. Penerapan Pembelajaran Reciprocal Teaching untuk meningkatkan kemampuan komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Matematika Siswa. Jurnal Pendidikan UNSIKA, Vol. 2, No. 1. 2014. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. cet VI. Jakarta: Kencana. 2009.