Perbandingan Kemampuan Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas dan Perbedaan Dua Rata-rata Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Diffe rence Std. Error Diffe rence 95 Confidence Interval of the Difference Lower Upper Nilai Equal variances assumed 0,625 0,423 2,086 49 0,042 8,377 4,016 0,307 16,447 Equal variances not assumed 2,083 48,264 0,043 8,377 4,022 0,291 16,463 Dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan yaitu pada kolom Levenes Test for Equality of Variances pada Tabel 4.10 di atas dengan taraf signifikansi yang ditetapkan diperoleh hasil uji homogenitas menunjukkan data skor hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi tes kemampuan komunikasi matematis siswa hasil pengujian homogenitas tersebut adalah 0,4232 = 0,212 dengan nilai taraf signifikansi = 0,05. Dengan demikian nilai signifikansi tes kemampuan komunikasi matematis siswa hasil pengujian homogenitas lebih besar dari pada nilai taraf signifikansi atau 0,212 0,05 yang artinya bahwa H diterima atau varians data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama homogen. Hasil uji prasarat data hasil tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian selanjutnya dapat dilakukan uji perbedaan dua rata- rata menggunakan uji-t.

2. Uji Hipotesis Statistik

Pada perangkat lunak SPSS ini uji-t dilakukan menggunakan analisis Independent Sample T Test dengan taraf signifikansi = 0,05. Berdasarkan Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji perbedaan dua rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf kepercayaan 95. Hal tersebut diperoleh dengan membandingkan nilai signifikansi hasil perhitungan yang terdapat pada kolom t-test for Equality of Means dengan taraf signifikansi yang telah ditetapkan. Nilai signifikansi kemampuan komunikasi matematis siswa hasil uji homogenitas pada tabel 4.10 tersebut adalah 0,0422 = 0,021 dengan taraf signifikansi = 0,05. Dengan demikian nilai signifikansi kemampuan komunikasi matematis siswa bernilai kurang dari nilai taraf signifikansi . Hal ini berarti bahwa H ditolak atau rata- rata nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking lebih tinggi dari pada kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian berarti kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking lebih baik dari pada pembelajaran yang dilakukan secara konvensional. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa pembelajaran model pembelajaran Metaphorical Thinking pada penelitian ini terdiri dari 4 tahapan pembelajaran, yaitu: memberikan masalah kontekstual, memilih dan menggunakan metafora, diskusi kelompok, dan memberikan kesimpulan. Dengan tahapan-tahapan ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran Metaphorical Thinking membantu siswa untuk mengemukakan gagasan ide masing-masing siswa sesuai dengan pengalaman pengetahuan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dengan teman-temannya untuk berargumen dan memberikan kesimpulan. Dengan demikian siswa diberikan banyak kesempatan untuk menyampaikan dan mengembangkan gagasannya baik ke dalam tulisan maupun lisan karena pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran Metaphorical Thinking ini siswa sebagai pusat pembelajaran student center, dan peran guru dalam pembelajaran adalah sebatas sebagai fasilitator. Berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran secara konvensional pada penyampaian materinya. Pada pembelajaran konvensional siswa belajar dengan mengacu apa yang ada pada buku paket dan yang dijelaskan oleh guru. Oleh karena itu dalam pembelajaran konvensional guru mempunyai perananan penting sebagai sumber belajar. Dalam menyelesaikan masalah siswa hanya terpaku pada rumus dan contoh soal yang diberikan. Siswa kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan gagasan yang dimiliki karena pada proses pembelajaran ini guru menjadi pusat pembelajaran teacher center.

1. Proses Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pada awal pembelajaran pada kelas eksperimen, siswa diberikan contoh metafora oleh peneliti mengenai materi yang akan diajarkan. Kemudian siswa diberikan Lembar Kerja Siswa LKS secara individu yang berisi pertanyaan-