Rekomendasi kebijakan yang ditujukan kepada PDAM

Juran J.M. dan Griya, F.M. 1993. Quality Planning and Analysis. 3 ED. Singapore: Mic-Graw Hill.Inc. Kammere, J.C, 1986, Water Quantity Requirement for Public Supplies and Others Use, Van Notrand Reinhold Co, New York. Lukman, S. 1999. Visi, Misi, dan Manajemen Pelayanan Prima. Makalah dalam Lokakarya Strategi Pengembangan Pelayanan Umum di Lingkungan Pemerintah Daerah, Cisarua, Bogor. Malaysia Water Supply Development. 2001. http:www.mywatersupply.org [28 September 2001]. Mays, Larry W. 2001. Water Resources Engineering, John Willey Sons, Inc. USA M.Rasman Hanafi, 2010. Rancangbangun Pengelolaan Pulau Kecil Berbasis Penataan Ruang, Studi Kasus P.Wakatobi, Disertasi IPB 2010 Muhammadi, E., Aminullah dan B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis : Lingkungan Hidup, Sosial Ekonomi, Manajemen. UMP Press, Jakarta Meijerink. 1970. Photo Interpretation in Hydrology. A Geomorphologycal Approach. ITC, Delft. Pala, O., Vennix, JAM, and Kleijnen, JPC. 1999. Validation in Soft, Hard and System Dynamics : a critical comparison and contribution to the debate. Social and Behavioral Science. Tilburg University Paper. Netherlands. Perda Tarakan No.17 Tahun 2000 Tentang Pendirian PDAM Tarakan. Porter, M. 2000. Location, Competition, and Economic Development: Local Clusters in a Global Economy. Economic Development Quarterly, 141: 15- 34. Harvard Bussiness School Press. Boston, MA. Pusat Litbang Sumber Daya Air, 2009. Teknologi Pengendalian Pencemaran Air Di Indonesia. Pusat Litbang Sumber Daya Air, 2010. Penyediaan Air Baku di Pulau-pulau Kecil. Puslit Geoteknologi LIPI, 2008. Kajian SDAir di Pulau Pakal, Maluku Utara. Puslit Geoteknologi LIPI, 2008. Air Tanah di Pesisir dan Pulau Kecil. Puslit Geoteknologi LIPI, 2008. Sumber Daya Air di Pulau Kecil. Polo, J. F and J. R. Ramis. 1983. Simulation of salt water-fresh water interface motion. Water Resources Research 19 1 : 911-931. Purnama, S. 2002. Hasil aman eksploitasi air tanah di Kota Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Majalah Geografi Indonesia 16 2 : 77-85. [PU] Dinas PU Cipta Karya Kota Tarakan, 2010. Laporan Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan. Tarakan [PU] Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan UNDPUNCHS, 1997, Pengadaan Sarana dan Prasarana Kota di Indonesia, Jakarta. Schneider, W. 2001. Principles of Groundwater Flow. Soedijono, B. 1995. Model Matematika. Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Sudaryatno. 2000. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi untuk Estimasi Debit Puncak di Daerah Aliran Sungai DAS Garang, Semarang, Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Soemarwoto, O. 1985. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Bandung. Sujono, Joko. Jayadi, Rachmadi. 2009. Aplikasi Software HEC-HMS. Lab.Komputasi. Universitas Gajah Mada. Suratmo, F. G. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin. IPB Press, Bogor. Tjiptono Fandy. 1996. Manajemen Jasa. Yogyakarta Tjiptono Fandy. 2000. Prinsip- Prinsip Total Quality Service. Yogyakarta Winardi. 1999. Pengantar Tentang Teori Sistem dan Analisis Sistem. Mandar Maju, Bandung. World Bank. 1993. The demand for water in rural areas: determinants and policy implications. World Bank Research Observer. 81: 47-70. United Nations. 1979. Guidelines for Rural Centre Planning: Rural water supply and sanitation. New York. Undang-undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. Undang-undang No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. Zheng, Cheng. Bennet,D.Gordon. 1995. Applied Contaminant Transport Modelling. A Division of International Thomson Publishing Inc. USA. LAMPIRAN Lampiran 1. Ilustrasi konstruksi Instalasi Pengolahan Air Bersih Mikro Lampiran 1. Ilustrasi konstruksi Instalasi Pengolahan Air Bersih Mikro lanjutan 1 Lampiran 1. Ilustrasi konstruksi Instalasi Pengolahan Air Bersih Mikro lanjutan Lampiran 2. Rincian biaya operasional IPAB Mikro Uraian Satuan Jumlah Keterangan Pompa a. Pompa Intake 19800 ltjam - Power watt 5000 - Kapasitas ltmnt 330 b. Pompa Distribusi 19800 ltjam - Power watt 5000 - Kapasitas ltmnt 330 Kapasitas Produksi m 3 hari 480 5.56 ltdet design capacity m 3 bulan 14400 Waktu Operasional Jamhari 24 Konsumsi listrik KWhhari 240 KWhbulan 7200 Tarif listrik PLN Rp. 1000 Biaya listrik per m3 Rp. 550 1 m3 : 480 m3 = x : 240 Kwh Biaya Produksi Air Bersih per m3 a. Koagulan 1 m3 = 148 gr 50 Kg = Rp. 150,000 - Al 2 SO 4 .2H 2 O Rp. 444 - Calsium Hydroxide Rp. 120 1 m3 = 100 gr 50 Kg = Rp.60,000 b. Disinfectant 1 m3 = 50 gr 1 Kg = Rp. 12,500 - Kaporit Rp. 12.50 c. Pajakretribusi - Air baku Rp. 100 - Air kotor Rp. 100 Biaya Produksi Rp.m 3 Rp.bln 1,326.50 19,101,600 Upah pekerjaoperator Rp.orang 2,000,000 2 labour Perawatan lain Rp.bln 250,000 Penggantian media filter per 6 bulan Rp.bln 200,000 Test laboratorium Total Biaya Produksi Rp.m 3 1,496.64 Lampiran 3 Nilai Skor Pendapat Pakar Existing Condition Dimensi Keberlanjutan Pengelolaan Air Bersih di Kota Tarakan DIMENSI LINGKUNGAN No ATRIBUT KETERANGAN SKOR BAIK BURUK 1 Daerah konservasi air 0 tidak ada, 1 ada tetapi tak terlindungi, 2 ada dan terlindungi 2 2 2 Frekuensi kejadian kekeringan 0 sering, 1 kadang-kadang, 2 tidak pernah terjadi kekeringan 1 2 3 Kualitas air baku 0 sangat jelek, 1 jelek, 2 agak baik, 3 baik 1 3 4 Kuantitas air baku 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 3 5 Curah hujan hari hujan 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 3 6 Pengembangan sumber air baku 0 tidak ada, 1 ada 1 1 7 Pemanfaatan lahan terhadap kualitas air 0 tinggi dan kualitas air menurun, 1 sedang dan tidak berpengaruh pada kualitas air, 2 rendah dan kualitas air terjaga, 2 8 Tinggi permukaan air tanah 0 berfluktuasi secara ekstrim 1 tidak berfluktuasi secara ekstrim 1 9 Tingkat pencemaran sungai 0 tinggi, 1 sedang, 2 rendah 1 2 DIMENSI EKONOMI No ATRIBUT KETERANGAN SKOR BAIK BURUK 1 Tingkat keuntungan PDAM 0 rendah 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi, 1 3 2 Tarif air PDAM 0 sangat tinggi, 1 tinggi, 2 sedang, 3 rendah 3 3 3 Persentase penduduk miskin 0 sangat tinggi, 1 tinggi, 2 sedang, 3 rendah 3 3 4 Penetapan harga price discrimination di antara dan di dalam kelompok konsumen 0 tidak sesuai 1 sesuai, 2 sangat sesuai 2 2 5 Willingness to pay Kesediaan membayar dalam pemakaian sumber air 0 sedikit, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 3 3 6 Kontribusi sektor pemanfaatan sumber air terhadap PDRB 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi 2 2 7 Ketersediaan dana untuk pengembangan air bersih 0 tidak tersedia, 1 kurang tersedia, 2 tersedia 3 tersedia tidak terbatas 2 3 DIMENSI SOSIAL No ATRIBUT KETERANGAN SKOR BAIK BURUK 1 Tingkat pendidikan formal masyarakat 0 dibawah rata-rata nasional, 1 sama dengan rata-rata nasional, 2 diatas rata-rata nasional 1 2 2 Pemahaman dan kepedulian masyarakat 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 1 3 161 terhadap kelestarian sumber air 3 Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan air bersih 0 tidak ada, 1 ada tetapi tidak berjalan, 2 kurang optimal, 3 berjalan optimal 1 3 4 Tingkat keluhan masyarakat pelanggan terhadap PDAM 0 sangat tinggi 1 tinggi, 2 sedang, 3 rendah, 1 3 5 Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap air bersih 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 3 3 6 Peran masyarakat adat dalam kegiatan pemanfaatan air 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi, 3 sangat tinggi 1 3 7 Konflik pengambilan sumber air 0 tidak ada, 1 desa tertentu saja, 2 semua desa 1 2 DIMENSI INFRASTRUKTUR DAN TEKNOLOGI No ATRIBUT KETERANGAN SKOR BAIK BURUK 1 Tingkat pelayanan PDAM air bersih 0 rendah, 1 sedang, 2 tinggi 2 2 Infrastruktur air limbah 0 tidak ada, 1 ada 1 3 Kondisi drainase di kawasan permukiman 0 memadai, 1 tidak memadai 1 4 Kondisi jaringan distribusi perpipaan 0 memadai, 1 tidak memadai 1 5 Kondisi IPA PDAM 0 tidak memadai, 1 cukup memadai, 2 sangat memadai 1 2 6 Ketersediaan layanan listrik untuk pengolahan air bersih 0 tidak memadai, 1 cukup memadai, 2 sangat memadai 1 2 DIMENSI HUKUM DAN KELEMBAGAAN No ATRIBUT KETERANGAN SKOR BAIK BURUK 1 Keberadaan balai pemantauan kualitas air 0 tidak ada, 1 ada tetapi tidak berjalan, 2 ada dan berjalan 2 2 2 Keberadaan lembaga sosial air bersih 0 tidak ada, 1 ada tetapi tidak berjalan, 2 ada dan berjalan 1 2 3 Ketersediaan peraturan perundang- undangan pengelolaaan air bersih 0 tidak ada, 1 ada tetapi tidak berjalan, 2 ada dan berjalan 2 2 4 Ketersediaan perangkat hukum adatagama 0 tidak ada, 1 cukup tersedia, 2 sangat lengkap 2 2 5 Kerjasama antar stakeholder 0 tidak sejalan, 1 cukup sejalan, 2 sejalan, 3 sangat sejalan 1 3 162 Lampiran 4 Nilai Indeks Lima Dimensi Keberlanjutan Penyediaan Air Bersih di Pulau Tarakan

A. Dimensi Ekologi

B. Dimensi Ekonomi

C. Dimensi Sosial – Budaya

D. Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

E. Dimensi Hukum dan Kelembagaan

F. Multidimensi

init Air_Bersih_Alami = 30000000 flow Air_Bersih_Alami = +dtpenambahan_alami -dtpengurangan_alami init Biaya_Intensifikasi = 0 flow Biaya_Intensifikasi = +dtbiaya_intensif_per_thn init Biaya_Intensifikasi_1 = 0 flow Biaya_Intensifikasi_1 = +dtbiaya_intensif_per_thn_1 init Biaya_Intensifikasi_2 = 0 flow Biaya_Intensifikasi_2 = +dtbiaya_intensif_per_thn_2 init Biaya_Intensifikasi_3 = 0 flow Biaya_Intensifikasi_3 = +dtbiaya_intensif_per_thn_3 init Biaya_Reboisasi = 0 flow Biaya_Reboisasi = +dtbiaya_reboisasi_per_thn init Biaya_Reboisasi_1 = 0 flow Biaya_Reboisasi_1 = +dtbiaya_reboisasi_per_thn_1 init Biaya_Reboisasi_2 = 0 flow Biaya_Reboisasi_2 = +dtbiaya_reboisasi_per_thn_2 init Biaya_Reboisasi_3 = 0 flow Biaya_Reboisasi_3 = +dtbiaya_reboisasi_per_thn_3 init Biaya_SMR = 0 flow Biaya_SMR = +dtbiaya_SMR_per_thn init Biaya_SMR_1 = 0 flow Biaya_SMR_1 = +dtbiaya_SMR_per_thn_1 init Biaya_SMR_2 = 0 flow Biaya_SMR_2 = +dtbiaya_SMR_per_thn_2 init Biaya_SMR_3 = 0 flow Biaya_SMR_3 = +dtbiaya_SMR_per_thn_3 init Biaya_Terasering = 0 flow Biaya_Terasering = +dtbiaya_terasering_per_thn init Biaya_Terasering_1 = 0 flow Biaya_Terasering_1 = +dtbiaya_terasering_per_thn_1 init Biaya_Terasering_2 = 0 flow Biaya_Terasering_2 = +dtbiaya_terasering_per_thn_2 init Biaya_Terasering_3 = 0 flow Biaya_Terasering_3 = +dtbiaya_terasering_per_thn_3 init C_hutan = C_hutan_eksisting_2 flow C_hutan = -dtL_pengurangan_C_hutan init C_hutan_1 = C_hutan_eksisting_3 flow C_hutan_1 = - dtL_pengurangan_C_hutan_1 init C_hutan_2 = C_hutan_eksisting_4 flow C_hutan_2 = - dtL_pengurangan_C_hutan_2 init C_hutan_3 = C_hutan_eksisting_5 flow C_hutan_3 = - dtL_pengurangan_C_hutan_3 init C_Mukim_4 = 0.50.7100 flow C_Mukim_4 = init C_permukiman = C_Permukiman_eksisting flow C_permukiman = - dtL_pengurangan_C_permukiman init C_permukiman_1 = C_Permukiman_eksisting_1 flow C_permukiman_1 = - dtL_pengurangan_C_permukiman_1 init C_permukiman_2 = C_Permukiman_eksisting_2 flow C_permukiman_2 = - dtL_pengurangan_C_permukiman_2 init C_permukiman_3 = C_Permukiman_eksisting_3 flow C_permukiman_3 = - dtL_pengurangan_C_permukiman_3 init C_Tambak = C_Tambak_eksisting flow C_Tambak = - dtL_pengurangan_C_tambak init C_Tambak_1 = C_Tambak_eksisting_1 flow C_Tambak_1 = - dtL_pengurangan_C_tambak_1 init C_Tambak_2 = C_Tambak_eksisting_2 flow C_Tambak_2 = - dtL_pengurangan_C_tambak_2 init C_Tambak_3 = C_Tambak_eksisting_3 flow C_Tambak_3 = - dtL_pengurangan_C_tambak_3 init C_tegalan = C_tegalan_eksisting flow C_tegalan = - dtL_pengurangan_C_tegalan init C_tegalan_1 = C_tegalan_eksisting_1 Lampiran 5 Persamaan model dinamis penyediaan air bersih pulau kecil flow C_tegalan_1 = - dtL_pengurangan_C_tegalan_1 init C_tegalan_2 = C_tegalan_eksisting_2 flow C_tegalan_2 = - dtL_pengurangan_C_tegalan_2 init C_tegalan_3 = C_tegalan_eksisting_3 flow C_tegalan_3 = - dtL_pengurangan_C_tegalan_3 init CRO_Mukim_4 = 59.52 flow CRO_Mukim_4 = +dtL_CRO_mukim_4 init Evaporasi_4 = 1000373.7010000001000 flow Evaporasi_4 = init Hotel = 10 flow Hotel = +dtL_hotel init Hotel_1 = 10 flow Hotel_1 = +dtL_hotel_1 init Hotel_2 = 10 flow Hotel_2 = +dtL_hotel_2 init Hotel_3 = 10 flow Hotel_3 = +dtL_hotel_3 init Hujan_4 = 2584 flow Hujan_4 = init Industri = 139 flow Industri = +dtL_Industri init Industri_1 = 139 flow Industri_1 = +dtL_Industri_1 init Industri_2 = 139 flow Industri_2 = +dtL_Industri_2 init Industri_3 = 139 flow Industri_3 = +dtL_Industri_3 init Ketersediaan_Alami_1 = 30000000 flow Ketersediaan_Alami_1 = - dtpengurangan_alami_1 +dtpenambahan_alami_1 init Ketersediaan_Alami_2 = 30000000 flow Ketersediaan_Alami_2 = - dtpengurangan_alami_2 +dtpenambahan_alami_2 init Ketersediaan_Alami_3 = 30000000 flow Ketersediaan_Alami_3 = +dtpenambahan_alami_3 -dtpengurangan_alami_3 init Pemukiman_4 = 16570.49 flow Pemukiman_4 = +dtl_pemukiman_4 init Pendududk = 41302 flow Pendududk = +dtL_penduduk init Pendududk_1 = 41302 flow Pendududk_1 = +dtL_penduduk_1 init Pendududk_2 = 41302 flow Pendududk_2 = +dtL_penduduk_2 init Pendududk_3 = 41302 flow Pendududk_3 = +dtL_penduduk_3 init Vol_Hujan_4 = 2584373.7010000001000 flow Vol_Hujan_4 = aux biaya_intensif_per_thn = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, biaya_intesif_per_haLuas_Tambakpers entase_intesifikasi100, 0 aux biaya_intensif_per_thn_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, biaya_intesif_per_ha_1Luas_Tambak_1 persentase_intesifikasi_1100, 0 aux biaya_intensif_per_thn_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, biaya_intesif_per_ha_2Luas_Tambak_2 persentase_intesifikasi_2100, 0 aux biaya_intensif_per_thn_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, biaya_intesif_per_ha_3Luas_Tambak_3 persentase_intesifikasi_3100, 0 aux biaya_reboisasi_per_thn = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, biaya_reboisasi_per_haluas_hutanpers entase_reboisasi100, 0 aux biaya_reboisasi_per_thn_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, biaya_reboisasi_per_ha_1luas_hutan_1 persentase_reboisasi_1100, 0 aux biaya_reboisasi_per_thn_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, biaya_reboisasi_per_ha_2luas_hutan_2 persentase_reboisasi_2100, 0 aux biaya_reboisasi_per_thn_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, biaya_reboisasi_per_ha_3luas_hutan_3 persentase_reboisasi_3100, 0 aux biaya_SMR_per_thn = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, biaya_sumur_per_haluas_pmrkmnpers entase_jumlah_sumur100, 0 aux biaya_SMR_per_thn_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, biaya_sumur_per_ha_1luas_pmrkmn_1 persentase_jumlah_sumur_1100, 0 aux biaya_SMR_per_thn_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, biaya_sumur_per_ha_2luas_pmrkmn_2 persentase_jumlah_sumur_2100, 0 aux biaya_SMR_per_thn_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, biaya_sumur_per_ha_3luas_pmrkmn_3 persentase_jumlah_sumur_3100, 0 aux biaya_terasering_per_thn = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, biaya_terasering_per_haluas_tegalanp ersentase_terasering100, 0 aux biaya_terasering_per_thn_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, biaya_terasering_per_ha_1luas_tegalan _1persentase_terasering_1100, 0 aux biaya_terasering_per_thn_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, biaya_terasering_per_ha_2luas_tegalan _2persentase_terasering_2100, 0 aux biaya_terasering_per_thn_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, biaya_terasering_per_ha_3luas_tegalan _3persentase_terasering_3100, 0 aux L_CRO_mukim_4 = CRO_Mukim_4f_koef_RO_4 aux L_hotel = Hotelpersen_htl aux L_hotel_1 = Hotel_1persen_htl_1 aux L_hotel_2 = Hotel_2persen_htl_2 aux L_hotel_3 = Hotel_3persen_htl_3 aux L_Industri = Industripersen_industri aux L_Industri_1 = Industri_1persen_industri_1 aux L_Industri_2 = Industri_2persen_industri_2 aux L_Industri_3 = Industri_3persen_industri_3 aux l_pemukiman_4 = Pemukiman_4f_pemukiman_4 aux L_penduduk = Pendududkpersen_pertumbuhan aux L_penduduk_1 = Pendududk_1persen_pertumbuhan_1 aux L_penduduk_2 = Pendududk_2persen_pertumbuhan_2 aux L_penduduk_3 = Pendududk_3persen_pertumbuhan_3 aux L_pengurangan_C_hutan = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, 0, IFC_hutan=0.2, 0, C_hutan_eksisting_2- 0.21persentase_reboisasi100 aux L_pengurangan_C_hutan_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, 0, IFC_hutan_1=0.2, 0, C_hutan_eksisting_3- 0.21persentase_reboisasi_1100 aux L_pengurangan_C_hutan_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, 0, IFC_hutan_2=0.2, 0, C_hutan_eksisting_4- 0.21persentase_reboisasi_2100 aux L_pengurangan_C_hutan_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, 0, IFC_hutan_3=0.2, 0, C_hutan_eksisting_5- 0.21persentase_reboisasi_3100 aux L_pengurangan_C_permukiman = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, 0, IFC_permukiman=0.3, 0, C_Permukiman_eksisting- 0.31persentase_jumlah_sumur100 aux L_pengurangan_C_permukiman_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, 0, IFC_permukiman_1=0.3, 0, C_Permukiman_eksisting_1- 0.31persentase_jumlah_sumur_1100 aux L_pengurangan_C_permukiman_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, 0, IFC_permukiman_2=0.3, 0, C_Permukiman_eksisting_2- 0.31persentase_jumlah_sumur_2100 aux L_pengurangan_C_permukiman_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, 0, IFC_permukiman_3=0.3, 0, C_Permukiman_eksisting_3- 0.31persentase_jumlah_sumur_3100 aux L_pengurangan_C_tambak = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, 0, IFC_Tambak=0.2, 0, C_Tambak_eksisting- 0.21persentase_intesifikasi100 aux L_pengurangan_C_tambak_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, 0, IFC_Tambak_1=0.2, 0, C_Tambak_eksisting_1- 0.21persentase_intesifikasi_1100 aux L_pengurangan_C_tambak_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, 0, IFC_Tambak_2=0.2, 0, C_Tambak_eksisting_2- 0.21persentase_intesifikasi_2100 aux L_pengurangan_C_tambak_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, 0, IFC_Tambak_3=0.2, 0, C_Tambak_eksisting_3- 0.21persentase_intesifikasi_3100 aux L_pengurangan_C_tegalan = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi, 0, IFC_tegalan=0.2, 0, C_tegalan_eksisting- 0.21persentase_terasering100 aux L_pengurangan_C_tegalan_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_1, 0, IFC_tegalan_1=0.2, 0, C_tegalan_eksisting_1- 0.21persentase_terasering_1100 aux L_pengurangan_C_tegalan_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_2, 0, IFC_tegalan_2=0.2, 0, C_tegalan_eksisting_2- 0.21persentase_terasering_2100 aux L_pengurangan_C_tegalan_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Konservasi_3, 0, IFC_tegalan_3=0.2, 0, C_tegalan_eksisting_3- 0.21persentase_terasering_3100 aux penambahan_alami = imbuh_air_tanah aux penambahan_alami_1 = imbuh_air_tanah_1 aux penambahan_alami_2 = imbuh_air_tanah_2 aux penambahan_alami_3 = imbuh_air_tanah_3 aux pengurangan_alami = Air_Bersih_Alamipencemaran aux pengurangan_alami_1 = Ketersediaan_Alami_1pencemaran_1 aux pengurangan_alami_2 = Ketersediaan_Alami_2pencemaran_2 aux pengurangan_alami_3 = Ketersediaan_Alami_3pencemaran_3 aux Air_bersih_perpipaan_1 = Produksi_PDAM_1+ABSkekurangan_air_ bersih_1 aux Air_bersih_perpipaan_2 = Produksi_PDAM_2+ABSkekurangan_air_ bersih_2 aux Air_bersih_perpipaan_3 = Produksi_PDAM_3+ABSkekurangan_air_ bersih_3 aux Air_Bersih_perpipaan_eksisting = Produksi_PDAM+ABSkekurangan_air_be rsih aux AME_Hotel = ABSHotel- Hotel_AktualHotel_Aktual100 aux AME_PDDK = ABSPendududk- Penduduk_AktualPenduduk_Aktual100 aux AVE_Aktual_Hotel = AVGHotel_Aktual, 00 aux AVE_Aktual_pddk = AVGPenduduk_Aktual, 00 aux AVE_Hotel = ABSSS_Hotel- SA_HotelSA_Hotel100 aux AVE_Hotel_SIM = AVGHotel, 00 aux AVE_PDDK = ABSSS_PDDK- SA_PDDKSA_PDDK100 aux AVE_PDDK_SIM = AVGPendududk, 00 aux Biaya_IPAB_mikro_per_thn_2 = IFkekurangan_air_bersih_2=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_2biaya_IPA B_mikro_per_m3_2 aux Biaya_IPAB_mikro_per_thn_3 = IFkekurangan_air_bersih_3=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_3biaya_IPA B_mikro_per_m3_3 aux Biaya_Uprating_IPAB_mikro_per_thn = IFkekurangan_air_bersih=0, 0, ABSkekurangan_air_bersihbiaya_IPAB_ mikro_per_m3 aux Biaya_Uprating_IPAB_mikro_per_thn_1 = IFkekurangan_air_bersih_1=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_1biaya_IPA B_mikro_per_m3_1 aux Biaya_uprating_PDAM_per_thn = IFkekurangan_air_bersih=0, 0, ABSkekurangan_air_bersihBiaya_Uprati ng_per_m3 aux Biaya_uprating_PDAM_per_thn_1 = IFkekurangan_air_bersih_1=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_1Biaya_Upr ating_per_m3_1 aux Biaya_uprating_PDAM_per_thn_2 = IFkekurangan_air_bersih_2=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_2Biaya_Upr ating_per_m3_2 aux Biaya_uprating_PDAM_per_thn_3 = IFkekurangan_air_bersih_3=0, 0, ABSkekurangan_air_bersih_3Biaya_Upr ating_per_m3_3 aux CRO_hutan = C_hutanluas_hutan aux CRO_hutan_1 = C_hutan_1luas_hutan_1 aux CRO_hutan_2 = C_hutan_2luas_hutan_2 aux CRO_hutan_3 = C_hutan_3luas_hutan_3 aux CRO_Kumulatif = CRO_hutan+CRO_permukiman+CRO_Ta mbak+CRO_tegalanluas_DAS aux CRO_Kumulatif_1 = CRO_hutan_1+CRO_permukiman_1+CR O_Tambak_1+CRO_tegalan_1luas_DAS _1 aux CRO_Kumulatif_2 = CRO_hutan_2+CRO_permukiman_2+CR O_Tambak_2+CRO_tegalan_2luas_DAS _2 aux CRO_Kumulatif_3 = CRO_hutan_3+CRO_permukiman_3+CR O_Tambak_3+CRO_tegalan_3luas_DAS _3 aux CRO_permukiman = C_permukimanluas_pmrkmn aux CRO_permukiman_1 = C_permukiman_1luas_pmrkmn_1 aux CRO_permukiman_2 = C_permukiman_2luas_pmrkmn_2 aux CRO_permukiman_3 = C_permukiman_3luas_pmrkmn_3 aux CRO_Tambak = C_TambakLuas_Tambak aux CRO_Tambak_1 = C_Tambak_1Luas_Tambak_1 aux CRO_Tambak_2 = C_Tambak_2Luas_Tambak_2 aux CRO_Tambak_3 = C_Tambak_3Luas_Tambak_3 aux CRO_tegalan = C_tegalanluas_tegalan aux CRO_tegalan_1 = C_tegalan_1luas_tegalan_1 aux CRO_tegalan_2 = C_tegalan_2luas_tegalan_2 aux CRO_tegalan_3 = C_tegalan_3luas_tegalan_3 aux Debit_Model = hujanCRO_Kumulatif278910 aux Debit_Model_1 = hujan_1CRO_Kumulatif_1278910 aux Debit_Model_2 = hujan_2CRO_Kumulatif_2278910 aux Debit_Model_3 = hujan_3CRO_Kumulatif_3278910 aux f_koef_RO_4 = C_Mukim_4Pemukiman_437370100 aux Hotel_Aktual = GRAPHTIME,2001,1,[10,11,10,13,14Min: 10;Max:14] aux IKA_1 = Total_Supply_1Total_Demand_1 aux IKA_2 = Total_Supply_2Total_Demand_2 aux IKA_3 = Total_Supply_3Total_Demand_3 aux IKA_Eksisting = Total_Supply_EksistingTotal_Demand_Ek sisting aux imbuh_air_tanah = v_hujan-evaporasi- Debit_Model40 aux imbuh_air_tanah_1 = v_hujan_1- evaporasi_1-Debit_Model_140 aux imbuh_air_tanah_2 = v_hujan_2- evaporasi_2-Debit_Model_240 aux imbuh_air_tanah_3 = v_hujan_3- evaporasi_3-Debit_Model_340 aux Imbuh_air_tanah_4 = Vol_Hujan_4- RunOff_4-Evaporasi_4 aux IPAB_terpsg_per_thn_2 = ABSkekurangan_air_bersih_2kap_ipab_2 aux IPAB_terpsg_per_thn_3 = ABSkekurangan_air_bersih_3kap_ipab_3 aux jumlah_IPAB_terpasang_per_tahun = ABSkekurangan_air_bersihkap_ipab aux jumlah_IPAB_terpasang_per_tahun_1 = ABSkekurangan_air_bersih_1kap_ipab_1 aux Keb_Hotel = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan, HotelKeb_standar_hotel3651000, HotelKeb_standar_hotel- HotelKeb_standar_hotelReduse_Reus e3651000 aux Keb_Hotel_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_1 , Hotel_1Keb_standar_hotel_13651000, Hotel_1Keb_standar_hotel_1- Hotel_1Keb_standar_hotel_1Reduse_ Reuse_13651000 aux Keb_Hotel_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_2 , Hotel_2Keb_standar_hotel_23651000, Hotel_2Keb_standar_hotel_2- Hotel_2Keb_standar_hotel_2Reduse_ Reuse_23651000 aux Keb_Hotel_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_3 , Hotel_3Keb_standar_hotel_33651000, Hotel_3Keb_standar_hotel_3- Hotel_3Keb_standar_hotel_3Reduse_ Reuse_33651000 aux Keb_Industri = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan, Industrikeb_standar_ind3651000, Industrikeb_standar_ind- Industrikeb_standar_indReduse_Reus e_Recycle3651000 aux Keb_Industri_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_1 , Industri_1keb_standar_ind_13651000, Industri_1keb_standar_ind_1- Industri_1keb_standar_ind_1Reduse_ Reuse_Recycle_13651000 aux Keb_Industri_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_2 , Industri_2keb_standar_ind_23651000, Industri_2keb_standar_ind_2- Industri_2keb_standar_ind_2Reduse_ Reuse_Recycle_23651000 aux Keb_Industri_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_3 , Industri_3keb_standar_ind_33651000, Industri_3keb_standar_ind_3- Industri_3keb_standar_ind_3Reduse_ Reuse_Recycle_33651000 aux Keb_Penduduk = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan, Pendududkkeb_standar_penddk36510 00, Pendududkkeb_standar_penddk- Pendududkkeb_standar_penddkRedus e3651000 aux Keb_Penduduk_1 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_1 , Pendududk_1keb_standar_penddk_13 651000, Pendududk_1keb_standar_penddk_1- Pendududk_1keb_standar_penddk_1 Reduse_13651000 aux Keb_Penduduk_2 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_2 , Pendududk_2keb_standar_penddk_23 651000, Pendududk_2keb_standar_penddk_2- Pendududk_2keb_standar_penddk_2 Reduse_23651000 aux Keb_Penduduk_3 = IFTIME=Thn_Skenario_Penghematan_3 , Pendududk_3keb_standar_penddk_33 651000, Pendududk_3keb_standar_penddk_3- Pendududk_3keb_standar_penddk_3 Reduse_33651000 aux kekurangan_air_bersih = IFProduksi_PDAM- persen_terlayaniKeb_Penduduk=0, 0, Produksi_PDAM- persen_terlayaniKeb_Penduduk aux kekurangan_air_bersih_1 = IFProduksi_PDAM_1- persen_terlayani_1Keb_Penduduk_1= 0, 0, Produksi_PDAM_1- persen_terlayani_1Keb_Penduduk_1 aux kekurangan_air_bersih_2 = IFProduksi_PDAM_2- persen_terlayani_2Keb_Penduduk_2= 0, 0, Produksi_PDAM_2- persen_terlayani_2Keb_Penduduk_2 aux kekurangan_air_bersih_3 = IFProduksi_PDAM_3- persen_terlayani_3Keb_Penduduk_3= 0, 0, Produksi_PDAM_3- persen_terlayani_3Keb_Penduduk_3 aux Neraca_1 = Total_Supply_1- Total_Demand_1 aux Neraca_2 = Total_Supply_2- Total_Demand_2 aux Neraca_3 = Total_Supply_3- Total_Demand_3 aux Neraca_Eksisting = Total_Supply_Eksisting- Total_Demand_Eksisting aux Penduduk_Aktual = GRAPHTIME,2001,1,[41302,45762,51533 ,53514,60077,63707,70023,76671,85028 Min:40000;Max:100000] aux persen = Produksi_PDAMKeb_Penduduk100 aux Produksi_PDAM = IPA_eksisting8640030121000- IPA_eksisting8640030121000perse n_losses aux Produksi_PDAM_1 = IPA_eksisting_18640030121000- IPA_eksisting_18640030121000per sen_losses_1 aux Produksi_PDAM_2 = IPA_eksisting_28640030121000- IPA_eksisting_28640030121000per sen_losses_2 aux Produksi_PDAM_3 = IPA_eksisting_38640030121000- IPA_eksisting_38640030121000per sen_losses_3 aux RunOff_4 = CRO_Mukim_4Hujan_43737010 aux SA_Hotel = AVE_Aktual_Hotel- Hotel_Aktual25 aux SA_PDDK = AVE_Aktual_pddk- Penduduk_Aktual25 aux SS_Hotel = AVE_Hotel_SIM-Hotel25 aux SS_PDDK = AVE_PDDK_SIM- Pendududk25 aux Total_Demand_1 = Keb_Penduduk_1+Keb_Hotel_1+Keb_Ind ustri_1 aux Total_Demand_2 = Keb_Penduduk_2+Keb_Hotel_2+Keb_Ind ustri_2 aux Total_Demand_3 = Keb_Penduduk_3+Keb_Hotel_3+Keb_Ind ustri_3 aux Total_Demand_Eksisting = Keb_Penduduk+Keb_Hotel+Keb_Industri aux Total_Supply_1 = Ketersediaan_Alami_1+Air_bersih_perpipa an_1 aux Total_Supply_2 = Ketersediaan_Alami_2+Air_bersih_perpipa an_2 aux Total_Supply_3 = Ketersediaan_Alami_3+Air_bersih_perpipa an_3 aux Total_Supply_Eksisting = Air_Bersih_Alami+Air_Bersih_perpipaan_e ksisting const biaya_intesif_per_ha = 5000000 const biaya_intesif_per_ha_1 = 5000000 const biaya_intesif_per_ha_2 = 5000000 const biaya_intesif_per_ha_3 = 5000000 const biaya_IPAB_mikro_per_m3 = 643 const biaya_IPAB_mikro_per_m3_1 = 643 const biaya_IPAB_mikro_per_m3_2 = 643 const biaya_IPAB_mikro_per_m3_3 = 643 const biaya_reboisasi_per_ha = 1500000 const biaya_reboisasi_per_ha_1 = 1500000 const biaya_reboisasi_per_ha_2 = 1500000 const biaya_reboisasi_per_ha_3 = 1500000 const biaya_sumur_per_ha = 500000 const biaya_sumur_per_ha_1 = 500000 const biaya_sumur_per_ha_2 = 500000 const biaya_sumur_per_ha_3 = 500000 const biaya_terasering_per_ha = 1000000 const biaya_terasering_per_ha_1 = 1000000 const biaya_terasering_per_ha_2 = 1000000 const biaya_terasering_per_ha_3 = 1000000 const Biaya_Uprating_per_m3 = 1159.5 const Biaya_Uprating_per_m3_1 = 1159.5 const Biaya_Uprating_per_m3_2 = 1159.5 const Biaya_Uprating_per_m3_3 = 1159.5 const C_hutan_eksisting_2 = 0.35,C_hutan_eksisting_3 = 0.35, C_hutan_eksisting_4 = 0.35, C_hutan_eksisting_5 = 0.35 const C_Permukiman_eksisting = 0.75,C_Permukiman_eksisting_1 = 0.75, C_Permukiman_eksisting_2 = 0.75,C_Permukiman_eksisting_3 = 0.75 const C_Tambak_eksisting = 0.7,C_Tambak_eksisting_1 = 0.7,C_Tambak_eksisting_2 = 0.7,C_Tambak_eksisting_3 = 0.7 const C_tegalan_eksisting = 0.4,C_tegalan_eksisting_1 = 0.4,C_tegalan_eksisting_2 = 0.4,C_tegalan_eksisting_3 = 0.4 const evaporasi = 17001000278910000 const evaporasi_1 = 17001000278910000 const evaporasi_2 = 17001000278910000 const evaporasi_3 = 17001000278910000 const f_pemukiman_4 = 1.534 const hujan = 3705.65,hujan_1 = 3705.65,hujan_2 = 3705.65,hujan_3 = 3705.65 const IPA_eksisting = 155 doc IPA_eksisting = IPA Persemaian 155 literdet const IPA_eksisting_1 = 155 doc IPA_eksisting_1 = IPA Persemaian 155 literdet const IPA_eksisting_2 = 155 doc IPA_eksisting_2 = IPA Persemaian 155 literdet const IPA_eksisting_3 = 155 doc IPA_eksisting_3 = IPA Persemaian 155 literdet const kap_ipab = 155520, kap_ipab_1 = 155520, kap_ipab_2 = 155520,kap_ipab_3 = 155520 const Keb_standar_hotel = 50000 const Keb_standar_hotel_1 = 50000 const Keb_standar_hotel_2 = 50000 const Keb_standar_hotel_3 = 50000 const keb_standar_ind = 100000 const keb_standar_ind_1 = 100000 const keb_standar_ind_2 = 100000 const keb_standar_ind_3 = 100000 const keb_standar_penddk = 150 const keb_standar_penddk_1 = 150 const keb_standar_penddk_2 = 150 const keb_standar_penddk_3 = 150 const luas_DAS = 2789,luas_DAS_1 = 2789, luas_DAS_2 = 2789,luas_DAS_3 = 2789 const luas_hutan = 448,luas_hutan_1 = 448, luas_hutan_2 = 448,luas_hutan_3 = 448 const luas_pmrkmn = 414,luas_pmrkmn_1 = 414,luas_pmrkmn_2 = 414,luas_pmrkmn_3 = 414 const Luas_Tambak = 531,Luas_Tambak_1 = 531,Luas_Tambak_2 = 531,Luas_Tambak_3 = 531 const luas_tegalan = 1396,luas_tegalan_1 = 1396,luas_tegalan_2 = 1396,luas_tegalan_3 = 1396 const pencemaran = 20, pencemaran_1 = 20,pencemaran_2 = 20,pencemaran_3 = 20 const persen_htl = 2,persen_htl_1 = 2, persen_htl_2 = 2, persen_htl_3 = 2 const persen_industri = 1,persen_industri_1 = 1,persen_industri_2 = 1, persen_industri_3 = 1 const persen_losses = 30,persen_losses_1 = 30,persen_losses_2 = 30,persen_losses_3 = 30 const persen_pertumbuhan = 9,persen_pertumbuhan_1 = 9, persen_pertumbuhan_2 = 9,persen_pertumbuhan_3 = 9 const persen_terlayani = 0,persen_terlayani_1 = 0,persen_terlayani_2 = 60,persen_terlayani_3 = 80 const persentase_intesifikasi = 0,persentase_intesifikasi_1 = 0,persentase_intesifikasi_2 = 0,persentase_intesifikasi_3 = 0 const persentase_jumlah_sumur = 0,persentase_jumlah_sumur_1 = 5,persentase_jumlah_sumur_2 = 10,persentase_jumlah_sumur_3 = 10 const persentase_reboisasi = 0,persentase_reboisasi_1 = 5,persentase_reboisasi_2 = 5,persentase_reboisasi_3 = 10 const persentase_terasering = 0,persentase_terasering_1 = 2,persentase_terasering_2 = 2,persentase_terasering_3 = 3 const Reduse = 10,Reduse_1 = 0, Reduse_2 = 10,Reduse_3 = 10, const Reduse_Reuse = 10,Reduse_Reuse_1 = 0,Reduse_Reuse_2 = 10,Reduse_Reuse_3 = 10 const Reduse_Reuse_Recycle = 10,Reduse_Reuse_Recycle_1 = 0, Reduse_Reuse_Recycle_2 = 10, Reduse_Reuse_Recycle_3 = 10 const Thn_Skenario_Konservasi = 5000 const Thn_Skenario_Konservasi_1 = 2013 const Thn_Skenario_Konservasi_2 = 2013 const Thn_Skenario_Konservasi_3 = 2013 const Thn_Skenario_Penghematan = 5000 const Thn_Skenario_Penghematan_1 = 2013 const Thn_Skenario_Penghematan_2 = 2013 const Thn_Skenario_Penghematan_3 = 2013 const v_hujan = 3705.651000278910000 const v_hujan_1 = 3705.651000278910000 const v_hujan_2 = 3705.651000278910000 const v_hujan_3 = 3705.651000278910000 Lampiran 6 Rencana Anggaran Biaya IPAB Mikro Kap.6 literdetik HARGA SATUAN I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Pembersihan lapangan m² 60.00 22,224.95 1,333,497.00 2. Pekerjaan laporan dokumentasi LS - - 1,200,000.00 4. SamplingTest Air Baku LS - - 800,000.00 JUMLAH 3,333,497.00 II. PEKERJAAN LANTAI BETON PONDASI IPA MIKRO TNE 1. Pek. Beton Bertulang 1 pc : 2 ps : 3 kr m³ 6.00 506,229.90 3,037,379.40 2. Pembesian Besi Polos Kg 323.73 10,541.85 3,412,713.10 3. Pek. Beton Tumbuk 1 pc : 3 ps : 5 kr m³ 6.38 504,334.60 3,217,654.75 4. Pek. Plesteran 1 pc : 4 ps m² 30.00 31,508.84 945,265.20 5. Pek. Bekisting m² 8.65 158,248.20 1,368,846.93 JUMLAH 11,981,859.38 III. PEKERJAAN RUMAH PENUTUP IPA MIKRO ITB TNE 1. Pek. Atap Rangka Penutup Kanopi Polycarbonat m² 42.75 250,000.00 10,687,500.00 2. Pek. Pas. Angkur mur baud 20 mm bh 32.00 30,000.00 960,000.00 3. Pek. Pas Batu Bata 1 pc : 5 ps m² 23.00 54,926.30 1,263,304.90 4. Pek. Plesteran 1 pc : 4 ps m² 50.60 27,137.00 1,373,132.20 5. Pek. Dinding Pagar BRC m 23.60 155,712.81 3,674,822.32 6. Pek. Pintu Rumah IPA bh 1.00 500,000.00 500,000.00 7. Pek. Pengecatan Dinding Rumah IPA m² 50.60 56,149.50 2,841,164.70 JUMLAH 21,299,924.12 IV. PEKERJAAN PEMASANGAN IPA MIKRO TNE 1. IPA Mikro Kap. 5 literdet bh 1.00 80,000,000.00 80,000,000.00 2. Genset Kap. 2000 Watt bh 1.00 4,000,000.00 4,000,000.00 3. Pek. Bangunan Intake LS 1,500,000.00 4. Trial Run Training LS 2,500,000.00 JUMLAH 88,000,000.00 JUMLAH I+II+III+IV 124,615,280.49 No URAIAN PEKERJAAN SATUAN VOLUME JUMLAH No Uraian Satuan Jumlah 1 Biaya Pemasangan Kap. 6 literdet Rp. 125,000,000.00 2 Air bersih yang dihasilkan m3thn 186,624.00 Jumlah Jiwa Terlayani 150 literorghari Jiwa 3,456.00 Jumlah KK Terlayani 5 OrgKK KK 691.00 3 Biaya pengadaan IPA Rpm3 670.00 4 Biaya Operasional Rpm3 1,496.00 5 Tarif Air Bersih Rpm3 1,350.00 6 Willingness To Pay Rpm3 2,200.00 Lampiran 7 Rencana Anggaran Biaya Uprating IPA PDAM No. UP-RATING IPA KAP 100 LDT MENJADI 300 LDT Unit Volume Harga Satuan Rp Jumlah Rp. 1 Pekerjaan konstruksi beton bertulang K 225U24-32 1.1 Pre cast V blok filter bottom K225U32 buah 32.00 720,000 23,040,000 1.2 Balok Melayang disedimentasi m3 31.73 3,736,966 118,555,246 1.3 Pengaku Bag luar sedimentasi m3 6.72 3,736,966 25,112,412 Sub Total 1 166,707,658 2 Bobokan dan memotong konstruksi beton bertulang di unit flokulator,sedimentasi dan filter ls 1.00 25,000,000 25,000,000 Sub Total 2 25,000,000 3 Pekerjaan baja tahan karat 3.1 Influent Sedimentasi plat baja SS 304,t=3mm lembar 22.5 7,830,000 176,175,000 3.2 Effluent Sedimentasi plat baja SS 304 , t = 3 mm lembar 22.5 7,830,000 176,175,000 3.3 Floculated Water Chanel plat baja SS 304, t = 3mm lembar 462.5 7,830,000 3,621,375,000 3.4 Pengatur jarak Plat setller SS 304, 30x15x15mm, t =1mm lembar 3,132,000 - 3.5 Gutter berlubang plat baja tahan karat 30cmx14,5 m t=3mm unit 14 12,214,800 171,007,200 3.6 Pipa SS 304 ND 1 bt 326 1,250,000 407,500,000 3.7 Penyesuaian spindel penstok flokulator dan effluent filter box unit 6 8,000,000 48,000,000 3.8 Penstock 1x1m lengkap dg spindel dan floor colum unit 3 50,000,000 150,000,000 Sub total 3 4,750,232,200 4 Pekerjaan settler dan filter pengadaan dan pemasangan 4.1 Settler SS 304 1,2 mx 4,8 m t=0,5 mm. lembar 1,630 2,746,601 4,476,959,630 4.2 Media filter 4.3 Gravel dia 5mm sd 10 mm m3 12.72 8,100,000 103,032,000 4.4 Pasir silika dia 0.85 mm sd 1.4 mm m3 63.60 5,400,000 343,440,000 Sub total 4 4,923,431,630 5 EM 5.1 Flow meter elektro magnetic drive Nd 500 mm termasuk unit inlet unit 1.00 450,000,000 450,000,000 ke flokulator ND 700 5.2 Perpipaan drain unit inlet sedimentasi ND 150 mm unit 4.00 26,000,000 104,000,000 5.3 Perpipaan unit out-let effluen filterinlet reservoar ND 500 mm unit 2.00 200,000,000 400,000,000 Sub total 5 954,000,000 TOTAL 10,819,371,488 No Uraian Satuan Jumlah 1 Biaya Uprating IPA 100-300 ltrdet Rp. 10,819,371,488.00 2 Air bersih yang dihasilkan m3thn 9,331,200.00 Jumlah Jiwa Terlayani 150 literorghari Jiwa 172,800.00 Jumlah KK Terlayani 5 OrgKK KK 34,560.00 3 Biaya per m3 Rpm3 1,159.00 4 Biaya Operasional Rpm3 2,350.00 5 Tarif Air Bersih Rpm3 1,350.00 6 Willingness To Pay Rpm3 2,200.00 ABSTRACT EMIL AZMANAJAYA. Sustainable Water Supply Modelling in Small Island Case Study : Tarakan Island, East Kalimantan. Under direction of SURJONO H. SUTJAHJO, ASEP SAPEI, D. DJOKOSETIYANTO, and BAMBANG PRAMUDYA N. This research was conducted in all areas of water services of Tarakan Island that is West Tarakan, Central Tarakan, East Tarakan and North Tarakan, in October 2010 to October 2011. The main objective of this research is to build a model of sustainable water supply in the small island of Tarakan City with the scope of the study. To achieve these goals, then do some studies, that are : 1 analysis of water needs for domestic, industrial and hospitality, 2 analysis of water availability based on service taps and clean water naturally through augmentation of ground water, 3 analysis of the sustainability of water supply, 4 to design strategies for water supply, and 5 to design a model for water supply. Water demand analysis method is done by projecting development of population growth, industrial and hotel in the city of Tarakan. Analysis of services water is done by calculating the capacity of water treatment plant service taps, analysis of natural water availability is done by increasing ground water augmentation through rain water conservation with infiltration wells, reforestation and terracing. Analysis of the sustainability of water supply using the method of multidimensional scaling MDS called RAP-TARAKAN, Montecarlo analysis and prospective analysis. Analysis of water supply strategies performed using the method of analytical hierarchy process AHP, SWOT analysis and the analysis of interpretative structural modeling ISM. Water supply model using a dynamic system through software powersim constructor 2.5c. The results showed that the status of the environmental dimension of sustainability is less sustainable 31.8, sustainable on economic dimension 88.24, sustained enough on the legal dimensions of institutional 74.21 and social dimensions 52.25. While the dimensions of the infrastructure and technology are not sustainable 20.14. In multi-dimensional, water supply of Tarakan City is sufficient sustainable 52.38. During the period of the year 2001 - 2030, the East and West Tarakan potential water crisis whereas North and Central Tarakan no potential water crisis. But the piping water service PDAM in all districts do not fulfill clean water requirements in terms of quantity, so it needs to be improved with the improvement of services through the construction of water conservation and micro water treatment plant Micro IPAB. Key words: Tarakan, water supply, a small island. RINGKASAN EMIL AZMANAJAYA. Model Penyediaan Air Bersih Berkelanjutan di Pulau Kecil Studi Kasus : Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SURJONO H. SUTJAHJO, ASEP SAPEI, D. DJOKOSETIYANTO, dan BAMBANG PRAMUDYA N. Pulau Tarakan merupakan sebuah pulau kecil yang terletak di pantai timur provinsi Kalimantan Timur. Posisi geografis yang strategis, menyebabkan pertumbuhan Pulau Tarakan sudah berubah dari skala desa menjadi skala kota. Dalam rangka pencapaian target penyediaan air bersih MDG’s 2015, Kota Tarakan perlu ditunjang oleh sistem penyediaan air bersih yang cocok berdasarkan potensi yang ada di wilayah Pulau Tarakan. Penelitian ini dilakukan di seluruh wilayah pelayanan air bersih Pulau Tarakan yaitu Tarakan Barat, Tarakan Tengah, Tarakan Timur dan Tarakan Utara, pada bulan Oktober 2010 sampai Oktober 2011. Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model penyediaan air bersih secara berkelanjutan di pulau kecil dengan lingkup studi Kota Tarakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan beberapa kajian yaitu : 1 analisis kebutuhan air bersih untuk sektor domestik, perhotelan dan industri, 2 analisis ketersediaan air bersih berdasarkan pelayanan PDAM dan air bersih alami melalui imbuhan air tanah, 3 analisis tingkat keberlanjutan penyediaan air bersih, 4 merancang strategi penyediaan air bersih, dan 5 merancang model penyediaan air bersih. Metode analisis kebutuhan air bersih dilakukan dengan cara memproyeksikan perkembangan pertumbuhan penduduk, industri dan hotel di Kota Tarakan. Analisis ketersediaan air bersih perpipaan dilakukan dengan cara menghitung kapasitas layanan instalasi pengolahan air bersih PDAM, sedangkan ketersediaan air bersih alami dillakukan dengan cara meningkatkan imbuhan air tanah melalui konservasi air hujan yaitu pembuatan sumur resapan, reboisasi dan terasering. Analisis tingkat keberlanjutan penyediaan air bersih menggunakan metode multidimensional scalling MDS yang disebut RAP- TARAKAN, analisis montecarlo dan analisis prospektif. Analisis strategi penyediaan air bersih dilakukan menggunakan metode analytical hierarchy process AHP, analisis SWOT dan analisis interpretative structural modelling ISM. Model penyediaan air bersih menggunakan sistem dinamis melalui software powersim constructor 2.5c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan dimensi lingkungan kurang berkelanjutan 31,8, dimensi ekonomi berkelanjutan 88,24, cukup berkelanjutan pada dimensi hukum kelembagaan 74,21 dan dimensi sosial 52,25. Sedangkan dimensi infrastruktur dan teknologi tidak berkelanjutan 20,14. Secara multi dimensi, penyediaan air bersih Kota Tarakan cukup berkelanjutan 52,38 dengan 13 atribut yang sensitif berpengaruh dalam meningkatkan indeks keberlanjutan. Atribut-atribut tersebut terbagi atas 3 atribut pada dimensi lingkungan, 3 atribut pada dimensi ekonomi, 2 atribut pada dimensi sosial dan budaya, 3 atribut pada dimensi infrastruktur dan teknologi, dan 2 atribut pada dimensi hukum dan kelembagaan. Untuk meningkatkan status keberlanjutan ke depan jangka panjang, skenario yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status penyediaan air bersih di Pulau Tarakan adalah skenario progesif-optimistik dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap semua atribut yang sensitif, minimal 3 atribut faktor kunci yang dihasilkan dalam analisis prospektif, sehingga semua dimensi menjadi berkelanjutan untuk sistem penyediaan air bersih di Pulau Tarakan. Masyarakat Kota Tarakan masih menaruh harapan yang tinggi kepada Perusahaan Daerah Air Minum PDAM Tirta Dharma sebagai penyedia air bersih Kota Tarakan. Adapun rumusan strategi pengembangan pelayanan air bersih di Kota Tarakan adalah Strategi Kekuatan – Peluang yaitu 1 Memanfaatkanmenerapkan teknologi penyediaan air bersih yang sudah ada untuk daerah-daerah yang belum terlayani air bersih oleh pemerintahPDAM sebagai alternatif dalam penyediaan air bersih dengan menggunakan konsep cluster yang memanfaatkan air hujanpermukaan. 2 Melakukan konservasi pada land use melalui kegiatan reboisasi, pembuatan sumur resapan, terasering, dan embung-embung penangkap air hujan untuk menjaga kelestarian sumber air baku. 3 Mendorong PDAM sebagai penyedia air besih untuk terus meningkatkan kapasitas layanan melalui pengurangan persentase kebocoran dan peningkatan kapasitas IPA, sehingga semakin banyak masyarakat ingin berlangganan air bersih PDAM. 4 Memanfaatkan program pemberdayaan masyarakat dari koorporasi CSR. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta permintaan air bersih yang terus meningkat, memungkinkan bagi masyarakat sanggup untuk mengelola sendiri sistem penyediaan air bersih di wilayahnya melalui program pendampingan dari koorporasi. 5 Menerapkan, menata dan menjaga suatu kawasan sesuai dengan fungsinya, berdasarkan atas komitmen Pemerintah Kota Tarakan yang diuraikan dalam RTRW Tarakan. Hasil analisis sistem dinamik, selama kurun simulasi tahun 2001 – 2030, wilayah Tarakan Barat dan Timur berpotensi mengalami krisis air bersih sedangkan Tarakan Utara dan Tengah tidak berpotensi krisis air bersih. Namun pelayanan air bersih perpipaan PDAM diseluruh wilayah kecamatan tidak memenuhi kebutuhan air bersih secara kuantitas, sehingga perlu ditingkatkan dengan peningkatan pelayanan melalui konservasi air dan pembangunan instalasi pengolahan air mikro IPAB Mikro. Kata kunci : pulau kecil, Pulau Tarakan, penyediaan air bersih. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum dan berperan sebagai faktor utama pembangunan. Untuk itu air perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi manusia serta mahluk hidup lainnya. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa air memiliki peran yang sangat strategis dan harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan dimasa kini maupun dimasa mendatang. Indonesia negara kepulauan, tidak bisa dipisahkan dengan air. Potensi sumberdaya pesisir dan lautan tersebar di sekitar 13.487 buah pulau dan 95.181 km panjang pantai di kepulauan Indonesia. Pulau-pulau ini mempunyai nilai penting dari sisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan Indonesia. Tiga belas ribu lebih pulau tersebut disatukan oleh 3,1 juta km 2 perairan teritorial. Sumber air berasal dari gunung, sungai, danau dan laut. Banyak kota yang dibangun didekat sumber-sumber air tersebut, hampir 300 kabupaten dan kotamadya dari 472 tersebar di pesisir, sisanya berada di daerah aliran sungai dan pegunungan. Selain memiliki kelebihan strategis, pulau kecil juga memiliki kekurangan, salah satunya adalah keterbatasan air yang menjadi kendala dalam upaya pengembangan kegiatan di pulau kecil. Definisi sebuah “pulau samudera” pada dekade 70an oleh IHP-UNESCO dinyatakan sebagai pulau yang berukuran kurang dari 10.000 km 2 . Namun karena alasan kepraktisan berdasar permasalahan yang dihadapi para peneliti air dari berbagai penjuru dunia maka ditetapkan dalam UU No.272007 untuk memakai nama “pulau kecil” yang didefinisikan sebagai pulau dengan ukuran luas kurang dari 2000 km 2 . Selanjutnya ada pembagian jenis pulau yang lebih rinci menjadi “pulau sangat kecil” untuk pulau yang luasnya kurang dari 200 km 2 . Sebagai salah satu sumberdaya alam, air di muka bumi tidak terdapat secara merata. Distribusi air dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktu. Banyak daerah yang mempunyai potensi air yang cukup, tetapi tidak jarang dijumpai daerah-daerah yang mempunyai potensi air yang sangat kecil, bahkan pada waktu- waktu tertentu mengalami kekurangan air. Ketersediaan sumber daya air di pulau kecil sangat rentan akibat perubahan kualitas air oleh intrusi air laut. Dalam UU No.72004 tentang Sumber Daya Air telah ditetapkan bahwa air di pulau kecil atau gabungan beberapa pulau kecil wajib dikelola sebagai satu kesatuan wilayah. Agar penyelamatan sumber daya air di sebuah wilayah sungai dapat berhasil, ditetapkan pola pengelolaan air yang lazim memakai kebijakan “satu wilayah sungai, satu kebijakan, satu perencanaan pengelolaan”. Menurut UU No.72004, sebuah wilayah sungai WS dapat terdiri dari satu atau gabungan dari beberapa pulau kecil. Dengan ketetapan ini berarti bahwa pulau-pulau kecil juga perlu dilengkapi dengan sebuah rencana pengelolaan air. Pertambahan penduduk yang tinggi diikuti dengan pertumbuhan ekonomi serta perkembangan industri yang banyak menggunakan lahan dan air menyebabkan kelangkaan air semakin meningkat. Sumber-sumber air tercemar karena limbah yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan industri, menyebabkan kualitas air yang bisa langsung dicerna dan dikonsumsi oleh penduduk semakin sedikit. Dibutuhkan suatu badan dan sistem pengelolaan dan penyediaan air baku untuk dikelola menjadi air bersih yang dapat didistribusikan kepada penduduk. Perkembangan Kota Tarakan sebagai pintu gerbang kedua Kalimantan Timur setelah Kota Balikpapan bagi lalu lintas pelayaran dan penerbangan menyebabkan daya tarik bagi masyarakat daerah sekitarnya sehingga menyebabkan kepadatan penduduk menjadi meningkat. Industri, dunia usaha dan masyarakat membutuhkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Pulau Tarakan yang berbatasan dengan lautan mengakibatkan rentannya kondisikualitas air tanah maupun air permukaan. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih menyebabkan industri dan masyarakat mengunakan air tanah sehingga terjadi penurunan muka air tanah bahkan penurunan muka tanah di beberapa tempat di Pulau Tarakan. Kompleksitas permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian model penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil dapat dilihat pada Gambar 1. Berdasarkan kompleksitas permasalahan tersebut maka Kota Tarakan perlu memiliki strategi dalam penyediaan air bersih. Gambar 1 Kompleksitas permasalahan

1.2 Tujuan

Tujuan utama penelitian ini adalah membangun model penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil dengan lingkup studi Kota Tarakan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan berbagai kajian yang akan mendukung penelitian, yaitu: a Menganalisis kebutuhan air bersih untuk sektor domestik, perhotelan dan industri. b Menganalisis ketersediaan air bersih berdasarkan pelayanan PDAM dan air bersih alami melalui imbuhan air tanah. c Menganalisis tingkat keberlanjutan penyediaan air bersih. d Merancang bangun strategi penyediaan air bersih. e Merancang bangun suatu model penyediaan air bersih berdasarkan pendekatan sistem dengan memperhatikan aspek lingkungan fisik dan sosial, teknologi, kelembagaan, aspek keuangan, tingkat pelayanan dan efisiensi pengelolaan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pulau Tarakan sebagai salah satu wilayah kepulauan hingga saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan diberbagai sektor. Dalam proses melaksanakan pembangunan yang bertujuan untuk pengembangan daerah perkotaan, pemerintah Kota Tarakan dalam hal ini sebagai pemrakarsa kegiatan menghadapi beberapa kendala atau permasalahan dalam pelaksanaan program tersebut. Beberapa kendala atau permasalahan yang hingga kini memerlukan pemecahan baik secara pendekatan persuasif maupun dengan mengadakan kegiatan fisik, antara lain : a Tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dalarn kurun waktu yang sangat pendek dengan penyebaran di wilayah kota yang tidak merata. b Masih terdapat daerah pemukiman penduduk yang dibawah standar kumuh dalam jumlah dan luas yang cukup besar. c Penyediaan sarana dan prasarana kota yang masih belum seimbang dengan jumlah penduduk. d Kurang koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam hal ini pemerintah daerah dalam merumuskan suatu kegiatan pembangunan dan pengembangan kota. e Sumber daya manusia. Dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian dan bidang lainnya maka memacu pertumbuhan penduduk di Kota Tarakan tersebut. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kota Tarakan sudah tentu kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat semakin meningkat. Kebutuhan akan air bersih adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat Kota Tarakan sehingga pemerintah sudah seharusnya menyediakan kebutuhan akan air baku untuk masyarakat Kota Tarakan guna mendukung kesejahteraan masyarakat Kota Tarakan. Diantara pulau-pulau kecil, baik di Indonesia bagian Timur maupun Barat, penyediaan air bersih baik di musim kemarau maupun di musim hujan masih merupakan persoalan yang sulit dan harus segera ditangani. Persoalan ini semakin kompleks apabila penyediaan air dikaitkan dengan rencana pengembangan wilayah terpadu yang meliputi daerah permukiman, daerah kegiatan industri, perdagangan, lalu lintas maritim, hankamnas dan lainnya. Strategi pengelolaan pulau kecil harus diupayakan agar sumber daya air yang tersedia tidak akan dipakai melebihi batas daya dukungnya. Permasalahan ini mempunyai aspek yang kompleks dan unik karena kondisi alam dan dinamika sosial, ekonomi dan lingkungan setempat. Perhatian pemerintah Indonesia kepada masalah sumber daya air sebenarnya telah cukup besar namun saat ini masih terkonsentrasi di pulau- pulau besar berpenduduk padat. Hal tersebut tercermin dari banyaknya instansi atau lembaga yang menangani permasalahan air. Namun penanganan khusus sumber daya air di pulau-pulau kecil yang berada di lingkungan lautan dan samudra dirasakan masih belum cukup memadai. Hal tersebut menunjukkan akumulasi permasalahan pengelolaan sumber daya air yang memerlukan penanganan segera secara terintegrasi dan simultan. Penanganan terhadap permasalahan krusial tersebut selama ini masih dilakukan secara parsial tanpa sistem yang terkoordinasi dengan baik, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya solusi yang holistik dan berkelanjutan sustainable. Penanganan permasalahan pengelolaan sumber daya air tersebut membutuhkan pendekatan sistem, kebijakanregulasi, teknologi dan dukungan pembiayaan. Kerangka pemikiran penelitian model pengelolaan air bersih di Kota Tarakan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan kondisi dan permasalahan tersebut di atas, maka perlu dikembangkan suatu model terintegrasi yang meliputi prosedur perencanaan, pengembangan sistem dan teknologi pengolahan air bersih, serta kelembagaan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat. Gambar 2 Kerangka Pemikiran

1.4 Perumusan Masalah

Kawasan pesisir dan pulau kecil yang dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi, air bersih merupakan barang yang langka dan mahal. Karena selain disebabkan oleh semakin tingginya kebutuhan akan air, juga terjadi penurunan kualitas dan kuantitas air. Penggunaan air di kawasan perkotaan di pulau kecil antara lain adalah untuk air minum permukiman, industri, usaha perkotaan perdaganganpertokoan, transportasi dan lainnya. Melihat besarnya peran dan fungsi air serta untuk mengantisipasi semakin tingginya kebutuhan air khususnya air bersih di pulau kecil, maka perencanaan sumber daya air harus mendapat perhatian yang serius. Karena perencanaan sumber daya air merupakan salah satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di pulau kecil. Pada saat ini dipastikan kinerja pelayanan air bersih di pulau kecil masih sangat kurang terutama di kawasan kota. Jika dicermati ada beberapa permasalahan besar yang terkait dengan perencanaan air di pulau kecil, seperti : 1 sumber air baku untuk air bersih di pulau kecil mengalami penurunan baik kualitas dan kuantitas, 2 kebutuhan air yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk, 3 rendahnya cakupan pelayanan air bersih, kinerja pengelolaan sistem air bersih yang menurun akibat tingginya kebocoran, 4 biaya operasional dan umur instalasi, dan 5 alih fungsi lahan yang menyebabkan lahan untuk konservasi air semakin sedikit. Dengan demikian diperlukan kajian mendalam mengenai model penyediaan air bersih di pulau kecil secara berkelanjutan. Beberapa pertanyaan penelitian yang merupakan inti permasalahan penyediaan air bersih pulau kecil adalah : 1 Bagaimana kondisi dan potensi air bersih yang dapat dimanfaatkan untuk penyediaan air bersih di pulau kecil? Apakah sumber air baku tersebut layak dan cukup? 2 Bagaimana sarana penyediaan air bersih yang paling cocok untuk pulau-pulau kecil? 3 Model penyediaan air bersih yang bagaimanakah yang tepat di pulau kecil? Berapa investasinya? Serta bagaimana kebijakan pengelolaannya sehingga bisa berkelanjutan? Perumusan masalah penelitian model pengelolaan air bersih pada pulau kecil di Kota Tarakan dapat dilihat secara sistematis pada Gambar 3.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa konsep model penyediaan air bersih di pulau kecil. Penelitian ini secara praktis bermanfaat: 1 Sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penyediaan air bersih di pulau kecil secara komprehensif. 2 Sebagai usulan bagi stakeholder dalam membuat strategi dalam perencanaan penyediaan air bersih di pulau-pulau kecil. Gambar 3 Perumusan Masalah

1.6 Kebaruan novelty

Penelitian penyediaan dan pengelolaan air bersih di pulau kecil belum pernah dilakukan dengan pendekatan sistem secara menyeluruh dengan melibatkan aspek lingkungan pengembangan sumber air baku, aspek ekonomi tarif air bersih yang layak, aspek teknologi pengembangan teknologi instalasi air bersih skala mikro, aspek hukum-kelembagaan pengembangan kelembagaan air bersih dan aspek sosial peningkatan pelayanan air bersih masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, kebaruan dari penelitian ini adalah dihasilkannya rekomendasi kebijakan penyediaan air bersih di pulau kecil khususnya Kota Tarakan. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Kota Tarakan Propinsi Kalimantan Timur, yaitu Kecamatan Tarakan Utara, Kecamatan Tarakan Tengah, Kecamatan Tarakan Barat dan Kecamatan Tarakan Timur. Gambar 9 Peta lokasi penelitian