bersih. Sub elemen lembaga selanjutnya adalah pemerintah daerah L2 dan selanjutnya pemerintah pusat L3. Peranan kedua lembaga pemerintah ini juga
tidak kalah penting. Lembaga selanjutnya yang berpengaruh adalah masyarakat L4 dan swasta L6. Kedua lembaga ini berada pada level yang sama, yang
dapat diartikan bahwa penyediaan air bersih oleh masyarakat dan swasta memiliki peranan yang sama di Pulau kecil. Level selanjutnya adalah lembaga
perguruan tinggi L7. Lembaga ini berperan sebagai pengembangan teknologi pengolahan air bersih, sedangkan level selanjutnya adalah lembaga swadaya
masyarakat LSM sebagai elemen lembaga terakhir yang berpengaruh dalam penyediaan air bersih. Keberadaan LSM dapat berperan sebagai pengawas
sosial dalam sector penyediaan air bersih.
Gambar 20 Struktur Hirarki Sub Elemen Lembaga Penyediaan Air Bersih Berkelanjutan di Kota Tarakan
5.2 Analisis Bentuk Pengelolaan Penyediaan Air Bersih
Pertumbuhan masyarakat Kota Tarakan yang tinggi diikuti dengan pertumbuhan ekonomi serta perkembangan industri yang banyak menggunakan
lahan dan air menyebabkan kelangkaan air semakin meningkat. Sumber-sumber air tercemar karena limbah yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi dan industri,
menyebabkan kualitas air yang bisa langsung dicerna dan dikonsumsi oeh penduduk semakin sedikit. Dibutuhkan suatu badan dan sistem pengelolaan dan
penyediaan air baku untuk dikelola menjadi air bersih yang dapat didistribusikan kepada penduduk. Untuk itu diperlukan suatu paradigma baru dalam penyediaan
air bersih dan air minum di Kota Tarakan untuk menggantikan paradigma lama. Paradigma baru pengelolaan air bersih memandang permasalahan pengelolaan
air bersih dari seluruh aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut adalah aspek kelestarian lingkungan, ekonomi, sosial, teknologi, kelembagaan, keuangan,
efektifitas, urgensi dan keberlanjutan. Agar sistem pengelolaan tersebut dapat diwujudkan secara efektif, maka
perlu diidentifikasi dan dikaji keterkaitan antara tujuan, kriteria, dan alternatif dalam pengelolaan air bersih tersebut. Proses identifikasi dan pengkajian ini
dilakukan dengan pendekatan survei pakar dengan responden para pakar lintas disiplin menggunakan metode Analytical Hierarchy Process AHP, dengan
struktur hirarki seperti pada Gambar 21.
Gambar 21 Struktur dan bobot hirarki elemen bentuk pengelolaan air bersih di KotaTarakan
Sasaran yang akan dicapai dalam analisis ini adalah untuk mencari bentuk pengelolaan air bersih di Kota Tarakan, yaitu 1 Pengelolaan Air Bersih
Oleh Masyarakat, 2 Pengelolaan Air Bersih oleh Swasta, dan 3 Pengelolaan Air Bersih oleh PemerintahPDAM. Sedangkan tujuan penentuan bentuk
pengelolaan air bersih di Kota Tarakan adalah dalam rangka untuk : 1 Menciptakan kelestarian lingkungan sumber air baku, 2 Meningkatkan ekonomi
masyarakat, 3 Menciptakan keselarasan sosial dan keadilan dalam pelayanan
air bersih, 4 Menerapkan teknologi tepat guna untuk pengelolaan air bersih, dan 5 Menciptakan kelembagaan yang sehat dalam mengelola air bersih.
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan alternatif diatas yaitu: 1 Biaya yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air bersih, 2
Efektifitas sistem pengelolaan, 3 Keberlanjutan sistem air bersih, 4 Urgensi sistem pengelolaan. Sedangkan aktor yang berperan dalam pengelolaan air
bersih tersebut adalah: 1 Pemerintah PusatDaerah, 2 Perguruan Tinggi, 3 Masyarakat, 4 LSM, 5 Swasta, 6 PDAM. Komponen-komponen tersebut
diatas disusun dalam suatu level hirarki seperti pada Gambar 21. Berdasarkan analisis menggunakan metoda AHP dengan Software Criterium Decision Plus
Ver. 3.0.4S, didapat hasil seperti pada Gambar 22 dan Gambar 23. Alternatif pengelolaan air bersih yang dipilih berdasarkan hasil analisa
AHP adalah pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh pemerintah 0,651. Faktor yang menyebabkan pemilihan alternatif tersebut adalah faktor urgensi
0,534. Aktor yang berperan dalam pengelolaan air bersih di Kota Tarakan adalah PDAM. Sedangkan tujuan pemilihan bentuk pengelolaan ini adalah
bertujuan untuk pengembangan kelembagaan.
Gambar 22 Hasil analisis bentuk pengelolaan air bersih di KotaTarakan
Gambar 23 Diagram analisis bentuk pengelolaan air bersih di Kota Tarakan 5.3 Strategi Pengembangan Kapasitas Layanan Air Bersih
Penyusunan strategi pengembangan kapsitas layanan air bersih di Pulau kecil Kota Tarakan dilakukan menggunakan metoda SWOT Sthrength,
Weakness, Opportunity and Threats. Data diperoleh melalui wawancaradiskusi pakar. Dalam metode ini terlebih dahulu dirumuskan faktor-faktor apa saja yang
menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan air bersih di Kota Tarakan. Setelah mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
dalam pengelolaan tersebut, selanjutnya dilakukan pemberian bobot dan rating. Bobot dan rating dimaksudkan untuk mengetahui derajat kepentingan bobot
dan derajat kuat tidaknya rating pengaruh indikator tersebut terhadap pengelolaan kapasitas air bersih. Untuk memperoleh nilai bobot, nilai pengaruh
dari indicator-indikator internal dan eksternal diberikan nilai dengan skala mulai dari 1 tidak penting, 2 agak penting, 3 penting dan 4 sangat penting.
Kemudian bagi nilai-nilai pengaruh tersebut dengan jumlah total nilai pengaruh untuk mendapatkan bobot, sehingga apabila semua bobot dijumlahkan maka
hasilnya adalah 1. Untuk memperoleh nilai rating indikator-indikator eksternal diberikan nilai + dengan skala mulai dari 1 tidak baik, 2 agak baik, 3 baik
dan 4 sangat baik berdasarkan kondisi yang ada. Nilai negatif pada rating menunjukkan indikator tersebut merupakan kelemahan atau ancaman bagi
pengelolaan air bersih di Kota Tarakan. Berdasarkan atas faktor-faktor strategi kondisi internal dan eksternal, maka didapat nilai dalam Matriks Faktor Strategi