Latar Belakang Model penyediaan air bersih berkelanjutan di pulau kecil (studi kasus : pulau tarakan, Kalimantan Timur).

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa konsep model penyediaan air bersih di pulau kecil. Penelitian ini secara praktis bermanfaat: 1 Sebagai alternatif pemecahan masalah dalam penyediaan air bersih di pulau kecil secara komprehensif. 2 Sebagai usulan bagi stakeholder dalam membuat strategi dalam perencanaan penyediaan air bersih di pulau-pulau kecil. Gambar 3 Perumusan Masalah

1.6 Kebaruan novelty

Penelitian penyediaan dan pengelolaan air bersih di pulau kecil belum pernah dilakukan dengan pendekatan sistem secara menyeluruh dengan melibatkan aspek lingkungan pengembangan sumber air baku, aspek ekonomi tarif air bersih yang layak, aspek teknologi pengembangan teknologi instalasi air bersih skala mikro, aspek hukum-kelembagaan pengembangan kelembagaan air bersih dan aspek sosial peningkatan pelayanan air bersih masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, kebaruan dari penelitian ini adalah dihasilkannya rekomendasi kebijakan penyediaan air bersih di pulau kecil khususnya Kota Tarakan. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Pulau Besar dan Pulau Kecil

Definisi pulau menurut UNCLOS 1982 adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi oleh air dan selalu berada di atas permukaan pasang tertinggi. Dalam definisi tidak membedakan air tawar dan air laut. Pulau Samosir di Danau Toba misalnya, masuk dalam kategori pulau. Yang tidak bisa dikategorikan sebagai pulau adalah mangrove, gosong dan batu. Jumlah pulau di Indonesia tercatat 13.487 pulau. Pulau kecil terluar yang berbatasan dengan Negara tetangga Australia, Papua Nugini, Palau, Filipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura dan India, sebanyak 92 pulau. Berdasarkan ketentuan definisi teknis pulau kecil ini sama dengan atau lebih kecil dari 5.000 km 2 , maka dilakukan pembagian klasifikasi luas pulau-pulau di Indonesia. Klasifikasi pulau-pulau ini dalam 6 kelas dari pulau besar sampai dengan pulau kecil berdasarkan luas teknis adalah sebagai berikut Soenarto, 2009 : 1 Pulau besar makro atas, dengan luas di atas 500.000 km 2 , sebagai contoh Pulau Papua 805.000 km 2 dan Pulau Kalimantan 736.000 km 2 . 2 Pulau besar makro bawah, dengan luas 100.000 km 2 – 500.000 km 2 , misalnya Pulau Sumatra 473.606 km 2 , Pulau Sulawesi 189.040 km2 dan Pulau Jawa 134.045 km 2 . 3 Pulau besar menengah, dengan luas 50.000 km 2 – 100.000 km 2 , tidak ada pulau yang memenuhi klasifikasi ini. 4 Pulau besar mikro atas, dengan luas 10.000 km 2 - 50.000 km 2 , dengan contoh Pulau Timor 32.000 km 2 , Pulau Seram 18.625 km 2 , Pulau Halmahera 17.800 km 2 , Pulau Flores 14.250 km 2 , Pulau Sumbawa 13.300 km 2 , Pulau Bangka 11.940 km 2 , Pulau Sumba 11.100 km 2 . 5 Pulau besar mikro bawah, dengan luas 5.000 km 2 – 10.000 km 2 , dengan contoh Pulau Buru 8473,2 km², Pulau Bali 5.623 km 2 . 6 Pulau kecil, dengan luas ≤ 5.000 km 2 , salah satu contoh adalah Pulau Lombok 4.880 km 2 . Pulau kecil secara teknis dinyatakan sebagai pulau dengan luas sama dengan atau lebih kecil dari 5.000 km 2 . Pulau ini bisa dikelilingi melalui laut oleh speed boat dalam tempo sekitar 12 jam daylight atau jauh kurang dari 24 jam day and night. Definisi teknis ini sama dengan yang diambil oleh Dewan Kepulauan Inggris. Pulau kecil menurut definisi UNESCO, adalah pulau yang mempunyai luas sama dengan atau lebih kecil dari 2.000 km 2 . Alasan pengambilan angka ini tidak dijelaskan, dan mungkin hanya suatu kesepakatan saja. Berdasarkan penjelasan dalam berbagai Undang-Undang di Indonesia, pulau kecil adalah pulau yang luasnya sama dengan atau kurang dari 2.000 km 2 , yang berarti, berdasarkan Undang-Undang, maka Pulau Alor 2.600 km 2 tidak termasuk sebagai pulau kecil. Dalam pembagian penggolongan kelas pulau kecil, baik luas teknis maupun berdasarkan Undang-Undang keduanya diadopsi, dan dimasukkan ke dalam kelas pulau kecil makro atas dengan luas 1.000 km 2 – 5.000 km 2 . Pulau kecil untuk selanjutnya dibagi dalam 9 kelompok berikut ini: 1 Pulau kecil makro atas, 1.000 km 2 – 5.000 km 2 dengan contoh Pulau Lombok 4.880 km 2 , Pulau Belitung 4.800 km 2 , Pulau Nias 4.100 km 2 , Pulau Siberut 3.300 km 2 , Pulau Alor 2.600 km 2 , Pulau Pagai Utara dan Selatan 2.200 km 2 , Pulau Simeuleu 1.400 km 2 , Pulau Batu 1.201 km 2 , Pulau Bintan 1.075 km 2 , Pulau Morotai 1.000 km 2 . 2 Pulau kecil makro menengah, dengan luas 500 km 2 – 1.000 km 2 dengan contoh Pulau Bengkalis 900 km 2 , Pulau Ambon 761 km 2 , Pulau Sipora 600 km 2 . 3 Pulau kecil makro bawah, dengan luas 100 km 2 – 500 km 2 , dengan contoh Pulau Batam 440 km 2 , Pulau Pantar 300 km 2 , Pulau Tarakan 250 km 2 , Pulau Tabuan 194 km 2 , Pulau Selaru 175 km 2 , Pulau Weh 153 km 2 . 4 Pulau kecil menengah, dengan luas 50 km 2 - 100 km 2 , dengan contoh Pulau Gag 65 km 2 . 5 Pulau kecil mikro atas, dengan luas 10 km 2 – 50 km 2 , dengan contoh Pulau Nusa Laut 36 km 2 , Pulau Nyang-Nyang 17 km 2 , Pulau Marampit 12 km 2 , Pulau Hinako 10,5 km 2 . 6 Pulau kecil mikro menengah, dengan luas 5 km 2 – 10 km 2 , dengan contoh Pulau Keramaian 10 km 2 , Pulau Fani 9 km 2 , Pulau Panjang 8 km 2 , Pulau Puhawang 7 km 2 , Pulau Taka Bonerate 5 km 2 . 7 Pulau kecil mikro bawah, dengan luas 1 km 2 – 5 km 2 , dengan contoh, Pulau Krakatau 4 km 2 , Pulau Masakambing 3 km 2 , Pulau Miangas 3,15 km 2 , Pulau Berhala 2,5 km 2 , Pulau Marore 2,15 km 2 , Pulau Pari 2 km 2 . 8 Pulau kecil mungil, dengan luas 0,5 km 2 - 1 km 2 , dengan contoh Pulau Nipa 0,6 km 2 .