Simulasi Skenario Model Penyediaan Air Bersih Tarakan Barat

Tabel 26 Kebutuhan biaya peningkatan kapasitas melalui IPAB Mikro di Tarakan Barat Rp. Hasil akhir dari model penyediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Barat adalah neraca air bersih seperti pada Gambar 42 dan Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA pada Tabel 27. Neraca air bersih menunjukkan sisa ketersediaan air bersih dari imbuhan air tanah dan pelayanan perpipaan. Kondisi yang diharapkan adalah terjadinya surplus air bersih sepanjang tahun. IKA menunjukkan perbandingan ketersediaan terhadap kebutuhan air bersih, kondisi yang diharapkan adalah ≥ 1. Gambar 42 Neraca air bersih Tarakan Barat Pada Tabel 27, terjadi pengurangan air bersih sepanjang tahun pada kondisi eksisting dan pada tahun 2017 terjadi krisis air bersih, sehingga pada tahun 2030 terjadi kekurangan air bersih defisit sebesar 20.288.729 m 3 . Begitu pula halnya dengan neraca air skenario satu, akan terjadi krisis air bersih pada tahun 2019 dan masih terjadi defisit air bersih pada tahun 2030 sebesar 5.212.756,7 m 3 . Berbeda halnya pada skenario dua dan tiga, terjadi peningkatan air bersih yang cukup baik. Simulasi neraca air skenario dua, menunjukkan peningkatan yang baik dimulai dari tahun 2017 sehingga pada tahun 2030 masih terdapat kelebihan air bersih surplus sebesar 11.625.722,8 m 3 . Sedangkan pada simulasi skenario tiga, peningkatan air bersih juga terjadi sejak tahun 2017 sehingga masih terdapat surplus air bersih sebesar 20.508.894,5 m 3 . Tabel 27 Neraca air bersih Tarakan Barat m 3 Pada Tabel 28, nilai IKA kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga terus mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hasil simulasi IKA pada akhir tahun simulasi 2030 pada kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga, masing-masing sebesar 0,414, 0,849, 1,37 dan 1,66. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting di tahun 2030 ketersediaan air bersih hanya mampu memenuhi 41,4 kebutuhan air bersih. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario satu hanya mampu melayani 84,9 kebutuhan air bersih. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario dua mampu melayani 100 kebutuhan air bersih dan masih surplus sebesar 37 dari kebutuhan air bersih, dan ketersediaan air menggunakan simulasi skenario tiga mampu melayani 100 kebutuhan air bersih dan masih surplus sebesar 66 dari kebutuhan air bersih. Tabel 28 Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA Tarakan Barat

7.5 Simulasi Model Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Timur

7.5.1 Kondisi Eksisting Kecamatan Tarakan Timur

Proyeksi jumlah penduduk, hotel dan indusrti pada Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Tabel 29. Pada awal tahun 2001, jumlah penduduk, hotel dan jumlah industri di Kecamatan Tarakan Timur masing-masing tercatat 21.805 jiwa, 4 buah hotel dan 36 unit industri. Jumlah kebutuhan air bersih per tahun masing-masing sektor tersebut yaitu 1.193.823,75 m 3 , 73.000 m 3 dan 1.314.000 m 3 . Analisis dilakukan selama 30 tahun dari 2001-2030, sehingga diproyeksikan jumlah penduduk, hotel dan industri masing-masing menjadi 754.798 jiwa, 7 hotel dan 48 unit industri. Dengan demikian, jumlah kebutuhan air bersih pada tahun 2030 menjadi 41.325.210,6 m 3 untuk kebutuhan penduduk, 129,636,7 m 3 untuk kebutuhan hotel dan 1.753.538 m 3 untuk kebutuhan industri. Tabel 29 Proyeksi jumlah penduduk jiwa, hotel dan industri unit serta kebutuhan air bersih m 3 di Tarakan Timur Hasil analisis sub model ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Timur, pada tahun 2001, ketersediaan air bersih sebesar 52.612.736 m 3 . Ketersediaan ini terus menurun, sehingga pada akhir simulasi, tahun 2030, proyeksi ketersediaan air bersih menjadi 39.651.841,1 m 3 . Ketersediaan dan neraca air bersih di Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Tabel 30. Ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Timur cenderung lebih baik dari Kecamatan Tarakan Barat, walaupun terus mengalami penurunan, namun tetap dalam kondisi aman dan krisis air diperkirakan terjadi pada tahun 2030, dengan jumlah kekurangan air bersih sebesar 3.556.544,2 m 3 . Tabel 30 Ketersediaan dan neraca air bersih Tarakan Timur m 3 Kecamatan Tarakan Timur mengalami hal serupa dengan Kecamatan Tarakan Barat, namun masih dalam kondisi yang relatif aman. Pada Gambar 43 ditunjukkan kebutuhan dan ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Timur. Koefisien run off pada kondisi eksisting di Tarakan Timur sebesar 0,412 lebih kecil bila dibandingkan dengan koefisien run off kecamatan Tarakan Barat. Penurunan imbuhan air tanah juga terjadi akibat masih tingginya aliran run off. Pada tahun 2030 baru terjadi kekurangan air dan dapat menyebabkan krisis air bersih pada tahun-tahun berikutnya. Penurunan ketersediaan air juga diakibatkan oleh layanan PDAM yang kurang memadai. Tercukupinya ketersediaan air bersih pada tahun-tahun sebelum tahun 2030, dikarenakan masyarakat, industri dan hotel masih memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih. Untuk itu, di Kecamatan Tarakan Timur perlu segera diberlakukan kebijakan konservasi air bersih dan peningkatan layanan air bersih perpipaan. Gambar 43 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih Kecamatan Tarakan Timur

7.5.2 Simulasi Skenario Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Timur

Upaya peningkatan ketersediaan air bersih di Tarakan Timur dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario yaitu skenario satu, dua dan tiga, seperti tersaji pada Tabel 31. Skenario satu dapat diartikan bahwa variable- variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem mengalami kemunduran atau terjadi sedikit perubahan dari keadaan eksisting yang mengarah pada tercapainya kinerja sistem atau perkembangan. Skenario dua diartikan sebagai perubahan beberapa variable yang berpengaruh pada kinerja sistem dimana perubahan variabel tersebut dapat menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario satu. Sedangkan skenario tiga diartikan bahwa perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario sebelumnya. Tabel 31. Skenario penyediaan air bersih Kota Tarakan Variabel Peubah Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Kebijakan Perilaku Hemat Air a. Penduduk b. Hotel c. Industri 10 10 10 10 10 10 Kebijakan untuk Konservasi Air Bersih a. Sumur resapan b. Reboisasi c. Terasering d. Tambak intensif 5 5 2 10 5 2 10 10 3 Kebijakan Peningkatan Layanan Perpipaan a. Jumlah penduduk terlayani Kondisi eksisting 60 80 Variabel-variabel yang berpengaruh dalam kinerja sistem tersebut meliputi 1 kebijakan perilaku hemat air, yaitu kebijakan reduse, reuse dan recycle, 2 kebijakan untuk meningkatkan air tanah melalui konservasi, yaitu pembuatan sumur resapan di permukiman, reboisasi pada lahan hutan, terasering pada lahan ladingtegakan, dan pembuatan tambak sistem intensif, 3 kebijakan untuk menaikan pelayanan air perpipaan melalui peningkatan kapasitas pelayanan PDAM. Proyeksi kebutuhan air bersih Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Gambar 44. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih skenario satu sama dengan kondisi eksisting yaitu sebesar 2.580.823,75 m 3 pada tahun 2001 dan terus meningkat menjadi 43.208.385,4 m 3 pada tahun 2030. Pada skenario dua dan tiga, kebutuhan air bersih tahun 2001 sebesar 2.580.823,75 m 3 , terus meningkat tiap tahunnya. Seiiring diberlakukannya kebijakan hemat air pada tahun 2013, dimana kebutuhan air bersih penduduk, hotel dan industri dikurangi masing-masing 10, maka terjadi pengurangan kebutuhan air bersih pada tahun 2013 yang tadinya 7.437.249,84 m 3 menjadi 6.693.524,85 m 3 . Sehingga pada skenario dua dan tiga, pada akhir simulasi 2030 kebutuhan air bersih menjadi 38.887.546,8 m 3 . Proyeksi ketersediaan air bersih Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Gambar 45. Hasil simulasi menunjukkan apabila diterapkan variable skenario satu, dua dan tiga dimulai pada tahun 2013, maka terlihat peningkatan ketersediaan air bersih dari kondisi eksisting supply menjadi kondisi suplai_1, suplai_2 dan suplai_3. Sehingga pada tahun 2030 ketersediaan air bersih sebesar 39.651.841,1 m 3 bertambah menjadi 62.829.540,3 m 3 pada skenario satu, 84.924.460,7 m 3 pada skenario dua dan 101.846.713 m 3 pada skenario tiga. Peningkatan ketersediaan air bersih ini akibat kebijakan konservasi untuk meningkatkan imbuhan air tanah dan kebijakan peningkatan kapasitas layanan PDAM. Pada skenario satu, ketersediaan air bersih bertambah akibat adanya pembuatan sumur resapan sebesar 5 lahan permukiman per tahun, reboisasi sebesar 5 lahan hutan per tahun dan terasering 2 lahan tegakan per tahun. Ketersediaan air bersih skenario dua lebih tinggi dari skenario satu karena pembuatan sumur resapan lebih banyak dari skenario satu yaitu sebesar 10 lahan permukiman per tahun. Gambar 44 Proyeksi Kebutuhan air bersih Tarakan Timur Sedangkan skenario tiga menghasilkan ketersediaan air yang lebih tinggi lagi, karena pembuatan sumur resapan sebesar 10 lahan permukiman per tahun, reboisasi ditingkatkan menjadi 10 lahan hutan per tahun dan terasering sebesar 3 lahan tegakan per tahun. Peningkatan ketersediaan air bersih ini membutuhkan biaya konservasi dan biaya peningkatan kapasitas layanan PDAM. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan Kecamatan Tarakan Barat dapat dilihat pada Tabel 32. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan pada skenario satu, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp.8.200.000,- dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp.139.400.000,-. Pembuatan sumur resapan pada skenario dua dan tiga membutuhkan biaya sebesar Rp.16.400.000,- pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp.278.800.000,- pada akhir tahun simulasi 2030. Tabel 32 Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan Tarakan Timur Rp. Gambar 45 Simulasi ketersediaan air bersih di Tarakan Timur Kebutuhan biaya reboisasi pada lahan hutan Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Tabel 33. Kebutuhan biaya reboisasi pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp.62.900.000,- dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp1.069.300.000,00. Reboisasi pada skenario tiga membutuhkan biaya sebesar Rp125.800.000,00 pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp2.138.600.000,00 pada akhir tahun simulasi 2030. Konservasi lahan tambak melalui pembuatan tambak intensif diasumsikan untuk tidak dilakukan 0. Hal ini karena biaya pembuatan tambak intensif yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga dalam meningkatkan ketersediaan air bersih kecamatan Tarakan Timur tidak melakukan pembuatan tambak intensif. Tabel 33 Kebutuhan biaya reboisasi Tarakan Timur Rp.