Simulasi Skenario Penyediaan Air Bersih di Tarakan Tengah

Tabel 45 Kebutuhan biaya peningkatan kapasitas melalui uprating IPA PDAM di Tarakan Tengah Rp. Pada skenario satu, tidak dilakukan peningkatan kapasitas IPA PDAM, sehingga tidak ada biaya peningkatan kapasitas. Pada skenario dua, kapasitas layanan PDAM ditingkatkan sehingga mampu melayani 60 kebutuhan air bersih penduduk domestic, dibutuhkan biaya uprating mulai tahun 2008 sebesar Rp55.526.900,45 dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp2.694.691.601,12. Biaya peningkatan kapasitas IPAuprating PDAM pada skenario tiga sehingga kapasitas layanan mampu melayani 80 kebutuhan air bersih penduduk sesuai MDG’s yaitu sebesar Rp87.320.089,8 pada tahun 2001 dan Rp4.350.288.982,82 pada tahun 2030. Pada Tabel 46, kebutuhan biaya peningkatan kapasitas layanan dengan cara pembangunan IPAB Mikro, didapatkan kebutuhan biaya untuk melayani 60 kebutuhan air bersih penduduk skenario dua sebesar Rp83.000.513,03 pada tahun 2009 sebanyak 1 unit dan Rp1.494.339.542,49 pada tahun 2030 dengan total 15 unit terpasang. Sedangkan untuk melayani 80 kebutuhan air bersih penduduk menggunakan IPAB Mikro, dibutuhkan biaya sebesar Rp 100.759.910,69 pada tahun 2002 sebanyak 1 unit dan Rp2.412.450.035,32 pada tahun 2030 dengan total 24 unit terpasang. Tabel 46 Kebutuhan biaya peningkatan kapasitas melalui IPAB Mikro di Tarakan Tengah Rp. Pada Tabel 47, terjadi pengurangan air bersih sepanjang tahun pada semua skenario, namun tidak terjadi defisit air bersih. Surplus air bersih pada tahun 2030 pada skenario eksisting, satu, dua dan tiga, masing-masing adalah 28.552.796 m 3 , 34.998.645,3 m 3 , 38.744.875,8 m 3 dan 46.608.579 m 3 . Hasil akhir dari model penyediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Tengah adalah neraca air bersih seperti pada Gambar 52 dan Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA pada Tabel 35. Neraca air bersih menunjukkan sisa ketersediaan air bersih dari imbuhan air tanah dan pelayanan perpipaan. Kondisi yang diharapkan adalah terjadinya surplus air bersih sepanjang tahun. IKA menunjukkan perbandingan ketersediaan terhadap kebutuhan air bersih, kondisi yang diharapkan adalah ≥ 1. Tabel 47 Neraca air bersih di Tarakan Tengah m 3 Gambar 52 Neraca air bersih Tarakan Tengah Tabel 48 Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA di Tarakan Tengah Pada Tabel 48, nilai IKA kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga terus mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hasil simulasi IKA pada akhir tahun simulasi 2030 pada kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga, masing-masing sebesar 2.99, 3.44, 4.01 dan 4.62. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting di tahun 2030 ketersediaan air bersih hanya mampu memenuhi 299 kebutuhan air bersih. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario satu hanya mampu melayani 344 kebutuhan air bersih. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario dua mampu melayani 401 dari kebutuhan air bersih, dan ketersediaan air menggunakan simulasi skenario tiga mampu melayani 462 dari kebutuhan air bersih.

7.7 Simulasi Model Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Utara

7.7.1 Kondisi Eksisting Kecamatan Tarakan Utara

Proyeksi jumlah penduduk, hotel dan industri pada Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Tabel 49. Pada awal tahun 2001, jumlah penduduk, hotel dan jumlah industri di Kecamatan Tarakan Utara masing-masing tercatat 8.089 jiwa, 1 buah hotel dan 15 unit industri. Jumlah kebutuhan air bersih per tahun masing-masing sektor tersebut yaitu 442.872,75 m 3 , 18.250 m 3 dan 547.500 m 3 . Analisis dilakukan selama 30 tahun dari 2001-2030, sehingga diproyeksikan jumlah penduduk, hotel dan industri masing-masing menjadi 361.523 jiwa, 2 hotel dan 27 unit industri. Dengan demikian, jumlah kebutuhan air bersih pada tahun 2030 menjadi 19.793.365,7 m 3 untuk kebutuhan penduduk, 32.409,17 m 3 untuk kebutuhan hotel dan 972.274,97 m 3 untuk kebutuhan industri. Hasil analisis sub model ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Tabel 50. Pada tahun 2001, suplai air bersih sebesar 40.762.048 m 3 . Menyerupai proyeksi ketersediaan air pada kecamatan Tarakan Tengah, ketersediaan air bersih terus meningkat dan cenderung konstan pada tahun 2021, sehingga pada akhir simulasi, tahun 2030, proyeksi suplai air bersih menjadi 88.234.236,9 m 3 . Ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Utara cenderung lebih baik dari Kecamatan Tarakan Barat, Tarakan Timur dan Tarakan Tengah. Namun, walaupun ketersediaan air terus meningkat tetapi neraca air tetap berkurang akibat tingginya kebutuhan air bersih. Pada akhir simulasi, jumlah air yang tersisa sebesar 67.436.187,1 m 3 dan cenderung terus menurun. Tabel 49 Proyeksi jumlah penduduk jiwa, hotel dan industri unit serta kebutuhan air bersih m 3 di Tarakan Utara Pada Gambar 53, terlihat jumlah ketersediaan air yang sangat besar dibandingkan dengan kebutuhan air bersih di Kecamatan Tarakan Utara. Hal ini disebabkan karena luasan hutan di Tarakan Utara paling luas dibandingkan kecamatan yang lain yaitu sebesar 7861 ha. Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan nilai koefisien run off Tarakan Utara sebesar 0,379. Hal ini menunjukkan bahwa hutan mempunyai peranan yang sangat tinggi dalam konservasi air bersih. Semakin luas hutan, maka koefisien runoff menjadi semakin kecil, sehingga imbuhan air tanah menjadi besar. Kondisi ini harus terus dipertahankan sehingga krisis air bersih dapat dihindari. Tabel 50 Ketersediaan dan neraca air bersih di Tarakan Utara m 3 Gambar 53 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih di Tarakan Utara 7.7.2 Simulasi Model Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Utara Upaya peningkatan ketersediaan air bersih di Kota Tarakan dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario yaitu skenario satu, dua dan tiga, seperti tersaji pada Tabel 51. Tabel 51 Skenario penyediaan air bersih Kota Tarakan Variabel Peubah Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Kebijakan Perilaku Hemat Air a. Penduduk b. Hotel c. Industri 10 10 10 10 10 10 Kebijakan untuk Konservasi Air Bersih a. Sumur resapan b. Reboisasi c. Terasering d. Tambak intensif 1 1 1 1 1 1 2 2 2 Kebijakan Peningkatan Layanan Perpipaan a. Jumlah penduduk terlayani Kondisi eksisting 60 80 Skenario satu dapat diartikan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem mengalami kemunduran atau terjadi sedikit perubahan dari keadaan eksisting yang mengarah pada tercapainya kinerja sistem atau perkembangan. Skenario dua diartikan sebagai perubahan beberapa variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem dimana perubahan variable tersebut dapat menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario satu. Sedangkan skenario tiga diartikan bahwa perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario sebelumnya. Variabel-variabel yang berpengaruh dalam kinerja sistem tersebut meliputi 1 kebijakan perilaku hemat air, yaitu kebijakan reduse, reuse dan recycle, 2 kebijakan untuk meningkatkan air tanah melalui konservasi, yaitu pembuatan sumur resapan di permukiman, reboisasi pada lahan hutan, terasering pada lahan ladingtegakan, dan pembuatan tambak sistem intensif, 3 kebijakan untuk meningkatkan pelayanan air bersih perpipaan PDAM. Variabel-variabel tersebut dimasukkan sebagai input dalam pemodelan sistem dan dilakukan di masing- masing kecamatan Kota Tarakan. Pada kondisi eksisting, seperti halnya kondisi di Kecamatan Tarakan Tengah, terlihat ketersediaan air di Tarakan Utara cukup baik, sehingga variable peubah yang disimulasikan relatif kecil. Proyeksi kebutuhan air bersih Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Gambar 54. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih skenario satu sama dengan kondisi eksisting yaitu sebesar 1.008.622,75 m 3 pada tahun 2001 dan terus meningkat menjadi 20.7498.049,8 m 3 pada tahun 2030. Pada skenario dua dan tiga, kebutuhan air bersih tahun 2001 sebesar 1.008.622,75 m 3 , terus meningkat tiap tahunnya. Seiiring diberlakukannya kebijakan hemat air pada tahun 2013, dimana kebutuhan air bersih penduduk, hotel dan industri dikurangi masing-masing 10, maka terjadi pengurangan kebutuhan air bersih pada tahun 2013 yang tadinya 3.164.297,33 m 3 menjadi 2.847.867,66 m 3 . Sehingga pada skenario dua dan tiga, pada akhir simulasi 2030 kebutuhan air bersih menjadi 18.718.244,8 m 3 . Gambar 54 Proyeksi Kebutuhan air bersih di Tarakan Utara Proyeksi ketersediaan air bersih Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Gambar 55. Hasil simulasi menunjukkan apabila diterapkan variabel skenario satu, dua dan tiga dimulai pada tahun 2013, maka terlihat peningkatan ketersediaan air bersih dari kondisi eksisting supply menjadi kondisi suplai_1, suplai_2 dan suplai_3. Sehingga pada tahun 2030 ketersediaan air bersih sebesar 88.234.236,9 m 3 bertambah menjadi 99.491.725,9 m 3 pada skenario satu, 109.418.095 m 3 pada skenario dua dan 124.238.390 m 3 pada skenario tiga. Peningkatan ketersediaan air bersih ini akibat kebijakan konservasi untuk meningkatkan imbuhan air tanah dan kebijakan peningkatan kapasitas layanan PDAM. Pada skenario satu dan dua, ketersediaan air bersih bertambah akibat adanya pembuatan sumur resapan sebesar 1 lahan permukiman per tahun, reboisasi sebesar 1 lahan hutan per tahun dan terasering 1 lahan tegakan per tahun. Sedangkan skenario tiga menghasilkan ketersediaan air yang lebih tinggi lagi, karena pembuatan sumur resapan sebesar 2 lahan permukiman per tahun, reboisasi ditingkatkan menjadi 2 lahan hutan per tahun dan terasering sebesar 2 lahan tegakan per tahun. Gambar 55 Proyeksi Ketersediaan air bersih di Tarakan Utara Peningkatan ketersediaan air bersih ini membutuhkan biaya konservasi dan biaya peningkatan kapasitas layanan PDAM. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Tabel 52. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp1.185.000,00 dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp20.145.000,00. Pembuatan sumur resapan pada skenario tiga membutuhkan biaya sebesar Rp2.370.000,00 pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp40.290.000,00 pada akhir tahun simulasi 2030. Tabel 52 Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan di Tarakan Utara Rp. Kebutuhan biaya reboisasi pada lahan hutan Kecamatan Tarakan Utara dapat dilihat pada Tabel 53. Kebutuhan biaya reboisasi pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp39.305.000,00 dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp668.185.000,00. Reboisasi pada skenario tiga membutuhkan biaya sebesar Rp78.610.000,00 pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp1.336.370.000,00 pada akhir tahun simulasi 2030. Tabel 53 Kebutuhan biaya reboisasi di Tarakan Utara Rp.