Simulasi Skenario Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Timur

Biaya peningkatan kapasitas IPAuprating PDAM pada skenario tiga sehingga kapasitas layanan mampu melayani 80 kebutuhan air bersih penduduk sesuai MDG’s yaitu sebesar Rp297.181.344,88 pada tahun 2010 dan Rp31.470.471.429,77 pada tahun 2030. Tabel 36 Kebutuhan biaya peningkatan kapasitas melalui IPAB Mikro di Tarakan Timur Rp. Pada Tabel 36, kebutuhan biaya peningkatan kapasitas layanan dengan cara pembangunan IPAB Mikro, didapatkan kebutuhan biaya untuk melayani 60 kebutuhan air bersih penduduk skenario dua sebesar Rp.86.720.950,89 pada tahun 2012 sebanyak 1 unit dan Rp.12.668.950.378,39 pada tahun 2030 dengan total 127 unit terpasang. Sedangkan untuk melayani 80 kebutuhan air bersih penduduk menggunakan IPAB Mikro, dibutuhkan biaya sebesar Rp. 164.801.728,99 pada tahun 2010 sebanyak 2 unit dan Rp.17.451.930.253,86 pada tahun 2030 dengan total 175 unit terpasang. Hasil akhir dari model penyediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Timur adalah neraca air bersih seperti pada Gambar 47 dan Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA pada Tabel 37. Neraca air bersih menunjukkan sisa ketersediaan air bersih dari imbuhan air tanah dan pelayanan perpipaan. Kondisi yang diharapkan adalah terjadinya surplus air bersih sepanjang tahun. IKA menunjukkan perbandingan ketersediaan terhadap kebutuhan air bersih, kondisi yang diharapkan adalah ≥ 1. Pada Tabel 37, terjadi pengurangan air bersih sepanjang tahun pada kondisi eksisting dan pada tahun 2030 terjadi krisis air bersih dengan kekurangan air bersih defisit sebesar 3.556.544,2 m 3 . Begitu pula halnya dengan neraca air skenario satu, ketersediaan air bersih terus menurun tetapi tidak terjadi krisis sampai pada tahun 2030, air bersih surplus sebesar 19.621.154,9 m 3 . Berbeda halnya pada skenario dua dan tiga, terjadi peningkatan air bersih yang cukup baik. Simulasi neraca air skenario dua, menunjukkan peningkatan yang baik dimulai dari tahun 2017 sehingga pada tahun 2030 masih terdapat kelebihan air bersih surplus sebesar 46.036.913,8 m 3 . Pada simulasi skenario tiga, peningkatan air bersih juga terjadi sejak tahun 2016 sehingga masih terdapat surplus air bersih sebesar 62.959.165,9 m 3 . Gambar 47 Neraca air bersih Tarakan Timur m 3 Pada Tabel 38, nilai IKA kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga terus mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kebutuhan air bersih. Hasil simulasi IKA pada akhir tahun simulasi 2030 pada kondisi eksisting, skenario satu, dua dan tiga, masing-masing sebesar 0.918, 1.45, 2.18 dan 2.62. Hasil ini menunjukkan bahwa pada kondisi eksisting di tahun 2030 ketersediaan air bersih hanya mampu memenuhi 91.8 kebutuhan air bersih defisit. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario satu hanya mampu melayani 100 kebutuhan air bersih dan masih surplus sebesar 45 dari kebutuhan air bersih. Ketersediaan air menggunakan simulasi skenario dua mampu melayani 218 dari kebutuhan air bersih, dan ketersediaan air menggunakan simulasi skenario tiga mampu melayani 262 dari kebutuhan air bersih. Tabel 37 Neraca air bersih Tarakan Timur m 3 Tabel 38 Indeks Ketersediaan Air Bersih IKA Tarakan Timur

7.6 Simulasi Model Penyediaan Air Bersih Kecamatan Tarakan Tengah

7.6.1 Kondisi Eksisting Kecamatan Tarakan Tengah

Proyeksi jumlah penduduk, hotel dan indusrti pada Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Tabel 39. Pada awal tahun 2001, jumlah penduduk, hotel dan jumlah industri di Kecamatan Tarakan Tengah masing-masing tercatat 46.458 jiwa, 7 buah hotel dan 123 unit industri. Jumlah kebutuhan air bersih per tahun masing-masing sektor tersebut yaitu 2.543.575,5 m 3 , 127.750 m 3 dan 4.489.500 m 3 . Analisis dilakukan selama 30 tahun dari 2001-2030, sehingga diproyeksikan jumlah penduduk, hotel dan industri masing-masing menjadi 144.886 jiwa, 22 hotel dan 164 unit industri. Dengan demikian, jumlah kebutuhan air bersih pada tahun 2030 menjadi 7.932.525,43 m 3 untuk kebutuhan penduduk, 398.407,72 m 3 untuk kebutuhan hotel dan 5.991.255,2 m 3 untuk kebutuhan industri. Tabel 39 Proyeksi jumlah penduduk jiwa, hotel dan industri unit serta kebutuhan air bersih m 3 di Tarakan Tengah Hasil analisis sub model ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Tabel 40. Pada tahun 2001, ketersediaan air bersih sebesar 41.959.552 m 3 . Berbeda dengan kecamatan sebelumnya, ketersediaan air bersih terus meningkat dan cenderung konstan pada tahun 2016, sehingga pada akhir simulasi, tahun 2030, proyeksi ketersediaan air bersih menjadi 42.874.985 m 3 . Ketersediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Tengah cenderung lebih baik dari Kecamatan Tarakan Barat dan Tarakan Timur. Namun, walaupun ketersediaan air terus meningkat tetapi neraca air tetap berkurang akibat tingginya kebutuhan air bersih. Pada akhir simulasi, jumlah air yang tersisa sebesar 28.552.796,7 m 3 dan cenderung terus menurun. Tabel 40 Ketersediaan dan neraca air bersih di Tarakan Tengah m 3 Pada kecamatan ini, ketersediaan air alami terlihat meningkat dan cenderung konstan pada tahun 2016 seperti tersaji pada Gambar 48. Koefisien run off di Tarakan Tengah sebesar 0,392. Rendahnya koefisien run off pada wilayah kecamatan ini disebabkan oleh luasan hutan yang cukup besar yaitu 3652 ha. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas daerah resapan, maka koefisien run off akan semakin kecil, sehingga debit run off menjadi kecil. Selain itu, kebutuhan air bersih di kecamatan ini paling rendah dibandingkan kecamatan yang lain. Hal ini juga mempengaruhi proyeksi ketersediaan air bersih. Namun, dari pelayanan air bersih perpipaan, masih sangat kurang. Hal ini disebabkan kapasitas layanan IPA PDAM Kampung Satu masih minim yaitu 90 literdetik. Sehingga penyediaan air bersih masih sangat bergantung dari air tanahsumur. Gambar 48 Kebutuhan dan ketersediaan air bersih Tarakan Tengah

7.6.2 Simulasi Skenario Penyediaan Air Bersih di Tarakan Tengah

Upaya peningkatan ketersediaan air bersih di Tarakan Tengah dilakukan dengan menggunakan beberapa skenario yaitu skenario satu, dua dan tiga, seperti tersaji pada Tabel 41. Skenario satu dapat diartikan bahwa variable- variabel yang berpengaruh pada kinerja sistem mengalami kemunduran atau terjadi sedikit perubahan dari keadaan eksisting yang mengarah pada tercapainya kinerja sistem atau perkembangan. Skenario dua diartikan sebagai perubahan beberapa variable yang berpengaruh pada kinerja sistem dimana perubahan variable tersebut dapat menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario satu. Sedangkan skenario tiga diartikan bahwa perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan yang lebih baik daripada skenario sebelumnya. Tabel 41 Skenario penyediaan air bersih Kecamatan Tarakan Tengah Variabel Peubah Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Kebijakan Perilaku Hemat Air a. Penduduk b. Hotel c. Industri 10 10 10 10 10 10 Kebijakan untuk Konservasi Air Bersih a. Sumur resapan b. Reboisasi c. Terasering d. Tambak intensif 1 1 1 1 1 1 2 2 2 Kebijakan Peningkatan Layanan Perpipaan a. Jumlah penduduk terlayani Kondisi eksisting 60 80 Variabel-variabel yang berpengaruh dalam kinerja sistem tersebut meliputi 1 kebijakan perilaku hemat air, yaitu kebijakan reduse, reuse dan recycle, 2 kebijakan untuk meningkatkan air tanah melalui konservasi, yaitu pembuatan sumur resapan di permukiman, reboisasi pada lahan hutan, terasering pada lahan ladingtegakan, dan pembuatan tambak sistem intensif, 3 kebijakan untuk menaikan pelayanan air perpipaan melalui peningkatan kapasitas pelayanan PDAM. Variabel pada skenario model penyediaan air bersih di Kecamatan Tarakan Tengah lebih kecil bila dibandingkan dengan kecamatan sebelumnya. Hal ini karena air bersih alami lebih tinggi dari total kebutuhan air, sehingga variable peubah untuk kebijakan konservasi tidak perlu terlalu tinggi. Namun variable peningkatan pelayanan perpipaan perlu ditingkatkan, sesuai dengan peningkatan pelayanan di kecamatan lain. Proyeksi kebutuhan air bersih Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Gambar 49. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kebutuhan air bersih skenario satu sama dengan kondisi eksisting yaitu sebesar 7.160.825.5 m 3 pada tahun 2001 dan terus meningkat menjadi 14.322.188,3 m 3 pada tahun 2030. Pada skenario dua dan tiga, kebutuhan air bersih tahun 2001 sebesar 7.160.825.5 m 3 , terus meningkat tiap tahunnya. Seiiring diberlakukannya kebijakan hemat air pada tahun 2013, dimana kebutuhan air bersih penduduk, hotel dan industri dikurangi masing-masing 10, maka terjadi pengurangan kebutuhan air bersih pada tahun 2013 yang tadinya 9.557.423,1 m 3 menjadi 8.601.680,79 m 3 . Sehingga pada skenario dua dan tiga, pada akhir simulasi 2030 kebutuhan air bersih menjadi 12.889.969,5 m 3 . Gambar 49 Proyeksi Kebutuhan air bersih Tarakan Tengah Proyeksi ketersediaan air bersih Kecamatan Tarakan Timur dapat dilihat pada Gambar 50. Hasil simulasi menunjukkan apabila diterapkan variable skenario satu, dua dan tiga dimulai pada tahun 2013, maka terlihat peningkatan ketersediaan air bersih dari kondisi eksisting suplai menjadi kondisi suplai_1, suplai_2 dan suplai_3. Sehingga pada tahun 2030 ketersediaan air bersih sebesar 42.874.985 m 3 bertambah menjadi 49.310.833,6 m 3 pada skenario satu, 51.634.845,3 m 3 pada skenario dua dan 59.498.548,5 m 3 pada skenario tiga. Gambar 50 Proyeksi Ketersediaan air bersih Tarakan Tengah Peningkatan ketersediaan air bersih ini akibat kebijakan konservasi untuk meningkatkan imbuhan air tanah dan kebijakan peningkatan kapasitas layanan PDAM. Pada skenario satu dan dua, ketersediaan air bersih bertambah akibat adanya pembuatan sumur resapan sebesar 1 lahan permukiman per tahun, reboisasi sebesar 1 lahan hutan per tahun dan terasering 1 lahan tegakan per tahun. Sedangkan skenario tiga menghasilkan ketersediaan air yang lebih tinggi lagi, karena pembuatan sumur resapan sebesar 2 lahan permukiman per tahun, reboisasi ditingkatkan menjadi 2 lahan hutan per tahun dan terasering sebesar 2 lahan tegakan per tahun. Peningkatan ketersediaan air bersih ini membutuhkan biaya konservasi dan biaya peningkatan kapasitas layanan PDAM. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Tabel 42. Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp.1.985.000,- dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp.33.745.000,-. Pembuatan sumur resapan pada skenario tiga membutuhkan biaya sebesar Rp.3.970.000,- pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp.67.490.000,- pada akhir tahun simulasi 2030. Tabel 42 Kebutuhan biaya pembuatan sumur resapan di Tarakan Tengah Rp. Kebutuhan biaya reboisasi pada lahan hutan Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Tabel 43. Kebutuhan biaya reboisasi pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp.18.260.000,- dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp.310.420.000,. Reboisasi pada skenario tiga membutuhkan biaya sebesar Rp.36.520.000,- pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp.620.840.000,- pada akhir tahun simulasi 2030. Tabel 43. Kebutuhan biaya reboisasi Tarakan Tengah Rp. Kebutuhan biaya terasering pada lahan tegakanladang Kecamatan Tarakan Tengah dapat dilihat pada Tabel 44. Kebutuhan biaya terasering pada skenario satu dan dua, pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 yaitu sebesar Rp.7.525.000,- dan diakhir tahun simulasi 2030 membutuhkan biaya sebesar Rp15.050.000,- pada awal tahun kebijakan konservasi 2013 dan Rp.255.850.000,- pada akhir tahun simulasi 2030. Konservasi lahan tambak melalui pembuatan tambak intensif diasumsikan untuk tidak dilakukan 0. Hal ini karena biaya pembuatan tambak intensif yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar. Sehingga dalam meningkatkan ketersediaan air bersih kecamatan Tarakan Tengah tidak melakukan pembuatan tambak intensif. Tabel 44. Kebutuhan biaya terasering Tarakan Tengah Rp.